Malam ini, Hanna dengan setengah bangun terpaksa pergi keluar kos-annya untuk membeli obat di apotek terdekat, alasannya adalah teman sekamarnya sakit. Jika Hanna ingin egois, ia akan memilih pura-pura tidak dengar seluruh rintihan temannya dan tetap tidur. Tapi karena mereka sudah kenal begitu lama, dan meningat kalau dia sudah melakukan banyak hal untuk Hanna, maka Hanna merelakan jam tidurnya terpotong untuk berjalan ke apotek yang tidak terlalu jauh.
Ini pukul 22.35. Hari sudah mulai sepi, lampu-lampu perumahan disekitar sini sudah dimatikan. Hanya tersisa lampu-lampu jalan dan lampu-lampu kendaraan yang melintas di jalanan. Serta beberapa kedai toko yang masih terbuka.
Hanna menguap beberapa kali, ia masih mengantuk dan cuaca nya dingin, ia semakin mengantuk. Hanna menyembunyikan telapak tangannya didalam kantong jaket tipisnya.
Apotek itu hanya tinggal beberapa langkah, tapi Hanna harus menyebrangi jalan raya terlebih dahulu. Kalau boleh jujur, Hanna tidak berani menyebrang sendirian. Biasanya ia akan menunggu orang lain yang akan menyebrang, tapi sepertinya kali ini ia tidak bisa mengandalkan siapa-siapa, hanya mengandalkan dirinya sendiri.
Hanna menoleh kearah kiri dan kanan, sepertinya aman. Ia mulai mulai berjalan menyebrangi jalan raya itu.
Semuanya tampak baik-baik saja sampai Hanna mendengar suara klakson dari sebelah kiri dan kanan-nya, reflek Hanna menoleh ke kedua arah tersebut, dan tebak apa yang didapatnya? Disebelah kiri ada truk besar dan disebelah kanannya ada mobil jeep. Keduanya tampak sudah begitu dekat. Klakson kedua kendaraan itu terus berbunyi. Hanna kalut, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya reflek menutup kedua matanya, ia tidak bisa bergerak, maka yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu ajalnya—mungkin?
Tidak, Hanna tidak tertabrak, tiba-tiba seseorang menarik lengan Hanna hingga kepinggir jalan raya, tak lama setelahnya...
BRUK
Bunyi tabrakan dua kendaraan itu sangat besar, kemudian api yang sangat besar membara. Warga panik, dan segera memanggil pemadam kebakaran dan berusaha meminimalisir api muncul semakin banyak.
Hanna tertegun, ia terlalu shock.
Terlalu shock sampai ia tidak ingat apa yang terjadi setelahnya, Hanna pingsan.
***
Hanna membuka matanya perlahan, cahaya dari lampu langsung menerobos masuk ke dalam mata Hanna membuat Hanna reflek menutupnya lagi.
"Han, lo udah bangun?"
Hanna menoleh dan mendapati Silvi disampingnya memasang wajah khawatir. Hanna hanya mengangguk.
"Hannaaaa, sorry gara-gara gua, lo jadi hampir bahaya. Lo gapapa kan?" tanya Bianca, teman yang tadi merintih kesakitan.
Ah iya juga, Hanna baru ingat nyawanya hampir saja melayang jika tidak ditarik dengan cepat oleh entah siapa.
"Siapa yang bawa gue ke sini?" tanya Hanna.
"Cowok ganteng. Gak pernah liat sih gue, cowok baru ya?" tanya Silvi yang membuat Hanna memutar bola mata malas.
Dengan jawaban begitu saja Hanna sudah bisa yakin, maksudnya adalah pria aneh yang mirip penguntit Hanna. Karena beberapa menit sebelum ia menyebrangi jalan raya, ia memang melihat sekilas pria itu. Tadinya, ia pikir salah liat karena ia masih mengantuk, tapi setelah ini Hanna yakin itu dia.
Hanna tentu saja berterimakasih kepada-nya karena sudah menolongnya, tapi tetap saja Hanna merasa tidak nyaman walaupun nyata-nya Hanna baik-baik saja—lecet sedikit sih, karena terbeset aspal.
"Beneran cowok baru ya?" tanya Silvi lagi.
"Apaan sih, gak. Gue ga kenal dia siapa," jawab Hanna malas.
Silvi mendengus, teman nya satu ini memang jutek sekali kapada semua orang, termasuk dia.
"Nanti pasti ketemu lagi. Kalo gak dia nyariin lo, lo nyariin dia." ucap Silvi sok tahu yang malas Hanna tanggapi.
Ya tanpa diberi tahu sih, Hanna juga tahu mereka akan bertemu lagi.
Sejak detik ini, Hanna semakin yakin pria itu penguntit. Karena... Kenapa ia bisa sampai tahu kos-an Hanna?
KAMU SEDANG MEMBACA
summer rain ft. daniel.
Historia CortaYou come to me suddenly, like the summer rain. ©cheatime, 2018 (april, 29th - june, 7th)