Testament 9. Move

604 19 2
                                    

Alessandro menikmati sisa-sisa dari kenikmatan yang diberikan oleh Lukas. Dengan kontolnya yang masih di dalam mulut Lukas. Lukas yang menampung sperma Alessandro di dalam mulutnya menahan muntah.

Lukas. : "(Mual... Anjir. Rasa peju koq begini amat sih... Asin asem pahit.. Kecut... Hmph..)".

Alessandro bingung melihat keadaan Lukas dan dia mencabut kontolnya dari mulut Lukas.

Lukas. : "Ueeeeekhhh..."

Lukas memuntahkan sperma Alessandro bersama lelehan air liurnya. Alhasil sperma Alessandro yang bercampur air liur Lukas itu terbuang pada celah-celah batu jeding outdoor ini.

Alessandro. : "Yah. Koq malah dibuang sih Kas?.".

Lukas. : "Ueeekhhh....ueeekkhh..".

Lukas masih saja memuntahkan sisa sisanya lagi. Sementara itu Alessandro dengan wajah kecewa melihat ke Arah Handphone-nya lalu mematikan kamera yang sedari tadi sedang merekam ritual mereka berdua.

Lukas mengambil air untuk berkumur, sementara itu Alessandro mengamankan Handphone-nya pada tempat aman antara pakaian-pakaiannya.

Alessandro lalu mengguyur badannya dengan air dan mandi. Dia menyeka badannya secara keseluruhan seperti saat mandi memakai sabun mandi. Sementara Lukas masih terus berkumur dan mencuci muka. Setelah Alessandro selesai bergantianlah Lukas yang mengguyur badannya. Ketika Badan Alessandro telah sedikit mengering dia menyisiri rambutnya berulang-ulang dengan jari-jari tangan kanan secara cepat dari belakang ke depan untuk mengeringkan air di rambutnya. Kemudian Alessandro memakai pakaiannya semua dan keluar jeding lebih dahulu. Disusul oleh Lukas yang melakukan hal demikian semisal Alessandro, Alessandro tak lupa mengaca pada handphone menggunakan kamera depannya.

Lukas menyusul Alessandro yang sudah lebih jauh menuju halaman depan rumah Dimiawan. Di depan teras rumah Dimiawan, Pak RT sudah menunggu Alessandro.

Pak RT. : "Lho? Temen kamu mana?."

Alessandro. : "Eh.. Itu. Masih di sana... Nanti juga nyusul.".

Pak RT. : "Oh, Ayo, masuk. Mas Awan sebentar lagi mau datang.".

Alessandro. : "Iya, Pak.".

Sementara itu...

Lukas. : "(Aduh.. Koq mulut gue jadi nggak enak sih... Ini rasanya kayak masih ada yang ketinggalan gitu lho.).".

Lukas lalu meludah-ludah sebelum dia sampai ke depan teras rumah Dimiawan.

Alessandro yang sudah masuk duluan ke ruang tamu rumah Dimiawan, Di sambut oleh seorang wanita yang sudah keriput, wanita itu memakai kerudung dan menggendong anak yang duduk berayun pada kain yang diselendangkan olehnya itu antara pundak dan pinggangnya.

Wanita. : "Duduk, Cak. Pak.".

Pak RT dan Alessandro lekas duduk, kursi ruang tamu terbuat dari anyaman bambu. Sehingga ketika mereka duduk terdengar bunyi khas decitan gesekan antara bambu-bambu yang dianyam menjadi kursi itu. Sementara wanita itu masih berdiri.

Pak RT. : "Nak Aless, saya udah jelaskan semuanya ke Ibu Sari ini, Dia bibinya mas Awan. Sekarang tinggal nunggu Mas Awannya lagi di perjalan menuju ke sini."

Alessandro. : "Iya, Baik, Pak.".

Lukas memasuki ruangan.

Lukas. : "Assalamu'alaikum...".

"Wa'alaikumussalaam.".

Yang menjawab salam dari Lukas hanya si wanita alias Bibi dari Dimiawan serta Pak RT saja, sementara Alessandro tetap terdiam.

Bitches TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang