"Chinen?"
Yuri tersadar dari lamunannya. mengerjap beberapa kali sebelum menoleh kepada eksistensi yang sudah beberapa hari ini selalu menghampirinya ketika dirinya dan Yuri sedang berada di jam makan siang.
Pemuda bergigi kelinci itu tersenyum lalu menggeser duduknya untuk memberi tempat pada orang yang berdiri di hadapannya.
"Ada apa?"
Yuri menaikan sebelah alisnya, menatap ke arah Yuto yang kini juga sedang menatapnya lekat. "huh?"
"Ada yang sedang mengganggu pikiranmu?"
"Hmm tidak ada," Yuri menggelengkan kepalanya. "Apakah kau masih ada kelas? Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Tawarnya mencoba untuk mengalihkan perhatian. tidak ingin membuat pemuda jangkung itu mengetahui apa yang sedang di pikirkannya saat ini.
"Sebenarnya ada. Tapi aku masih bisa meluangkan waktu untuk makan siang sebentar. perutku kebetulan sudah berteriak meminta pasokannya." Balas Yuto tersenyum jenaka, lalu mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Yuri ketika pemuda mungil itu terkekeh pelan.
Yuto kemudian menggenggam tangan Yuri. Membawa pemuda itu untuk mengikutinya berjalan bersama-sama menuju kantin.
Yuri memandang ke arah tangannya yang sedang di genggam selama beberapa saat, lalu kembali menatap ke arah jalan di depannya. Mencoba terlihat sebiasa mungkin di hadapan orang-orang yang mereka lewati.
Semua kehebohan tentang dirinya yang kini sedang di kabarkan dekat dengan Yuto dan segala hal lain yang mungkin masih bersangkutan belum juga surut walaupun sudah seminggu berlalu. Masih banyak orang-orang yang memperhatikan dan memperbincangkan apa yang mereka lihat tentang Yuri.
Yuri sebenarnya sudah terbiasa dengan dirinya yang tak jarang menjadi bahan obrolan bagi orang-orang di kampus. Namun entah mengapa, kali ini ia merasa cukup tidak suka. Tapi tetap, ia harus bersikap seperti bagaimana biasanya dirinya—acuh dan menganggap tidak ada hal apapun pada dirinya. Merasa semua berjalan secara normal.
Yuri dan Yuto akhirnya sampai di area kantin yang ternyata hari ini cukup ramai. Yuto mengedarkan pandangan sebelum akhirnya mengajak Yuri untuk duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan.
"Aku pesan makanan dulu. Kau seperti biasa kan?" Tanya Yuto yang di balas anggukan oleh Yuri. Pemuda itu segera berjalan ke arah counter makanan untuk membeli makanan mereka.
Yuri menopang dagu dengan kedua tangannya, memperhatikan suasana kantin sebelum matanya tertuju ke arah sebuah meja dimana sosok yang nyatanya masih sering ia pikirkan itu tengah sibuk memakan makanannya sambil membaca sebuah buku.
Yuri sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, walaupun sedari tadi logikanya berteriak untuk mengalihkan pandangan sekarang juga. Entah mengapa, gerak-gerik Ryosuke ketika ia makan, membuat Yuri jadi teringat ketika mereka masih berpacaran dahulu—Ryosuke selalu makan seperti itu walaupun ada Yuri di hadapannya. Tapi tentu, Yuri tidak pernah sekalipun merasa kesal, malah hal itu sialnya selalu membuatnya tertarik.
Ryosuke masih sibuk dengan bukunya, sebelum akhirnya pemuda berhidung mancung itu langsung menoleh ke arah Daiki yang tiba-tiba datang menghampirinya sambil mencomot makanan milik Ryosuke.
"Maaf membuatmu menunggu lama." Yuri yang masih memandang kedua orang itu yang kini entah sedang membicarakan apa, langsung mengalihkan pandangannya pada Yuto yang kembali duduk di hadapannya. Yuri tersenyum lalu mengambil roti lemon dan susu pesanannya dari nampan Yuto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Want you back [✔️]
FanfictionYuri mencampakan Ryosuke begitu saja, dan Ryosuke menerimanya walaupun pada nyatanya mereka berdua masih memiliki perasaan yang sama. Ada sesuatu yang membuat Yuri harus memutuskan Ryosuke, dan Ryosuke ingin mengetahuinya agar mereka bisa kembali b...