Part 2

14.5K 1K 8
                                    

Happy Reading.....

Kaila duduk di ruang Reskrim, Herlan tampak geram dengan anak gadisnya yang melanggar janji dan membuat onar sampai menyeretnya ke kantor polisi.

"Nona ini memukul temannya dengan botol minuman." ucap polisi itu memberi penjelasan.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Herlan bingung.

"Dia mencoba kurang ajar kepadaku ayah." ucap Kaila dingin.

Herlan menatap gaun anaknya yang seksi dengan tali pundak yang terkoyak lalu memberikan jasnya kepada anak gadisnya.

"Thanks." ucap Kaila yang pasti saja dia akan mendapatkan hukuman berat dari ayahnya karena kasus ini.

Kaila merasa lega ketika polisi melakukan tes darah, Rudi dalam keadaan mabuk hingga meringankan hukuman Kaila.

"Kita pulang." ucap Herlan setelah pengacaranya datang.

Kaila hanya mengangguk, bersiap siap untuk beradu debat dengan sang ayah tercinta.

Mereka akhirnya sampai di rumah, Anita tampak khawatir melihat Kaila.

"Anak mamah sayang.." ucap Anita sambil memeluk anak semata wayangnya.

"Inilah akibatnya jika kau sibuk dengan dunia sosialitamu mah." tegur Herlan.

"Apa yang terjadi?" tanya Anita.

"Anakmu hampir memecahkan kepala anak orang dengan botol." ucap Herlan.

"Apa anak itu mencoba kurang ajar padamu? Baguslah kau beri dia pelajaran." ucap Anita yang memang selalu membela Kaila sebagai bentuk kasih sayangnya karena Anita selalu mengabaikan Kaila dan sibuk dengan sosialita dan bisnisnya.

Herlan mendengus kesal.

"Kau selalu membela anakmu, apa kau akan mengajarkan keliaranmu Anita!" bentak Herlan kesal.

"Apa maksudmu Suherlan Tjandra? Aku tak liar!" pekik Anita tak terima.

Dia menyibukan diri dalam sosialitanya karena kecewa dengan sikap player Herlan. Anita berharap dengan sibuknya Anita, suaminya dapat lebih memperhatikan anaknya daripada jalang di luar sana.

Kaila merasa pusing dengan perdebatan orang tuanya.

"Kau liar, seharusnya kau mengurus anakmu bukan sibuk dengan dunia gemerlapmu." ucap Herlan.

"Kau yang harus memperhatikan anakmu, berhenti bermain jalang!" teriak Anita kesal.

"Aku butuh hiburan karena kau terlalu sibuk dengan duniamu!" ucap Herlan memberikan alasan.

"Dulu sebelum aku sibuk, apa yang kau lakukan? Mentang-mentang aku tak bisa hamil lagi lantas kau membiarkanku seperti boneka usang!" ucap Anita mulai terisak mengeluarkan kepedihannya.

Kaila hanya menatap perdebatan orang tuanya, hatinya hancur melihat kedua orang yang dia cintai bertengkar. Di luar tampak akur namun di dalam? Semua hanya demi pencitraan tetangga, sosial media dan media massa.

Kaila menghela nafas lelah.

"Aku harus menghukum anakmu." ucap Herlan.

"Tidak boleh." ucap Anita.

"Kau terlalu memanjakannya, dia biasa hidup enak tak bisa mandiri. Kaila harus mengenal bagaimana susahnya mencari uang, mandiri dan berusaha sendiri. Apa kau mau anakmu rusak?" tanya Herlan membuat Anita menangis.

Kaila menatap ayahnya.

"Hukuman apa yang akan ayah berikan?" tanya Kaila.

"Kau akan ayah kirim ke desa untuk hidup sederhana di sana selama tiga bulan." ucap Herlan.

"Kau akan membawa Kaila kemana Herlan?" tanya Anita.

Herlan terdiam.

"Ayah punya kenalan di kampung, pak Indra. Dia akan menjaga Anita sampai dia bisa sadar dan berfikir untuk berhenti menjadi gadis manja dan keras kepala." ucap Herlan.

"Aku tak mau." ucap Kaila.

"Kau harus mau, atau ayah takkan pernah membantumu membuka butik impianmu." ancam Herlan membuat Kaila sedih.

"Ayah memang jahat!" jerit Kaila sambil berlari ke kamarnya.

Herlan mendengus kesal, Herlan sudah tahu watak anaknya yang keras kepala, sulit di atur dan senang berpesta. Kaila selalu menghamburkan uangnya demi fashion dan mentraktir temannya. Herlan ingin Kaila mandiri dan menghargai waktu serta uang. Selain itu Herlan juga ingin bebas bermain jalang di kantornya karena Kaila selalu melakukan sidak, inspeksi mendadak!

Kaila mengurung diri di kamar, dia merasa ayahnya sudah tak menyayanginya lagi karena sudah berniat mengirimnya jauh dari rumah. Kaila harus tinggal di kampung, lantas bagaimana kehidupannya kelak. Apa di kampung ada mall? Bagaimana pakaiannya? Apa makanannya selezat di Jakarta? Kaila hanya bisa menggeram kesal dengan keputusan ayahnya dan ibunya sendiri tak bisa menolong Kaila. Dunia ini selalu tidak adil!! jerit batin Kaila.

Tbc

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang