5

40 7 0
                                    

****

Gadis itu menghentikan langkahnya didepan dua buah makam yang terletak berdampingan. Dia meletakan bunga lili yang dibawanya. Musim gugur selalu indah, cokelat. Warna yg selalu dilihatnya setiap melihat foto2 lama yg sudah kusam. Tampak kecokelatan dimakan usia.

Menurutnya musim gugur terlihat seperti lembaran masalalu yg akan segera usai digantikan oleh musim dingin yg membekukan setiap kenangan dalam ingatan, musim semi yg cerah penuh warna, awal dari sesuatu yg baru. Dan musim panas yg penuh dengan sinar matahari, perjalanan yg terlewat sebelum menuju akhir.

"pahmah, apa hari ini tepat satu tahun setelah kepergian kalian" ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Hari ini adalah hari terakhir masa berkabungku, jadi setelah ini aku akan menjadi anak kalian yang dulu. Tapi tenang saja pahmah,aku sudah mulai terbiasa memakai semua gaun yg dulu kau belikan untukku, jadi mungkin aku masih akan memakainya sesekali" ucapnya dengan tetes air mata yg sedikit demi sedikit berjatuhan dipipi merah merona nya

Gadiss ini sangat terpukul lebih2 terpukul saat kehilangan orang yg dia sayangi, sudah satu tahun gadis merasakan kesedihannya. Hari ini ia ingin mengubah semuanya.

"Aku membuat kopi pertamaku tadi pagi. Orang yg meminum kopi itu mengucapkan terimakasih, dia bilang dia menyukai rasa akhirnya . Pah papa benar kan? Aku memang pembuat kopi terenak diseluruh dunia" ucapnya dengan bibir yg bergeming gemetar

"pah, mah, Sebentar lagi musim gugur akan berakhir , akhir2 ini hujan sering sekali turun. Apa menurut kalian akan terjadi sesuatu? Aku harap itu sesuatu yang baik, musim gugur selalu menyenangkan bukan?" ucapnya dengan melihat kedua makam dan tersenyum tipiss, menyadari butiran air sudah membasahi pipi nya.

***

Pagi kedua tanpa mobil kesayangan, dan pagi kedua dia berhenti di depan kafe yg sama, merasa kebingungan sendiri dengan perasaan yg mendesaknya ingin ke sini. Kopi mungkin?

Pria itu masuk kedalam dan melangkah ketempat dia duduk kemarin. Hanya saja sudah ada seorang gadis yg duduk disana, dengan secangkir kopi di hadapannya.

Kaki nya terus melangkah menuju ke meja itu. Tidak berniat untuk berbelok saat dia menyadari bahwa gadis itu adalah gadis yg kemarin dia lihat disebrang lampu merah dengan payung transparan.

Hari ini, gadis itu mengenakan cardigan yg cukup tebal, menutupi blush peach-nya, dengan rambut yg terikat rapi membentuk ekor kuda.

"Permisi"

"Ya?" sahut gadis itu dengan mendongak. Detik berikutnya mata gadis itu sudah membulat, seolah mengenali nya. Atau mungkin hanya perasaannya saja.

"Boleh saya duduk disini,? Saya suka duduk didekat jendela, jadi.."

"Oh ya? Silakan" usai gadis itu sambil menyingkirkan barang2nya dari meja, meletakannya keatas kursi kosong disampingnya .

Seorang pelayan mendatagi mereka dan pria itu menyebutkan pesanannya. "Kopi biasa, sama seperti kemarin" ucapnya

Mereka berdua sama sekali tidak berniat untuk membuka pembicaraan hanya menatap ke arah yg sama. Jendela. Sebelum akhirnya gadis itu, menunduk dan melanjutkan kegiatan membaca novel nya yg tadi sempat tertunda  .

Pemandangan pagi yang dilihat pria itu kali ini sedikit berbeda , gerimis menggatikan hujan deras yg turun pagi sebelumnya. Gerimis selalu lebih menyenangkan menurutnya, tidak terlalu membuat basah. Dengan suara yg lebih ringan saat membentur tanah.

Tatapannya melayang pada gadis didepannya, ada sesuatu yg membuat gadis itu terlihat menarik. Senyumnya mungkin? Atau suaranya yg jernih?.

Tidak. Mungkin dia hanya menyukai bau lembut yg menguar di tubuh gadis itu. Lili, menurut tebakannya.

Pesanan pria itu datang beberapa menit kemudian, yg langsung disesapnya setelah memastikan,bahwa kopi itu sudah cukup dingin untuk diminum.

Gadis itu sendiru tetap menatap lembaran bukunya dengan penuh konsentrasi, tersiksa dengan kenyataan betapa menariknya pria itu jika dilihat dari dekat.dia seolah sedang menatap dirinya sendiri saat melihat bagaimana pria itu tampak begitu menikmati kopi paginya, ekspresi yg tidak dimiliki oleh seluruh penikmat kopi.

Pria itu melirik jam tangannya sekilas,
Lalu menuntaskan tegukan terakhir nya. Kali ini gadis itu mengernyitkan keningnya bingung saat melihat raut muka tidak puas yg terlihat sangat jelas di wajah pria itu.

"Maaf" tanyanya,tidak tahan untuk bertanya.

.
.
.
.
.
Tq gays udh baca 😊 tbc ok 💗.

Jangan lupa vote nd komen. Sorry klo banyk typonya 😆 .

The first coffe  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang