Daiki memandang ke arah pintu kamar rawat yang ditinggal terbuka oleh Ryosuke begitu saja, setelah sebelumnya menyuruh pemuda itu untuk segera pergi ke ruangan dimana sosok yang begitu penting baginya berada. Termenung selama beberapa detik, sampai akhirnya Daiki menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya di lakukan oleh Ryosuke.
"Kau masih mengharapkannya bukan?"
Pertanyaan dengan suara rendah itu membuat Daiki seketika berjengit, menghentikan aktifitasnya dari memasukkan beberapa novel milik Ryosuke. Ia begitu familiar dengan suara dibelakangnya, sampai rasanya kepalanya nyaris tidak bisa ia gerakan kesamping hanya untuk menatap sosok yang nyatanya dari sudut pandang matanya masih bisa ia lihat tengah bersandar pada bagian tembok di dekat pintu dengan kedua tangan melipat di depan dada.
Daiki entah mengapa jadi seperti orang kebingungan ketika pertanyaan itu terlontar. Namun sebisa mungkin, ia mencoba untuk mengendalikan dirinya. Berusaha bersikap tidak peduli dengan kembali membereskan barang-barang milik Ryosuke ke dalam tasnya.
Sosok yang bersandar tersebut menghembuskan nafas. Menurunkan kedua tangannya yang terlipat, beranjak dari posisi bersandarnya kemudian berjalan menghampiri Daiki yang masih sibuk sendiri.
"Dai-chan." Bersamaan dengan panggilan tersebut, Daiki merasa sebelah pergelangan tangannya seketika di tarik paksa. Membuat pemuda chubby yang sedari tadi menunduk memandang ke arah barang-barang yang dirapihkannya, seketika memandang secara paksa wajah pemuda berambut brunatte di hadapannya. Memandang tatapannya yang awalnya dapat ia lihat sedikit terlihat kesal kini berganti dengan tatapan kahwatir entah karena apa.
"Hey, kau menangis? Apakah pertanyaanku barusan terlalu berlebihan?"
Pertanyaan bernada kahwatir yang di lontarkan membuat Daiki seketika tersadar. Entah mengapa ketika mendengar pertanyaan itu, hatinya seperti sedang di tusuk oleh beribu-ribu jarum yang menyakitkan dan tanpa bisa ia hentikan air matanya yang sebelumnya hanya sedikit kini semakin banyak ingin mendesak keluar.
"Yuya-kun." Panggil Daiki di sela tangisannya yang semakin menjadi, membuat Yuya dengan segera menarik Daiki untuk yang kedua kalinya—kini ke dalam pelukannya. Membenamkan wajah sang chubby di dadanya ketika isakan tangisnya semakin besar.
"Dai-chan tolong jangan menangis. Maafkan aku jika aku menyinggungmu atau apa. Aku sungguh tidak bermaksud."
Yuya semakin mengeratkan pelukannya. Sebelah tangannya mengusap rambut Daiki untuk menenangkannya. Yuya tau betul jika sosok yang sedang di dekapnya ini perasaannya sedang kacau balau.
Di satu sisi ia tau Daiki berusaha dengan keras mengatakan bahwa ia sedang melakukan hal yang benar dengan membantu Ryosuke untuk kembali bersama dengan seseorang yang sudah terlanjur berarti bagi pemuda itu, namun di satu sisi tentu perasaan cinta yang Daiki miliki untuk Ryosuke juga masih cukup besar mengingat bagaimana sorot panik Daiki ketika melihat Ryosuke mengalami kecelakaan yang cukup parah walaupun ia berusaha keras bersikap biasa saja untuk menenangkan Yuri yang saat itu juga berada disana. Bagaimana pemuda itu selalu menunggu Ryosuke sampai ia siuman tanpa memikirkan dirinya sendiri jika saja tidak ada Yuya.
"Aku harus... bagaimana... apa yang harus... akulakukan... Yuya-kun ini begitu menyakitkan.. aku ingin merelakan.... tapi mengapa... begitu sulit.." ucap Daiki di sela isakan tangisnya. Ia sedikit memundurkan wajahnya sambil menunduk. "Aku yang ter—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Want you back [✔️]
FanfictionYuri mencampakan Ryosuke begitu saja, dan Ryosuke menerimanya walaupun pada nyatanya mereka berdua masih memiliki perasaan yang sama. Ada sesuatu yang membuat Yuri harus memutuskan Ryosuke, dan Ryosuke ingin mengetahuinya agar mereka bisa kembali b...