15. Hujan di Musim Kemarau

19 7 2
                                    


"Hanna."

Bukannya menjawab, Hanna justru langsung memeluk sosok didepannya. Ia bahkan mulai menitikkan air matanya. Ia menangis, dipelukan Lukesh. Rasanya, ia hanya bisa mengeluarkan segalanya pada Lukesh.



"Lukesh,"



"Jangan pergi lagi."



"Aku akan pergi lagi, Hanna."

Hanna menggeleng, tidak setuju. "Jangan, disini aja..." ia memohon.



Lukesh menangkupkan wajah Hanna dengan kedua tangannya.

"Hanna, i'll go again. But, this time, with you."


Hanna menatap Lukesh bingung, "Maksud lo? Ke planet lo?"

Lukesh mengangguk, "Iya."

Hanna jelas menolak, "Gak bisa Lukesh, siapa yang—"

"Dengar Hanna. Keadaan di esok hari tidak akan seburuk sekarang. Namun, akan lebih buruk lagi. Dan aku tidak bisa membiarkanmu hidup di dunia yang tidak pantas dihuni seperti ini lagi." jelas Lukesh.

Hanna terdiam mendengar penjelasan Hanna. Tentu saja Hanna tidak mau terus-terusan hidup di dunia yang hancur ini, tapi di lain sisi, dia tidak bisa meninggalkan adiknya serta kedua orangtua yang baru meninggal.

"Hanna, serius. Percaya padaku."

"Gue gabisa ninggalin adik dan orangtua gue." Hanna jujur.



Lukesh terdiam sebentar.





"Terkadang, kita harus menjadi egois, Hanna."






"Mementingkan diri sendiri dan membelakangi orang yang sangat berarti dikehidupan kita merupakan tindakan yang sangat gue benci." ucap Hanna sambil menatap Lukesh nanar.

"Hanna tapi-"

Hanna tersenyum, "Gue tau lo niat baik. Entah karena lo nganggep gue Ophelia atau gimana. Makasih banyak. Tapi mungkin emang gak seharusnya gue ikut lo balik ke tempat yang jelas-jelas bukan tanah dimana gue lahir. Gue menghargai usaha lo, maaf.



"Hanna..." Lukesh berucap lirih.

"Gue seneng sekarang lo manggil gue Hanna."

Lukesh terdiam.





Ia mengerti, Hanna tidak mau meninggalkan kedua orangtua nya setelah orangtua nya meninggalkan dia.

Tapi Lukesh tau, orangtua Hanna pun tak mau ia kesusahan.

"Hanna, tolong ikut aku. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu..."


"Lukesh, kalau besok emang waktunya gue mati, mau gue ikut sama lo atau tetep disini, gue bakal tetep mati. Kalo emang waktunya gue hidup, disini pun gue masih bakal hidup." ucap Hanna tegas.

"Dan lo tau jelas alasan gue gamau ikut lo, gue harap lo mengerti."













Setelah itu, Lukesh menyerah. Ia kemudian kembali ke tempat asal nya dengan kendaraan yang ia buat, tadinya untuk kembali bersama Hanna, namun hasilnya ia malah kembali seorang diri.

Di sisi lain, Hanna jelas sedih, ia tidak bisa mengungkapkan perasaan nya sekarang. Maka yang ia lakukan sekarang hanyalah menangis di atas sofa dengan ditemani hujan diluar yang semakin deras.



















FIN







Hai, akhirnya selesai juga.
Aku tau cerita ini masih punya banyak kekurangan dari segi manapun. Aku minta maaf untuk itu. Karena aku masih belajar disini.

Walaupun disini gak rame, aku seneng aja karena aku enjoy nulis cerita ini. Juga, terimakasih buat yang udah ngikutin cerita iniii! Maaf kalau aku bisa belum sediain bacaan yang cukup bagus untuk kalian.

Ini udah fin, beneran fin aku ga kepikiran buat bikin bonchap/epilog lagi karena ini udah bener-bener end dari ceritanya. Ya gak ada yang minta juga sih HAHA.


OOOO iya, ada hadiah.

Aku tau ancur banget yang ini hnGGG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tau ancur banget yang ini hnGGG. Btw fleuroadd nama ig manip aku, tapi namanya udah ganti jadi @/fleur.otp follow yAAA .g

Setelah ku perhatiin Hana nya kekecilan HUHU maaf aku masih belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah ku perhatiin Hana nya kekecilan HUHU maaf aku masih belajar.

Yaudah, gitu aja. Makasih semuanya. See you next time



With love,
J.

summer rain ft. daniel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang