Sudah direvisi
"Jangan mudah memberikan cinta pada seorang lelaki, karena bisa jadi dengan mudah pula dia melepasmu"
~Anjeni Meis
***
Malam harinya, Raani dan Aleeta melakukan video call bersama, mereka bercerita seperti biasanya dan kali ini Raani menyinggung soal Adimas yang siang tadi menyita sedikit perhatiannya. Dia merasa teman sekelasnya itu memiliki rasa pada sang sahabat namun Aleeta menepis semua prasangkanya.
"Apasih Raani. Mana ada lah, orang dia 'kan pacaran sama Aisyah ...," sanggah Aleeta di seberang sana
"Tapi pas dia melirik kamu, curi-curi pandang sama kamu kok kayak yang punya rasa gitu hihihi."
Aleeta berdecak, "Enggak lah, apaan sih, ngaco deh Raani." Seketika tawa Raani terdengar, dia terbahak-bahak berhasil menggoda Aleeta, lihatlah wajah sahabatnya itu sudah memerah.
"Tapi serius, Al. Eh tapi, kamu juga suka 'kan sama Adimas?" Aleeta menggeleng cepat namun bukan Raani namanya kalau langsung berhenti sampai situ, "Hayoloohhh, ngaku aja kaliii," gencarnya.
Aleeta mengembungkan pipinya dengan kepala yang memutar kekanan dan kekiri, lalu dia melebarkan mata sipitnya, "Eh apa jangan-jangan kamu ya yang suka sama Faisal, hayooo Raani ngaku aja deh," godanya balik, yang digoda langsung mendengus sebal.
"Please deh enggak usah bahas dia sih!"
"Yeee mau marah, giliran situ jadi aja ngegodain aku."
Raani langsung tertawa mendengar celotehan Aleeta, sahabat pendiamnya bisa ngoceh juga ternyata.
"Kenapa sih kamu ketus banget sama Faisal, kasihan tau, emang kamu tega?" tanya Aleeta yang mulai kembali serius.
Kepala Raani menggeleng, dia ambil bantal dan memeluknya, "Aku memang harus seperti itu, Al. Kalau dia benar mencintai, sesulit apapun dia mendekatiku pasti dia akan lakukan. Kata Mama, jangan mudah memberikan cinta pada seorang lelaki, karena dia juga bisa mudah melepaskannya. Contoh nyatanya adalah hubungan orangtuaku ...." Raani menahan gejolak air mata yang mendesak keluar, dia tak bisa melanjutkannya lagi, sakit jika mengingat semuanya.
Aleeta yang mengerti pun berusaha menenangkan dirinya.
"InsyaAllah, kamu pasti akan dapatkan lelaki yang bertanggung jawab dan menyayangimu karena Allah. Untuk saat ini, kita harus memperbaiki diri aja, karena kita enggak tahu ... jodoh atau maut yang duluan menjemput."
Sedangkan di tempat lain, seorang yang tengah Raani dan Aleeta bicarakan masih setia duduk di depan laptopnya, pikirannya masih terbesit ucapan Raani di rumah Aleeta siang tadi. Gadis itu mengatakan mamanya pengajian dan rumahnya tidak ada yang menjaga. Apa gadis itu tidak memiliki saudara, pikirnya.
Faisal, ya ... lelaki itu kini menebak-nebak, seperti apa kehidupan gadis pujaannya, bagaimana keluarganya. Salahnya dia memiliki rasa padanya selama hampir tiga tahun namun tidak tahu kehidupan tentang gadis itu.
Seharusnya dia tahu, ah dia memang salah! bagaimana bisa seperti itu.
"Aku terlalu gegabah dalam mencintaimu, Ran. Aku janji akan mencari tahu kehidupanmu, agar aku bisa memahami dirimu lebih dalam."
***
Pagi hari, Raani sudah bersiap-siap berangkat sekolah. Ia memanaskan motornya. Mamanya menghampiri dan mengatakan jika uang bulanan sudah ditransfer lalu Raani mengucapkan terimakasih pada sang mama tercinta.
Mama yang sudah membanting tulang membesarkan dirinya dari dia baru lahir hingga sekarang, mamanya yang berusaha bekerja keras untuk menghidupkan dirinya, mamanya yang selalu mengutamakan kepentingannya dibandingkan kepentingan beliau sendiri.
"Mama jangan terlalu capek ya kerjanya, Raan enggak mau mama sakit," ujarnya memeluk sang mama dengan sayang.
Kekehan Putri--mama Raani--terdengar, "Iya sayang, mama selalu ingat ucapanmu kok. Yasudah mama pergi duluan ya, kamu hati-hati bawa motornya ke sekolah, jangan ngebut." Pesannya.
Raani mengangguk dan menciumi kedua pipi sang mama dan beralih mencium punggung tangan mamanya itu.
***
Sampai di sekolah, Raani memarkirkan motornya di baris ke empat ia melihat motor besar milik Faisal terparkir disana
"Dia datang pagi, tumben rajin," gumamnya bermonolog.Raani berjalan di koridor sekolah sendirian karena di gerbang tadi tak ada batang hidung Aleeta. Matanya menoleh ke arah laki-laki cool yang sedang berlatih basket sendirian di tengah lapangan, laki-laki itu terlihat kacau sekali. Tanpa sadar Raani mendekat kearahnya dan meneriaki namanya.
Merasa namanya diteriaki, laki-laki itu memutar tubuhnya.
"Kamu ngapain pagi-pagi kayak gini, hah? ini mendung, gak ada kerjaan apa?" tanya Raani berusaha tetap ketus, "oh ... aku tahu, kamu mau tebar pesona ya?" lanjutnya.
Faisal menggeleng kecil, bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman.
"Atau kamu sengaja biar orang-orang di sini nyalahin aku, karena tiga tahun cintamu enggak kurespon, begitu?" Raani kembali bersuara. Dan gelengan dari Faisal kembali dia dapatkan.
Mereka tenggelam dalam keheningan, namun sedetik kemudian Faisal berucap, "Maafin aku, sumpah enggak ada niat sedikit pun dihatiku buat nyalahin kamu."
"Yaudah sekarang berhenti deh mainan basket pagi-pagi gini," cibir Raani sambil melangkah meninggalkan Faisal. Lambaian jilbabnya mengibas ke wajah Faisal yang beberapa menit yang lalu terduduk.
"Subhanallah bener-bener cobaan pagi-pagi gini udah kecium wangi kamu tepat diwajahku Ran."
Raani masuk ke dalam kelas dengan jantung yang berdegup tak karuan, otaknya mencerna apa yang barusan dia lakukan, kenapa dia berlagak peduli pada Faisal?
Dia duduk, berusaha menerka jika dirinya mempunyai rasa peduli pada laki-laki itu hingga tak sadar jika sahabatnya--Aleeta sudah duduk di sampingnya.
Aleeta berceloteh di sana, "Hoy, hoy, pagi-pagi udah ngelamun aja. Udah ngopi belom?" Dia melirik pada Raani yang masih asyik dengan pikirannya sendiri lantas bahu Raani menjadi sasaran empuk kali ini, dia cubit dan ...
"Aduuuhh, sakit!" seru Raani refleks berteriak.
"Makanya, jangan melamun, aku udah kayak orang gila bicara sendiri."
"Alee? sejak kapan kamu di sini, Al?" tanyanya kaget mendapati Aleeta sudah duduk manis di sana. Sesungguhnya dia cemas, cemas Aleeta melihat perbuatannya beberapa menit yang lalu.
"Sebelum kamu masuk kelas," dusta Aleeta membuat Raani semakin melebarkan matanya yang juga sipit seperti Aleeta. Lalu tawa sahabatnya itu terdengar dan, "aku baru datang, dan lihat kamu duduk di sini melamun mikiran langit enggak bertiang."
Dengan pelan Raani menghembuskan napas lega mendengarnya.
Kemudian terlihat Faisal masuk ke dalam kelas dengan wajah bersih dari yang Raani lihat tadi dan bajunya juga jauh lebih rapi.
Kalo dia bahas yang tadi dan ngumbar-ngumbar kalau aku peduli, aku bakal cap dia cowok yang gak serius!" batin Raani
Dan ternyata Faisal hanya duduk dan memainkan ponselnya, ia sama sekali tak mengungkit kejadian tadi dan tak biasanya hari ini ia tak mendekati meja Raani dan menggodanya.
***
Alhamdulilah... tunggu Part selanjutnya yaaahh:)
Syukron sudah mau baca cerita ku, Jazakumullah khoiron katsiron...
KAMU SEDANG MEMBACA
Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)
Espiritual"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... Sampai Jannah-Nya kita akan tetap bersama" -Raani Assyfa - ------------ Selamat datang dikisah dua sahabat muslimah. Semoga sukak, jangan...