Ni

337 38 10
                                    

Berita tentang Daiki yang mencium Ryosuke membuat seluruh penghuni kampus yang mengetahui hal tersebut bersikap heboh. Bahkan lebih heboh dari berita putusnya Ryosuke dengan Yuri dan juga berita kedekatan Yuri dan Yuto yang sangat tiba-tiba.

Daiki yang sedang berjalan sambil memakan cemilan pockynya, masih menyunggingkan senyuman geli yang membuat Ryosuke terus memaki dalam hati. Daiki melirik ke arah pemuda dengan wajah kesalnya yang tertampang jelas itu, sebelum akhirnya tertawa.

Ryosuke mendelik kesal ke arah Daiki.

"Kau sungguh menjengkelkan sekarang. aku sudah benar-benar tidak tahan dengan dirimu."

"Tapi kau menyukainya kan?"

"Tentu saja tidak sialan!"

"Tapi kau bernafsu saat membalas ciumanku kan?"

Daiki semakin tertawa saat melihat sahabatnya itu seketika terdiam, bingung harus menjawab seperti apa. Karena pada kenyataannya, itulah hal benar yang terlihat. Dan Ryosuke tidak bisa memungkiri, walaupun tentu ia punya alasan untuk itu.

Seketika Ryosuke kembali bersuara, mencoba untuk menjelaskan. "Itu tidak seperti yang ka—"

"Aku tahu." Potong Daiki sambil menghentikan langkahnya sebentar, masih tertawa keras. Ia membungkuk untuk memegangi perutnya yang terasa sakit dan berusaha untuk menetralkan tawanya. Saat tawanya sudah mereda, di tegakan tubuhnya lalu pemuda chubby itu melanjutkan ucapannya. "Kau hanya ingin membuat Chinen-chan cemburu kan. Sedari awal aku tahu itu."

"Jadi—kau—"

"Ya, anggap saja aku membantu untuk membuat mantanmu cemburu."

Ryosuke mengernyitkan dahinya. "Jadi yang sebelumnya tadi apa?"

"Yang tadi apa?"

"Kau yang sempat memanas-manasiku dan bertanya apakah aku sudah benar-benar menerima saat di campakan olehnya ketika sebenarnya kau sudah tahu jawabannya."

Daiki kembali menyunggingkan senyum jahilnya. "Hanya iseng. Dan ternyata reaksimu sangat menarik. Sampai akhirnya terbesit ide itu." "Ide yang bahkan lebih heboh dari berita putusmu dan kedekatan mantanmu dengan pria tampan lainnya kurang dari sehari setelah putus denganmu."

Ryosuke tidak bisa merespon apa-apa saat mendengar jawaban absurd Daiki. Ia terlalu sering merasa jengkel dan kesal kepada sahabatnya yang suka sekali menjahilinya, sehingga dia hanya bisa geleng-geleng kepala dan kembali melanjutkan langkah kakinya ke arah stasiun kereta. Jika Daiki bukan sahabatnya sedari mereka masih sama-sama menggunakan dot susu, sudah ia pastikan pemuda itu akan berakhir di teluk tokyo.

Daiki yang berada di belakangnya terdiam sesaat. Raut wajahnya yang beberapa detik lalu masih menyunggingkan senyum jahil kini berubah datar sambil memandang punggung Ryosuke. Tatapannya sesaat menunjukan raut sendu, sebelum akhirnya ia menggeleng dan kembali menunjukan wajah jenakanya. Memanggil Ryosuke yang sudah cukup jauh meninggalkannya duluan, lalu merangkul bahunya saat mereka sudah kembali sejajar.

•••

"JADI HAL YANG KUDENGAR DI KANTIN TADI SUNGGUHAN?!"

Yuri meringis sambil menutupi sebelah kupingnya. Di pukulnya pelan tangan si pemuda cantik berambut jamur yang duduk tak jauh darinya itu.

"Kau tidak usah berteriak juga Inoo-chan." Sunggut Keito Okamoto mewakili, teman Yuri yang satunya. Ia tengah meletakan beberapa camilan dan gelas berisi jus apel sebelum ikut duduk di sebelah Yuri.

Want you back [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang