• Death is just another path One that we all must take •
∞ prolog
Author's POV
Malam terlihat begitu pekat ditutupi awan hitam yang sangat lebat, butiran kecil hujan nampak turun bergantian menjadi satu-satunya alasan mengapa bumi terasa lembab. Butiran air kecil itu menjadi saksi saat dua buah roda kecil membela jalan malam yang panjang. Semakin cepat roda itu berputar, angin yang menerjangnya juga semakin menjadi liar.
Pengendara itu tidak peduli dengan serangan hujan kecil yang menerpa kulitnya saat ia melaju melawan arah rombongan tersebut, membuat tusukan-tusukan perih terasa di seluruh kulitnya yang terbuka. Ia tidak mau kalah, dalam pikirannya dia mengatakan, tidak akan ada yang bisa menghadang untuk ia sampai ketujuan.
Setidaknya, seperti itulah yang ia pikirkan sampai saat cahaya putih menyilaukan menerangi seluruh tubuhnya. Suara nyaring tanda memperingatkan terdengar setelahnya membuat sang pengendara terkejut, namun belum juga keterkejutannya hilang, suara lainnya yang tidak kalah memekakan telinga terdengar di sunyinya malam hitam.
Terasa seperti adegan slow motion, kendaraan yang sedaritadi tidak ada gentarnya menembus pekatnya malam dan perihnya air hujan terlihat terpelanting. Bukan gelap malam yang membuatnya terhenti, bukan juga rombongan hujan rintik penghasil perih, namun cahaya putih disertai bunyi dan diakhiri sentakan tubuhnya ke bumi yang membuatnya harus berhenti.
Di dalam pikirnya, ia melirih, malam itu dia tidak akan sampai ke tujuan, namun setidaknya 'mereka' akan se-tujuan.
∞
"Kamu percaya dengan akhir yang bahagia?" Seorang lelaki terdengar bertanya, memecah keheningan.
Orang yang ditanya, yang duduk tidak jauh darinya, terlihat menoleh pada lelaki itu kemudian menggeleng, "Gak ada yang namanya akhir. Maksudnya, akhir yang bener-bener akhir, itu gak ada."
Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya, nampak tidak setuju dengan lawan bicaranya, "Setiap ada awal, pasti ada akhir!"
Orang itu kembali menggeleng, "Tapi bukan akhir yang sebenarnya." Jawabnya, "Contohnya, emm, cewek ketemu sama cowok dan mereka kenalan terus jadi teman, seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat kemudian memutuskan untuk 'mengakhiri' pertemanan mereka dan menggantinya dengan hubungan pacaran. Waktu kembali berlalu, mereka akhirnya udah gak sejalan dan memutuskan untuk 'mengakhiri' hubungan pacaran dan menggantinya dengan hubungan mantanan. Dan kalau memungkinkan, hubungan mantanan mereka bisa 'berakhir' saat memutuskan untuk kembali temanan, atau musuhan.
"Dari kejadian itu, kita bisa lihat, gak ada yang namanya akhir yang bener-bener akhir. Karena setiap ada yang mengakhiri maka akan ada yang mengawali. Kita putus dari pacar, si pacar mulai hubungan baru dengan orang lain. Dan kalo menurut aku sih, kenalan itu bukan awalan, tapi itu adalah akhir dari ketidak-kenalan kita satu sama lain yang kemudian memunculkan awalan dari hubungan kita selanjutnya.
"Jadi kalo aku simpulkan, bukan setiap ada awal pasti ada akhir, tapi setiap ada akhir pasti ada awal."
Lelaki yang mendengar penjelasan panjang kali lebar sama dengan luas itu hanya diam melongo dengan ekspresi bingungnya membuat orang yang tadi menjelaskan tertawa ringan.
"Emm, simple-nya gini. Kita hidup di dunia, setelah kita mati bukan berarti kita udah berakhir, itu malah menjadi awal kehidupan selanjutnya, kehidupan abadi kita. Abadi, yang artinya gak ada akhirnya, catet, gak ada akhir. Jadi intinya, di akhirat aja gak ada yang namanya akhir, otomatis di dunia juga gak ada dong, kalo kita mau lihat dari arti yang sebenernya, ya.
"Bahkan untuk ukuran sebuah cerita novel pun sebenarnya gak ada akhir yang bener-bener akhir. Dan kalaupun ada yang akhir bahagia, itu karena Author-nya stop ceritain kisah itu pas mereka lagi bahagia. It is all just about the place where the Author stop the story."
"Itu gak simple!" Lelaki itu memprotes membuat lawan bicaranya lagi-lagi tertawa, "Emang kalo menurut kamu gimana? Ada yang namanya akhir bahagia?"
Lelaki itu dengan cepat menggeleng, "Kalo itu akhir, gak ada yang bahagia."
∞
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu tidak sabaran itu mengganggu tidur seorang gadis yang sedang terlelap, membuatnya menggeliat di atas ranjang masih dengan mata yang terpejam.
Tok tok tok!
Gadis itu semakin terganggu, "Iya ma, Kira udah bangun." Teriaknya dengan suara serak kemudian kembali mencari posisi nyamannya.
Ceklek.
Seseorang masuk dan berhenti tepat di samping ranjang Kira. Untuk sementara menatap datar pada gadis yang masih setia berada dalam mimpi di bawah gulungan selimut.
Orang tersebut menghela napas, diangkatnya spatula yang sengaja dibawanya tadi kemudian menoyor-noyor kepala gadis tersebut dengan ujungnya, "Woy, bangun woy!"
Kira menggeliat tidak nyaman, "Ih mama, apaan sih!" Dia menepis spatula tersebut dan menggaruk tengkuknya, sedikit demi sedikit membuka matanya yang terasa masih sangat berat.
Hal pertama yang dilihatnya adalah seseorang yang berdiri tepat di samping ranjang, menatap lurus padanya dengan datar. Keningnya mengerut, kok Mamanya berubah jadi cowok?
"Udah sadar?" Suara berat itu menyambut.
"HIH!!" Kira terlonjak, kesadarannya baru saja pulih, Apa yang terjadi?
∞
Question of the Chap: Gimana perasaan kalian baca prolog ini? Bingungkah?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aiiiii, tata kembali dengan cerita baru disiniii
Semoga kalian menikmati dan tetep baca sampai akhir nantii
Cuma pengen ingetin, ini baru prolog, jangan berspekulasi apa-apa dulu yaa:)
Semoga kalian suka dengan cerita baru saya, see yaaaa