"Ummi! Kak Zakki!" Aleeta mengetuk pintu rumahnya berulang kali namun belum ada yang membukakannya. Menarik napas sebelum mendaratkan bokongnya di kursi, lelah sekali rasanya, sudah lebih 15 menit di sini.
Tak lama matanya menangkap sang ummi yang turun dari mobil membukakan pagar lebar-lebar. Sirga putih milik abinya memasuki halaman rumah. Aleeta mengembuskan napas, pantas saja tidak ada yang menyahuti dirinya.
"Sudah lama nungunya?" tanya Baiti mengusap puncak kepala bungsunya itu. Aleeta mengangguk dan abinya yang baru saja turun mendekati mereka lalu ikut mengusap puncak kepalanya kemudian terkekeh. "Sudah lama pulangnya?" tanya Agus.
Aleeta mengangguk kecil. "Masuk gih, ganti baju terus makan, habis itu temui abi di ruang tengah," kata Baiti, Aleeta mengerutkam dahinya hendak bertanya namun Zakki menginterupsi dengan ucapannya. "Ciye ...," ujarnya.
Lah? kak Zakki kenapa, batin Aleeta heran.
***
Selesai berganti pakaian kemudian makan, Aleeta melangkah ke ruang tengah menuruti perkataan sang ummi di depan pintu tadi. Matanya menangkap abinya dan Zakki sudah duduk berhadapan di sana. Lalu menyusul Baiti yang membawakan tiga cangkir teh hangat.
Jantung Aleeta semakin kuat saja memompa, pikirannya melayang pada sesuatu yang akhir-akhir ini sering memenuhi pikirannya.
Perjodohan
Ya, apa semua ini berkaitan dengan perjodohan itu? Oh Tuhan ... kalau saja di sini ada pintu Doraemon mungkin Aleeta akan bersyukur sekali. Tapi, apa-apaan pikirannya, please Al, ini bukan dunia penuh imajinasi seperti itu.
"Alee?" Suara abinya menyadarkan dirinya sejenak, setelah itu dia benar-benar melangkah bergabung di sana, mengisi posisi kosong di samping sang kakak.
"Sudah makan, Nak?" Basa-basi Agus. Yang dijawab anggukan kecil dari putri bungsunya.
"Tadi ... seorang laki-laki bertandang ke rumah kita bersama ayahnya, untuk mengkhitbahmu pada abi." Berhenti sejenak guna melihat ekspresi Aleeta. "abi terima," lanjutnya, mata Aleeta memicing ketika ungkapan terakhir Agus masuk ke indera pendengarnya.
Kenapa abi terima! ingin sekali meneriaki kata-kata itu, tapi Aleeta masih ingat kesopanan pada orang tua. Jadilah, dirinya hanya mampu menelan mentah-mentah emosinya.
"Dia laki-laki baik, Nak. Anak pondok yang sedang berjuang dengan hafalannya, dia juga lelaki yang baik dan taat pada agama. Abi terima, karena abi tahu jika ada seorang laki-laki datang ke rumah dengan niat baik dan dia adalah laki-laki yang baik, maka kita harus menerimanya."
Zakki menoleh memandangi sang adik yang kini diam tanpa kata, sesekali anggukan yang dia berikan jika mendapati pertanyaan dari abi mereka itu.
"Alee juga sudah sangat mengenalnya, Alee tahu siapa?" Giliran sang ummi yang membuka suara. Sebagai jawaban, Aleeta menggeleng meski dalam hati dia meneriakki nama Faisal.
"Faisal, anak Pak Ramzi. Alee sangat kenal 'kan sama dia?" Aleeta mendongkak, menatap umminya yang tersenyum manis.
SANGAT KENAL!
AMAT TERAMAT KENAL UMMI!
"Ya,sangat kenal ummi," jawabnya melemah. Zakki yang mampu membaca bahasa tubuh adiknya itu tak urung merangkul dan mengusap bahunya seolah paham apa yang tengah dirasakan sang adik.
"Tapi ...." Mendengar Aleeta membuka suara namun menggantung itu, Agus, Baiti serta Zakki memandangi dengan wajah penuh tanya.
"Dia, mengkhitbah Alee?" Agus dan Baiti mengangguk kompak. "Enggak salah? bukannya abi dan Pak Ramzi yang menjodohkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)
Espiritual"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... Sampai Jannah-Nya kita akan tetap bersama" -Raani Assyfa - ------------ Selamat datang dikisah dua sahabat muslimah. Semoga sukak, jangan...