Hwall menyentuh luka di pelipis dan sudut bibirnya sambil menyeringai.
Tiga hari yang lalu ia benar-benar merealisasikan ucapannya tempo hari.
Kalau Hyunjin, Sunwoo dan Jeno malam itu tidak datang.
Mungkin luka yang ia dapat tidak akan seringan ini.
Begitupun dengan Lino.
Ya, childish memang.
Tapi itulah laki-laki. Harga diri mereka seakan luka, jika mengalah begitu saja.
Meski fisik taruhannya, tidak jadi masalah.
"Lo bukan bocah sd Hwall, gak pake berantem-beranteman gitulah. "
"Lo udah gede, udah bisa bikin anak. Gak pantes lah ribut cuma gara-gara cewek. "
"Gue bilangin Aras sampe lo ribut beneran sama Lino. "
Semuanya hanya seperti angin lalu bagi Hwall.
Dan tanpa diberi tau, Heejin benar-benar tau semuanya.
Setiap detail kejadiannya. Entah dapat informasi dari mana.
Sesuai dengan dugaan Hwall, Heejin benar-benar marah hari itu.
Diam, menghindar, dan kembali memulai perang dingin.
Hwall sadar ini kesalahannya, tapi ia tidak pernah menyesal.
Setidaknya ia sudah mencoba menjaga apa yang akan kembali ia raih.
Egois? Memang.
Hwall tidak pernah suka miliknya disentuh oleh siapapun.
Termasuk Heejin.
"Aras... "
Heejin memilih diam, tidak berniat menanggapi.
"Masih marah?"
"Lino gak kenapa-napa... "
"... Tenang aja. "
Heejin menghela napas begitu mendengar kalimat Hwall dari seberang sana.
"Masih diem? Tutup aja telponnya. "
"Bukan gitu Hwall, " Heejin kembali menghela napas. "Aku marah bukan karna kak Lino kenapa-napa. "
"Kamu ngerti gak sih? Kalo kalian berdua kenapa-napa, siapa yang pantes disalahin? Aku. "
"Gak usah ngerasa bersalah. "
"Hwall... aku bukan barang yang bisa kalian rebutin. "
"Gak gitu Ras. "
"Ya terus gimana?"
Hwall menghela napas di seberang sana. "Lagi nugas?"
Mengalihkan pembicaraan. Itu keahlian Hwall.
Emang gak ada yang bisa nebak isi kepala yang terhormat Alvaro Hwall.
"Iya. "
"Yaudah lanjutin. "
"Jangan ditutup telponnya. "
Heejin akhirnya kembali meraih bolpoinnya dan mulai kembali menulis.
"Tugas apa? Mau dibantuin gak?"
"Bahasa inggris. Gak usah. "
Heejin mendengar Hwall tertawa di ujung sana. "Udahanlah marahnya. "
"Sorry... "
Heejin tau Hwall meminta maaf tapi ia tidak benar-benar menyesali perbuatannya.
Karna apa?
Hwall itu bukan tipe orang yang mudah menggambarkan perasaannya dengan kata-kata.
Menyesal, kecewa, sedih, ia akan lebih memilih diam.
"Gak usah minta maaf kalo kamu gak merasa salah. "
"Iya. "
"Jangan bikin tante Helen khawatir terus Hwall. "
"Iya. "
"Jangan iya-iya doang kenapa sih? Bikin kesel aja. "
"Yaudah, engga. "
Heejin mendengus kesal. "Besok-besok kamu dirante aja biar gak bikin masalah. "
"Emangnya anjing. "
Heejin lagi-lagi mendengus kesal. Ini Heejin tuh lagi marah yorobun. "Hwall... "
"Iya... sayang... "
Heejin udah pusing sama bahasa inggris, sekarang pusing juga sama Hwall.
Kenapa dia makin manis pas udah putus si? Kan TELAT.
"Masih gak?"
"Hah? Masih apa?"
"Masih sayang. "
To be continue...
Yg manis² dulu aja ye kan, sebelum tamat.
Tp sowri gw ga janji bakal happy ending y hehe ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend | Hwall-Heejin
Fanfiction[complete] "Semua tentang kamu, di luar ekspektasiku. " -Dari Heejin untuk Hwall Started: 01.03.19 Finished: 06.04.21