Jam sudah menunjukkan pukul setengah 11 saat Janu dan Kira melangkah masuk kedalam Kondo.
Terdapat 3 kantong besar hasil belanjaan mereka malam itu, 1 di tangan Janu dan sisanya di tangan Kira. Kenapa Kira membawa lebih banyak? Karena Janu beralasan tangannya lelah karena menyetir seharian. Dasar!
“Abis lu rapihin, ganti baju terus tunggu gua di ruang tengah.” Janu bertitah begitu meletakkan kantong besar diatas meja dapur.
“Gue sendiri yang rapihin Kak?” Kira bertanya terkejut.
“Ngerapihin itu kerjaan cewek dan siapa yang cewek diantara kita berdua? Lu pikir aja sendiri!” Janu menjawab, matanya kemudian melirik kearah jam digital tidak jauh disana, “Lu punya 23 menit, 11 teng ruang tengah!” Lanjutnya dan berbalik, “God! Lewat 11 menit dari jadwal!” Kira masih bisa mendengar gerutuan kecil Janu begitu ia meninggalkan dapur.
Matanya lalu menatap 3 kantung besar di depannya, bahkan untuk menyelesaikan ini saja 23 menit tidak cukup!
“22 menit lagi!” Seruan Janu terdengar sesaat sebelum menutup pintu kamarnya membuat Kira bergegas merapihkan semuanya dengan sisa-sisa tenaganya.
Sikap bossy nya itu!
∞
23.02
Bruk! Bruk! Bruk! Bruk!
“Lu ngebuang waktu gua 2 menit woy!” Janu berseru setelah serangkaian ritual menggedor pintunya, tidak terlalu keras tentu saja, dia takut pintunya lecet.
“Dispensasi waktu 5 menit, 3 menit lu gak ada di ruang tengah, lu liat aja!” Janu sebenarnya ingin mengancam tapi tidak tahu harus memberi hukuman seperti apa, alhasil dia hanya mengatakan ‘lu liat aja!’.
Janu kembali beranjak menuju ruang tengah, duduk bersandar dan memainkan tab-nya sembari menunggu Kira.
23.04
Waktu yang tertera saat Janu melirik pada jam, dia mendengus dan kembali berseru, “Ki, waktu lu kurang se—”
“Gue udah ada, Kak!” Kira memotong ucapannya begitu muncul dari lorong pintu kamar berada membuat Janu mengalihkan wajahnya pada gadis itu dengan kesal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Duduk.” Tunjuknya kearah sofa lain di sampingnya dengan anggukan dagu. Kira patuh, duduk disana kemudian menatap Janu, menunggu.
Janu berhenti memainkan tab-nya, tubuhnya tercondong kedepan dengan tangannya yang meraih sebuah map coklat diatas meja kemudian menggesernya agar lebih mendekat pada Kira.