.
.
.Heejin melirik arlojinya.
Tepat pukul 17.00 tapi pak Aman--- supirnya belum juga datang.
Dan sekolah sudah mulai sepi.
Hanya tinggal beberapa anak ekskul voli yang masih stay di lapangan.
Ditambah langit mulai mendung, membuat Heejin rasanya ingin menangis di tempat.
Bahkan ojek online sekalipun, gak ada yang mau menerima pesanannya.
Miris.
"Pak Aman ke mana sih? Handphone nya gak aktif lagi. "
Heejin akhirnya memutuskan untuk menghubunginya."Hwall. "
"Hm?"
"Di mana?"
"Kenapa?"
"Bisa jemput? Aku masih di sekolah, pak Aman gak dateng-dateng. "
"tungguin, ntar juga dateng. "
Heejin menghela napas berat. Sebelum akhirnya memutuskan sambungan.
Memang seharusnya dia gak perlu menghubungi Hwall.
Gak guna.
Heejin akhirnya memilih untuk menunggu.
Sampai akhirnya hujan turun, deras. Tanpa gerimis dahulu.
Heejin mengusap ujung matanya yang basah.
Dia bukan cewek cengeng.
Tapi siapapun yang ada di posisinya saat ini, pasti mengerti.
Seberapa panik dirinya.
Sampai Heejin merasa seseorang merangkulnya dari arah belakang.
Detik berikutnya, orang itu sudah berdiri di sampingnya, sambil membuka payung.
"Cengeng, " cibirnya.
Heejin mengusap kembali ujung matanya. "Siapa yang nangis. "
"Jelek, " ledek Hwall.
"Katanya gak mau jemput. "
"Siapa yang bilang?"
Heejin menggeleng.
"Makanya jangan nethink. "
Hwall merentangkan sebelah tangannya, sebelum mereka berjalan di bawah hujan.
"Sini deketan, biar gak basah. "
Heejin memilih untuk menurut.
Membiarkan Hwall merangkulnya.
Melindunginya dari hujan.
Hujan hari ini, rasanya lebih hangat dari hujan-hujan sebelumnya
-Heejinia Arasyta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend | Hwall-Heejin
Fanfiction[complete] "Semua tentang kamu, di luar ekspektasiku. " -Dari Heejin untuk Hwall Started: 01.03.19 Finished: 06.04.21