Ryosuke menghembuskan nafasnya dengan gusar, membanting pintu lokernya dengan cukup keras. Mencoba menghiraukan orang-orang di sekitar yang sedang memandangnya sambil berbisik-bisik—hal yang tentu saja masih mampu di dengarnya.
Pemuda berparas bak pangeran yang nyaris di eluhkan hampir seluruh penghuni di kampusnya itu, mengenakan tudung jaketnya dan berjalan menuju kelas selanjutnya. Berita mengenai dirinya pasti sudah tersebar luas sehingga kini seluruh orang di kampus membicarakannya.
Walaupun setiap harinya Ryosuke sering menjadi bahan perbincangan mengingat dirinya yang cukup populer, Namun kali ini dirinya merasa tidak suka. Ia sudah mendengar berita itu nyaris seharian ini dan tentu saja sedari tadi Ryosuke mencoba untuk mengabaikannya sebagaimana yang biasa ia lakukan walau nyatanya gagal.
Sesampainya di kelas, Ryosuke langsung menempati kursi kosong yang ada di tengah. Saat ini kelas masih terbilang cukup sepi, dikarenakan pelajaran literatur yang di ikutinya baru akan di mulai 25 menit lagi. Dan hal itu merupakan alasan kenapa ia memilih untuk cepat-cepat berada di kelas.
Untuk mengisi waktu luang, Ryosuke menggunakan kesempatan untuk memejamkan matanya—berniat untuk tidur sebentar sebelum kelas di mulai.
Setidaknya itulah yang di pikirkannya. Sebelum beberapa menit kemudian suara manis dan riang tiba-tiba memasuki gendang telinga Ryosuke. Dirinya sangat mengenali suara itu. Refleks di dongkakan kepalanya, melihat ke arah suara yang barusan ia dengar.
Tak jauh dari tempatnya duduk, seorang pemuda manis berambut hitam lebat bernama Yuri Chinen, tengah di rangkul oleh seseorang yang nyaris menyamai kepopulerannya—mengingat orang itu memiliki wajah yang nyaris sama tampannya dan juga merupakan salah satu anggota band yang belakangan ini cukup populer di beberapa kampus. Setelah melihat sesaat, Ryosuke langsung menundukan kepalanya. Ia merutuk dan merosotkan tubuhnya yang agak pendek ke bawah, seakan merasa ingin segera menghilang dari tempatnya sekarang.
Merasa moodnya untuk tidur di kelas sudah hilang, menguap entah kemana. Ryosuke mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan mencoba untuk menetralkan rasa jengkel yang tiba-tiba menyelimuti dengan cara berfokus pada kalimat-kalimat di buku. Tapi semakin ia mencoba untuk fokus dan menghilangkan suara canda tawa itu, Ryosuke malah terus-menerus mendengarnya.
Tak tahan dengan hal itu, di perhatikannya kembali apa yang dua pemuda bahagia itu sedang lakukan. Dan hal yang dilihatnya sekarang, malah semakin memperburuk keadaan.
Pemuda manis yang semalam masih sempat menyandang status sebagai kekasihnya itu, tengah tersenyum sangat manis di depan Yuto Nakajima saat ia memberikan sebuket bunga berwarna merah muda yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya di dalam tas. Pemuda berbadan cukup tinggi dan tegap itu mengatakan beberapa kata manis. Membuat Yuri entah mengapa langsung merona merah dengan lucunya.
"Betapa serasinya mereka berdua."
Ryosuke memutar bola matanya. Dia mengaku saat ini dirinya benar-benar cemburu. Tapi apa dayanya, ia sudah menjadi mantan kekasihnya Yuri. Jadi ia tidak bisa berbuat suatu hal yang cukup terlihat konyol pastinya. Mengingat pula, itulah berita picisan yang sedari tadi membuat Ryosuke menahan rasa tidak suka dan kesalnya.
"Masih tidak terima kalau kau putus dengannya, huh?"
Ryosuke tidak segera menoleh ketika mendengar ucapan itu. Ia malah kembali menghadap ke arah bukunya yang masih terbuka. Malas untuk menjawab pertanyaan dari seseorang yang sudah sangat dikenalnya.
Sosok itu meletakan tasnya di atas meja tepat di sebelahnya. "Yama-chan dia putus denganmu tanpa memberikan alasan yang jelas kan. Dan lihat sekarang, apa yang dia perbuat. Berkencan dengan orang lain, Bagaimana bisa. Kelihatan seperti pria gampangan saja."
Ucapan Daiki tidak memperbaiki suasana. Sahabatnya itu memang sudah tahu perihal hubungannya yang telah berakhir. Ia sadar bahwa pemuda chubby di sampingnya ini sedang memancingnya, entah dengan maksud apa. Oleh karena itu ia mencoba bersikap sebiasa mungkin untuk tidak terlalu mempedulikannya.
"Urrusai yo, aku tidak ingin mendengar apapun lagi Dai" Ia menoleh dan memandang Daiki datar. "Dan tambahan, aku sudah menerima dan merelakannya."
Daiki menaikan sebelah alisnya, merasa tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut Ryosuke. Tentu saja. Mana mungkin kan seseorang langsung menerima dan merelakan orang yang di cinta mencampakanmu dan itu belum terhitung sehari. Sangat mustahil.
Didekatkan sedikit wajahnya dengan wajah Ryosuke. "Hontou ni?"
"Hontou."
Daiki terdiam sebentar, begitu pula dengan Ryosuke. Untuk beberapa saat mereka hanya saling bertukar tatapan, sampai suatu hal terlintas di kepala Daiki. Membuat si chubby menyungingkan senyuman penuh artinya.
"Jaa, Kalau begitu aku akan melakukan ini."
Di sisi lain tak jauh dari tempat Ryosuke dan Daiki berada, Yuri tersenyum bahagia saat dilihatnya Yuto memberikannya sebuket bunga mawar berwarna merah muda. Ia benar-benar tidak menyangka akan mendapakan perilaku semanis ini yang belum tentu di dapatkan dari sosok mantannya yang sudah sangat di pastikan akan melihat. Dengan senang hati, Yuri menerima bunga tersebut.
"Arigatou Yuto-kun. Bunga ini benar-benar bagus."
"Sama-sama, sweetheart." Yuto menyunggingkan senyum karismatiknya. "Kalau begitu aku balik ke kelas dulu, sampai bertemu saat jam makan siang." Pemuda itu mengacak rambut Yuri sesaat, kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kelas. Ya, sebenarnya Yuto tidak berada di kelas yang sama dengannya—bahkan jurusannya pun berbeda.
Yuri masih tersenyum memandang buket bunganya, ketika tiba-tiba kelasnya yang mulai ramai tadi dan sempat riuh karena adegan manis Yuto barusan menjadi sepi dalam sekejap. Ia mengedarkan pandangannya untuk mengetahui kenapa teman-teman di ruang kelasnya langsung terdiam, dan seketika itu juga nafasnya langsung tercekat saat kedua bola matanya menatap sesuatu di tengah kelas.
Pemuda yang tiba-tiba saja kehilangan senyuman manisnya, seketika meremas buket bunga yang ada di genggamannya. Hatinya tiba-tiba terasa sesak seperti sedang di tikam. Pemandangan yang di lihatnya saat ini ingin membuatnya berteriak jika saja ia tidak ingat situasi.
Di lihatnya, Ryosuke sedang berciuman dengan orang yang tak lain merupakan sahabat dari mantan pacarnya itu. Yuri bahkan belum pernah melakukannya dengan pemuda itu selama mereka menjalin hubungan.
Pertamanya Ryosuke hanya diam, ketika perlahan-lahan Daiki menciumnya dengan lembut di depan nyaris separuh murid di kelas. Dan entah mendapat pikiran dari mana, Yuri berharap Ryosuke tidak membalasnya dan mendorong sosok yang menciumnya itu jauh-jauh.
Tapi harapannya ternyata salah, karena beberapa detik kemudian Ryosuke malah melingkarkan salah satu tangannya di bagian leher Daiki dan menariknya. Membalas ciuman si pemuda chubby dengan sedikit nafsu.
Sorakan-sorakan riuh kembali terdengar, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Rasanya Yuri ingin menangis saat itu juga. Ia merasa benar-benar tidak terima dengan apa yang sedang di lakukan mantannya itu. Tapi apa dayanya, ia hanyalah sebatas mantan Ryosuke yang mencampakan pemuda itu duluan dan meninggalkannya.
Dengan segala perasaan yang di pendamnya dalam-dalam, Yuri berpura-pura merasa tidak peduli dengan adegan ciuman tersebut dan mengeluarkan buku pelajarannya. Ia merasa ini semua adalah balasan yang cukup setimpal, karena telah mencampakan Ryosuke walaupun ia memiliki alasan untuk hal itu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Want you back [✔️]
FanfictionYuri mencampakan Ryosuke begitu saja, dan Ryosuke menerimanya walaupun pada nyatanya mereka berdua masih memiliki perasaan yang sama. Ada sesuatu yang membuat Yuri harus memutuskan Ryosuke, dan Ryosuke ingin mengetahuinya agar mereka bisa kembali b...