(11) Demam Rindu

5K 301 3
                                    

Sudah direvisi

Assalamualaikum..
Berjumpa lagi dengan saya nih:) Happy reading!

***


Sampai di kelas Aleeta masih memikirkan permohonan Habibi untuk mengajari adiknya mengaji. Dia harus bagaimana? dia tidak bisa menolak keinginan baik seseorang. Namun, dia juga tidak bisa menerima terlebih itu permintaan dari seorang Habibi, laki-laki yang secara terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya.

Aleeta melirik jam dipergelangan tangannya, pukul 08.12 sebentar lagi jam masuk. Namun, Raani tak kunjung datang, kemana sebenarnya gadis itu? Aleeta menerka-nerka.

Hingga kelas habis, Raani tidak masuk. Aleeta lantas beranjak meninggalkan kelas dan berniat akan berkunjung ke rumah sahabatnya.

Aleeta berjalan sendirian menuju gerbang kampus yang berjarak sekitar 50 km. Cuaca panas membuatnya menghapus peluh berkali-kali.

"Aleeta yah?" tanya seseorang di sampingnya lantas Aleeta menoleh dan tersenyum kecil karena itu seorang perempuan.

"Beruntung banget ya lo... kenapa lo sok jual mahal ketika Habibi deketin lo?

Apa? Aleeta terperangah dibuatnya dan nyaris tertawa miris. Beruntung? di dekati Habibi, beruntung? rasanya ingin sekali Aleeta ber-haha hihi sekarang di depan wajah gadis itu.

"Gue kasian sama cewek-cewek yang mengejar dia malah enggak dapat respon dari Habibi, sedangkan lo?" Perempuan itu menghentikan langkahnya.

"Ambil kak Habibi, ambil! aku juga enggak mau sama laki-laki genit kayak dia, kriteria calon imamku enggak ada pada dirinya." Sayangnya kata-kata itu hanya terpendam di dalam hati Aleeta.

Sebuah mobil putih berhenti tepat di depan mereka.

"Nah itu Habibi, lo potong telinga gue kalau dia enggak nyamperin lo!"

Buseet dah, seram amat potong telinga, pikir Aleeta sembari bergidik.

"Aleeta?"

Aleeta mendongkak dan laki-laki dengan kemeja biru langit itu sudah berdiri dihadapannya lantas dia mundur perlahan. Risih rasanya.

"Mau pulang?" tanyanya kembali. Aleeta hanya mengangguk.

"Mau bareng?" Kali ini Aleeta menggeleng. Terdengar helaan napas Habibi, Aleeta acuh tak acuh di sana, peduli setan sama laki-laki yang sedang menahan emosi karena ulahnya.

"Masih jauh lo menuju gerbang."

Aleeta membalas menatap Habibi sekilas dan, "Enggak masalah, Kak. Mending kakak antar aja mbak ini, dia butuh bantuan kakak. Permisi ...," Aleeta berjalan cepat meninggalkan dua orang yang sudah menghabiskan waktunya beberapa menit.

***

Aleeta turun dari taksi tepat di depan gerbang perumahan lalu dia menebarkan senyum pada seorang satpam yang sudah sangat dia kenali dan kembali melangkah melewati sekitar dua rumah untuk menuju rumah sang sahabat yang entah kenapa tak masuk kelas hari ini.

Sampai di depan rumah Raani dia buka pagar yang tak terkunci itu dan masuk ke dalam, terlihat Adel sedang menyapu teras.

"Assalamualaikum Mbak!" teriak Aleeta tertawa karena berhasil membuat Adel kaget karena ulahnya.

"Wa'alaikumussalam Alee!" balasnya dengan teriak kemudian mereka terbahak-bahak di sana. "Eh mbak, Raan mana?"

"Raani di kamar, Al. Dia demam," jawab Adel cengengesan, "Agaknya dia rindu seseorang ...." Kekehnya.

Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang