Lukas tentu saja (harus) bersedia, namun ia sebenarnya ingin geleng kepala melihat lokasi sang budak berada, Magelang, Jawa Tengah. Chrisvander agak bingung dengan Lukas, karena tidak mendengar kata-kata dari Lukas seperti yang biasanya, seperti mengucapkan kata "Siap, saya bersedia, Tuan Muda... " dengan cepat.Chrisvander. : "Kamu mau nggak, sih?.".
Lukas. : "Eh... Sebentar Tuan Muda... Coba perhatikan lagi Lokasi dan tanggal pembuatan surat wasiat itu...".
Chrisvander mengambil surat yang sebelumnya digeletakkannya di atas meja itu, lalu memegangnya di hadapan Lukas untuk di baca bersama.
Setelah membaca ulang poin-poin yang ada di sana, Lukas menjelaskan lebih jauh lagi.
Lukas. : "Surat ini sudah dibuat dua tahun lalu, sewaktu 20xx. Sekarang sudah 20xz. Berarti, Ayah Tuan Muda sudah mengklaim "budak" dua tahun lalu. Saya pikir ini aneh, karena untuk apa sudah diklaim waktu itu, tetapi diambilnya sewaktu-waktu. Mungkin ada satu hal yang membuat Ayah Tuan Muda, tidak langsung membawanya kemari dan malah dijadikan surat wasiat. Kata "sewaktu-waktu", dapat membuat batal untuk memilikinya apabila lupa, atau menganggapnya sudah tidak penting lagi, apalagi kalau surat ini hilang belum lagi bagaimana keadaan budaknya. Apakah dia masih hidup? Atau pindah.".
Chrisvander. : "Terus?.".
Lukas. : "Satu hal lagi, kalau suratnya hanya ini, tentu saja lemah. Kita harus ada surat lain lagi. Kalau surat wasiat harta, sudah pasti itu hanya satu pihak, alias satu keluarga itu saja. Sementara ini tentang budak,... Eh.. Maaf, ganti kata budak dengan "anak" dulu..., karena kita akan mengambil "anak" dari keluarga lain, otomatis harus ada surat lain juga yang dipegang oleh pihak keluarga yang anaknya akan kita ambil, namanya mungkin semisal surat "Surat Penyerahan Hak Asuh Anak". Lalu ini, orang yang akan kita ambil disebut "budak" sementara Budak disebutnya Harta walau dia manusia. Berarti surat ini aneh sekali, harusnya nama suratnya semisal "Surat Izin Adopsi Anak", kenapa malah jadi "Surat Wasiat" saja?. Surat ini malah memberikan "anak" alias manusia, dengan kata-kata di dalamnya yang seharusnya itu surat wasiat harta. Apalagi, ada gabungan dari dua surat ini yang akan memunculkan surat satu lagi, yaitu namanya semisal "Surat Perjajian Adopsi Anak.".".
Chrisvander. : "...".
Chrisvander yang matanya sudah sipit semakin ia sipitkan lagi. Lukas menganggapnya mungkin Chrisvander tidak mengerti.
Lukas. : "Tuan Muda.. Bingung penjelasan saya?.".
Chrisvander. : "Iya, bingung, buat apa ribet-ribet bikin surat kalo cukup cuma suka sama suka Tuan dan budaknya.".
Lukas. : "Eh.. Hmm... Itu karena, saya belum selesai bicaranya Tuan Muda... Karena Tuan Muda kelihatan Bingung, saya berhenti...".
Lukas membenahi kacamatanya lagi.
Chrisvander. : "Oh.. Gak apa-apa.. Saya ngerti koq intinya.. Ya udah sekarang lanjut~...".
Lukas mengangguk.
Lukas. : "Jadi, surat ini gunanya mengekang, untuk mencegah pemberontakkan si Budak mungkin... Apalagi.. Sudah pakai materai. Dalam sebuah perjajian sah atau tidaknya adalah bukan karena materai, tapi perjanjian yang sah cukup hanya adanya kesepakatan dari beberapa pihak yang mampu secara hukum atau cukup umur dan tidak di bawah pengampuan dan adanya causa yang halal. Fungsi materai hanyalah untuk diajukan ke pengadilan bila ada pelanggaran, jadi si budak ini tidak bisa menuntut kebebasan dirinya dalam hal HAM di pengadilan, dan walau si Tuan melanggar, si Tuanlah yang tetap menang. Asal surat tidak hilang atau rusak saja...".
Chrisvander. : "Lho.. Karena ini negara hukum, Kalo si budak minta kebebasan bagaimana? Pasti kalau ada orang-orang geger campur tangan 'kan rese tuh....".
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitches Testament
General Fiction( ⚠ Peringatan!! Cerita Sex 18+) Chrisvander adalah salah satu "Anak Sulthan" yang selalu merasakan kekosongan. Dan ketertarikan seksualnya yang berbeda membuat dirinya berpikir untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Bersamaan dengan surat wasi...