Gatra;
"Goblok lo, Bas." Gerutu gue begitu kita—gue dan Basel, si kunyuk—keluar dari kantor polisi.
"Heard that one before." Balesnya dengan smirk ngajak tubir khas Basel Abimana Dewangga. Area sekitar bawah mata sama hidungnya masih merah—he's not completely sober, membuat gue cuma sanggup memutar kedua bola mata.
"Sama-sama." Bales gue jutek, buru-buru jalan menuju mobil gue yang terparkir gak jauh dari sini.
Iya, ini masih di sudut pandang seorang Gatra Rayhan Aristo, kenapa? Ha? Ga suka?
Maaf kalau terdengar ngajak ribut, masalahnya ini udah hampir jam 5 pagi, dan belum 5 menit pun gue sempet tidur (tadi di kantor polisi gue sempet merem sih, 10 menitan ada kali). Gue tau pertanyaan kalian: kenapa? Ngapain? Kok bisa?
Jawaban gue: gapapa, ya gitu deh, bisa lah-
"WOY BAS mau kemana." Gue yang baru nyentuh gagang pintu HRV putih gue (ya punya bokap sih, tapikan doi bokap gue, jadi mobilnya juga punya gue oke dadah) dengan males-malesan, langsung terbelalak begitu ngeliat manusia dengan kemeja hitam, ripped jeans hitam, mahkota dan cape merah panjang ala raja, lengkap dengan pedang-pedangannya itu, melangkah menuju jalan raya. Konyol banget 'kan.
Iya, he was there last night at the party, remember? Or at least before I came to pick Vienna up.
"Udaah." Dia melambaikan tangan tanpa nengok sedikitpun.
"Apaansi anjir lo mabok, bego." Gue pun narik lengannya tanpa perlawanan yang berarti.
"Apaan si, Gat? Urusin tuh Vienna." Apaan si kok jadi kaya orang pacaran?
"Udah, goblok." Gue geret aja ke mobil.
"Gue mau ke rumah sakit."
"Lewat, elah."
Mungkin kalian mikir, ini si Gatra jadi orang kok pedulian banget? Kalo gue suatu hari kena begal dia bakal begitu gak ya ke gue? Apa dia sebaik itu, atau dia hanya bodoh? Jawabannya: ya. Kalo kita deket pasti gue samper. Dan gak, insya Allah otak gue masih jalan.
Anyway, that's not the point here. Jadi Basel, harus banget terlibat pertengkaran while he's drunk. Dan, nggak, lokasinya bukan di lounge yang tadi malem, gue lupa di jalan apa pokoknya di tempat lain.
And it wasn't just any fight, dia berantem gara-gara mobilnya keserempet. YA GIMANA YA MALIH LO AJA DALAM KEADAAN MABOK. JADI dia harus banget nelfon gue karena: 1. We're practically brothers, dan 2. Bokap gue jenderal—gak, gue gak ngada-ngada, ini serius, bokap gue jenderal. So it really comes handy buat urusan kaya begini.
I wasn't so good of a son myself, gue gak jauh beda sama Basel, bedanya belakangan ini gue lagi gila main overwatch, jadi agak berkurang aktivitas yang begituan. Pokoknya semenjak gue kena tifus beberapa waktu lalu gue ngerasa lemah dan jadi lebih prefer dirumah. HAHAHA lebay lah lo, Gat.
Seperti yang gue bilang, gue udah nganggep Basel kayak sodara sendiri. Terlebih karena kakak perempuan gue yang udah berkeluarga itu tinggalnya di luar kota, ikut suaminya yANG JUGA POLISI wow kebayang gak berapa juta kali gue dipaksa masuk akpol sama keluarga gue, setelah lulus SMA nanti? Karena literally almost everyone in the family kalo nggak lulusan akpol, ya lulusan akmil, paling itu tuh kakak sepupu gue yang udah cita-cita jadi pilot dari TK, jadi sekarang dia sekolah pilot, walaupun sempet berantem dulu sama bokapnya sampe dia gak pulang 4 hari taunya nginep di warnet. OKE KENAPA JADI NGOMONGIN KAKAK SEPUPU GUE.
Gitu lah intinya, maap gue ngantuk tapi gue harus strong sampe rumah. By the way, gue lebih tua setaun dari Basel karena gue telat pas masuk TK. And I've always wanted a brother anyways, karena dari kecil selalu dicekokin barbie dan masak-masakan, walaupun Mbak Gista—kakak gue satu-satunya—gak jauh beda sama Ade Rai; macho, mainnya sleding-sleding juga. Pokoknya kalo sama Mbak Gista gue selalu tertindas.
Dan Basel, walaupun kepribadian gue dan dia cukup berbeda (gue yang petakilan dan bawel, Basel yang lebih kalem tapi mematikan, yaelah mematikan udah kaya liur komodo) tapi entah gimana, we just have so much things in common. Mulai dari musik, recehan, sampai family issues. Didn't mean to glorify pain, tapi apa sih yang sempurna di dunia ini? (Gatra, lah) so we might as well share the pain with someone we can relate to, just to lift up a little bit of weight off our shoulder.
"Nyalain lagu kek, Gat, diem-diem aja kayak abang grab," Manusia di kiri gue tiba-tiba bersuara, memecah keheningan setelah hampir setengah jam di jalan, "jing, pusing banget." Tambahnya.
"Nih, ah, gue lagi nyetir." Gue ngelempar hp gue pelan ke pangkuannya.
"Ngapa lo sama Vienna?" Tanya gue datar selagi Basel buka Spotify.
"Hah?"
"Itu si Kayla-Kayla itu, Keira, Kira, siapa sih namanya, yang dikenalin sama lo, lupa gue,"
"Oh, itu."
"Iya, yang itu, dia yang lo tinggalin, kenapa Vienna yang marah? Lo apain sih anaknya? Siapa namanya?" Tanya gue bertubi-tubi.
"Gue juga lupa, namanya susah."
"Anjing nyesel gue ngajak ngomong lo." Gue kembali fokus ke jalanan, dan Basel terkekeh pelan, diikuti dengan musiknya Fall Out Boy yang mulai memenuhi mobil gue pagi ini.
Oh, did I mention kalo "Basel" itu juga nama kota? Just like "Vienna"? What a coincidence. Abis ini gue mau WA nyokap gue, mau nanya "Gatra" itu artinya apa.
Basel minta diturunin di depan rumah sakit, it's not like he has a place to come home to anyways. A house, maybe; but not a home. Gue turutin karena dia juga mau ngobatin luka-lukanya gara-gara tadi malem. Mobilnya masih di kantor polisi.
Gue? Gue parkir dulu di parkiran rumah sakit, buat tidur bentar. Ngantuk banget, Pak. Daripada gue tidur di kasur rumah sakit gara-gara kecelakaan akibat nyetir dalam keadaan ngantuk 'kan?
Gue bangun karena nyokap gue nelfon, nanya gue dimana. Gue bilang aja nginep dirumah Sammy, padahal Sammy nya lagi di Bandung, gue baru inget. Ngerasa segeran, gue langsung cabut, kembali menyusuri jalanan di minggu pagi yang indah ini.
Ah, minggu-minggu pagi begini tuh enaknya langit berawan, ujan rintik-rintik, gue bangun dari tidur nyenyak, gitaran sambil minum yang anget-anget di teras, beh. Tinggal beberapa kilometer lagi sampai akhirnya gue bisa melakukan semua itu (atau tidur aja?) di rumah tercinta.
And just when I thought the chaotic night has finally come to an end...
BRAKK
"WOY, MAS!"
Really, now?
—
Author's note: I'm sorryyyy masih di sudut pandangnya Gatra, he's just got a lot to tell ;);) next siapa ya hmmOn pic. Jaehyungparkian as Bastra (Basel Gatra wkwk)
KAMU SEDANG MEMBACA
the things we do for love; day6
Novela Juvenil[HIATUS] Oh, nothing, just a bunch of guys, doing a bunch of stuff just to put a smile on some faces, not knowing it was just a very intense feeling of pure happiness and warmth towards someone... also known as love. ✨notes✨ -day6 lokal -school life