Hal pertama yang dirasakan Ryosuke adalah bau menyengat antiseptik yang masuk ke dalam indra penciumannya. Dan hal itu membuat dirinya mengernyit tidak suka, sambil perlahan-lahan membuka kelopak matanya yang terpejam. Sesaat ia sempat menutup kelopak matanya lagi, karena merasa pandangan yang ia lihat terlalu menyilaukan sebelum akhirnya ia benar-benar membuka kelopak matanya dan menemukan bahwa dirinya saat ini sepenuhnya sedang berada di kamar rumah sakit. Ia menoleh pada bagian tubuhnya, mendapati infus di tangannya dan saat ia mengangkat sebelah tangannya ke bagian kepala, Ryosuke dapat merasakan ada kain yang melingkari bagian kepalanya.
Ia merasa bingung awalnya, kenapa dirinya bisa berakhir di tempat seperti ini dengan kepala yang diperban. Sampai akhirnya ingatan dirinya yang menyelamatkan Yuri entah sudah sedari kapan kembali masuk ke dalam memorinya dan mendadak Ryosuke bangun dari tempatnya hanya untuk kembali meringis memegangi kepalanya yang langsung membuatnya pening tak terhingga.
"Kau itu memang bodoh ya?"
Ryosuke menolehkan kepalanya kesamping, menemui Daiki yang tengah tiduran di sofa yang berada di ruangan tersebut sambil matanya sibuk memandang ke arah komik yang ada di genggamannya. Sahabatnya itu menghembuskan nafas, menutup komik yang di bacanya dan beranjak bangun dari posisi tidurannya lalu menatap ke arah Ryosuke dengan wajah lelah yang terpampang jelas—ditambah kantung matanya yang benar-benar hitam.
Pemuda chubby itu berdiri dari sofa, berjalan menghampiri ranjang Ryosuke dan mengulurkan tangannya untuk mengembalikan Ryosuke pada posisi awalnya. "Sudah tau baru sadar, langsung saja bangkit seperti itu."
"Dimana Yuri?" Tanya Ryosuke tidak mempedulikan sindiran Daiki yang mengarah jika dia sedang mengkahwatirkannya.
Daiki terdiam, sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya. "Aku panggil dokter terlebih dahulu untuk mengecek keadaanmu."
"Jawab dulu pertanyaanku, dimana Yuri? Dia baik-baik saja kan?"
"Aku akan menjawabnya. Tapi tidak sekarang."
Tanpa mendengar Ryosuke lebih jauh lagi, Daiki segera keluar dari ruang rawat Ryosuke untuk memanggil dokter. Membuat Ryosuke mendengus lalu memandang ke arah jendela kamarnya yang kini menunjukan bahwa hari sudah mulai malam.
Pikiran Ryosuke kembali melayang ke kejadian saat dirinya menyelamatkan Yuri dan berakhir di tempat seperti ini. Entah sudah sejak kapan ia berada di sini, Ryosuke tidak mengetahuinya. Tapi ia masih ingat betul, bahwa sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya ia masih dapat mengingat dan merasakan sosok pemuda itu. Sosok yang ia pastikan masih lebih baik dari dirinya itu, kecuali wajahnya yang cukup kacau dikarenakan menangis. Namun yang jadi pertanyaannya sekarang, jika Yuri baik-baik saja, dimana keberadaan pemuda itu sekarang? Dan mengapa saat ia menanyakan pada Daiki, sahabatnya itu seperti sangat menghindari pertanyaannya? Apakah untuk yang kesekian kalinya Ryosuke melewati sesuatu yang tidak ia ketahui?
Untuk yang kedua kalinya Ryosuke merasakan pening. Saat ia meringis, seorang dokter masuk ke dalam ruangannya di ikuti Daiki di belakangnya. Selama beberapa saat dokter memeriksa kondisinya, dan mengatakan bahwa Ryosuke masih harus butuh banyak istirahat dan tidak boleh memikirkan banyak pikiran yang sekiranya membebaninya.
Setelah selesai memeriksa dan menjelaskan perihal kondisinya, dokter itu segera pamit meninggalkan Ryosuke kembali berada di ruangannya berdua bersama dengan Daiki. Mereka saling terdiam, membuat suasana diruangan berubah cukup canggung, sampai akhirnya Ryosuke membuka suaranya kembali.
"Jadi, dimana Yuri?"
Daiki tidak mengubrisnya. Kembali berjalan duduk di sofa yang sebelumnya ia tempati dan mulai fokus kembali pada komik yang sempat di bacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Want you back [✔️]
FanfictionYuri mencampakan Ryosuke begitu saja, dan Ryosuke menerimanya walaupun pada nyatanya mereka berdua masih memiliki perasaan yang sama. Ada sesuatu yang membuat Yuri harus memutuskan Ryosuke, dan Ryosuke ingin mengetahuinya agar mereka bisa kembali b...