9• ajakan

2.8K 253 21
                                    

~vote first, read, comment on the line then~

Jangan mau cuma jadi pemain yang penuhin lapangan doang


nine - ajakan

Author's POV

Kira sudah terlihat ngos-ngosan saat pemanasan lari keliling lapangan selama hampir setengah jam. Tenaganya sudah tidak sekuat dulu, dan ditambah kurangnya ia berolahraga 2 tahun belakangan membuat tubuhnya sangat cepat merasakan lelah.

Saat pertengahan drill, tenaganya sudah benar-benar habis, pandangannya sudah mulai berkunang, dan napas memburu tidak berhenti keluar dari bibirnya.
( Drill=latihan yang dilakukan berulang-ulang )

Tanpa izin, Kira segera berlari menuju toilet, dia tidak boleh pingsan di hari pertamanya latihan. Dia masuk di salah satu bilik dan menyandar di belakang pintu, mengatur napasnya agar lebih beraturan sekalian mengumpulkan kembali tenaga walau hanya sedikit saja.

Kepalanya terasa sedikit pusing, 3 menit di dalam bilik tidak menghasilkan apapun, napasnya masih sangat memburu. Dia memutuskan untuk keluar dari bilik, dia tidak mau orang-orang berpikir dia mati di dalam toilet.

Baru berjalan beberapa langkah, kepalanya kembali pusing, "Hehh hehh hehhh hehhh.” Kira menyandarkan tubuhnya di wastafel, tidak dipedulikannya lagi apakah wastafel itu bersih atau tidak, yang dia butuhkan sekarang adalah tempat bersandar.

Dia tidak berpikir bisa kembali ke lapangan dan melanjutkan drill nya, berjalan beberapa langkah saja sudah membuatnya pusing begini.

Seseorang melangkah masuk membuat Kira dengan reflex berbalik dan menyalakan kran, berpura-pura sedang membasuh tangannya.

Sebuah handuk hitam disodorkan di depannya membuat Kira berbalik dan menemukan Juan sedang bersandar di wastafel, tangan kanannya terulur kedepan Kira, menawarkan handuknya.

Dalam diam Kira menerima handuk tersebut dan mulai menyapukannya disekitar wajah, dia bingung harus mengatakan apa.

"Lo kumpulin tenaga lo dulu, gak usah di paksain.” Walau terkesan perhatian, nada suara Juan terdengar sangat dingin. Dia berbalik kemudian hendak meninggalkan Kira.

“Eh.” Kira menyeru tiba-tiba, “Emm, makasih.”

“Gak masalah.”

Setelah kurang lebih 10 menit berada di toilet, Kira melangkah keluar. Walau hanya sedikit, setidaknya dia tidak terlalu ngos-ngosan seperti tadi.

Drill telah selesai, itulah yang pertama kali dilihat Kira begitu keluar. Ternyata sudah waktunya istirahat, berapa lama dirinya di toilet?

"Kir, masih hidup lo?" Suara Coach Kris langsung terdengar begitu dilihatnya Kira melangkah keluar dari toilet, "Aduuh, belum juga game, udah K.O duluan. Sini duduk dulu, minum biar tenaga lo balik lagi."

Coach Kris adalah sosok pelatih yang sangat baik, dia mengerti dengan potensi setiap anggota yang dimilikinya, kata-kata yang keluar dari mulutnya entah kenapa selalu sangat menginspirasi, dia adalah pembicara yang baik. Setiap selesai briefing dengannya, semangat di dalam diri terasa seperti berkobar dan sangat membara, membuat orang yang mendengarnya selalu ingin berbuat sesuatu yang lebih dari biasanya, sangat menginspirasi.

Namun meski begitu, saat dia sedang marah tidak ada satupun yang akan berani, bahkan untuk berbicara saja orang akan berpikir berkali-kali. Mungkin ini yang membuatnya menjadi salah satu pelatih terbaik di kota, kemampuan menginspirasinya itu jarang dimiliki oleh pelatih-pelatih yang lain.

• J n K •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang