Part 4

13.7K 1K 5
                                    

Happy Reading.....

Kaila bersin-bersin, gara-gara air sialan yang super dingin menerjang tubuhnya.

"Non sakit?" tanya Musa namun Kaila enggan menjawabnya.

"Ini teh hangat." ucap Musa sambil menyimpannya di meja lalu kembali memilih dedaunan.

Sungguh pekerjaan yang konyol dimata Kaila, repot sekali mereka memilih daun yang jumlahnya sangat banyak. Kaila mengambil teh yang diberikan Musa lalu menyeruputnya, enak!

Musa tahu, Kaila bukan gadis biasa, dari gelagat dan tingkahnya Musa sudah bisa menilai bagaimana Kaila, anak majikannya yang manja.

Perkebunan teh ini adalah milik Suherlan Tjandra, Herlan mempercayakannya kepada Indra sahabatnya. Namun karena Indra merasa berbeda status,  merasa orang miskin, Indra menganggap Herlan adalah majikannya. Berbeda dengan Herlan yang menganggap Indra adalah sahabat terbaiknya. Karena jasa Indralah, Herlan bisa sampai seperti sekarang.

Kaila merasa jenuh, apa lagi sepanjang siang sampai sore Pondok Halimun di guyur hujan.

"Jika hari cerah, kami biasa memetik teh di kebun. Jadi neng tak usah sungkan untuk memasak sendiri makanan untuk neng santap atau sekedar jalan-jalan." ucap Indra.

"Aku tak selera makan pak Indra, makanan di sini aneh-aneh." ucap Kaila malas.

"Maaf neng, bapak tak punya makanan apa-apa lagi selain yang tersedia di sini. Untuk ke kota saja memerlukan kendaraan dan bapak tak punya kendaraan selain berjalan kaki sampai batas desa. Ada mobil pick up, itu pun suka di sewakan untuk penduduk di sini." ucap Indra membuat mata Kaila melotot.

Apa? berjalan kaki? Dengan mobil saja jaraknya sudah jauh, apa lagi berjalan kaki? Apa lagi jalannya penuh bebatuan dan tanah licin. Benar-benar tak masuk di akal, jerit batin Kaila. Gadis itu mendengus kesal.

"Di rumah ini hanya ada Musa dan saya. Untuk bertemu tetangga, neng harus jalan sejauh satu kilo." ucap Indra.

Kaila menggelengkan kepalanya, untuk menyapa tetangga saja mesti berjalan jauh?

"Kenapa pak Indra betah tinggal di tempat semengerikan ini?" tanya Kaila bingung.

Indra terkekeh.

"Ini adalah surga, segala kekayaan alam bisa neng nikmati. Mulai dari sayuran, buah segar,  udara sejuk hingga air pegunungan yang masih murni tersedia disini." ucap Indra.

Pantas saja airnya seperti air es. Air gunung yang murni!!

Indra menyodorkan buah mentimun dan semangka.

"Dimakan neng, nanti jika ada apa-apa neng bisa meminta bantuan anak bapak, Musa." ucap Indra lalu pamit ke kamarnya.
Musa si cupu itu? Apa dia bisa di andalkan?

*****

Kaila membaringkan tubuhnya di atas kasur kapuk. Ini akan menjadi malam terburuk dan menyiksa. Kaila memejamkan matanya dan tak lama mendengar seseorang mengaji. Apa apaan ini? Malam-malam yang sunyi seperti ini malah mengaji, apa orang di rumah ini menganggapnya setan?

Kaila menutup telinganya dengan bantal, namun suara alunan Al Quran tetap terdengar. Kaila bangkit dan langsung mendekati arah suara penganggu itu.

"Musa, aku mau tidur. Tolong kalau kau mau mengaji di mesjid. Jangan di sini, berisik!" ucap Kaila ketus membuat Musa shock. 

Alunan ayat sucinya di bilang berisik? Ya Allah, gadis macam apa dia?

Kaila mendengus kesal kembali mencoba memejamkan matanya namun Musa kembali membaca ayat suci Al Quran membuat Kaila marah. Kaila berjalan menuju kamar Musa lagi.

"Kamu tuli ya? Musa tolong jangan berisik. Aku lelah, aku ingin istirahat!" bentak Kaila.

"Nona agama Islam-kan? Kenapa nona membenci alunan ayat suci Al Quran?" tanya Musa memberanikan diri bertanya kepada Kaila.

"Aku bilang berisik ya berisik. Bagaimana aku bisa tidur jika kau terus berisik? Dan apa hubungannya dengan agamaku? " tanya Kaila ketus membuat Musa mengelus dada.

Gadis ini benar-benar jauh dari agama dan Musa hanya bisa beristighfar.

Musa mengalah, dia pun membaca Al Quran di pinggir rumah dan mengecilkan suaranya. Tadinya Musa ingin setiap penjuru ruangan mendapatkan doa yang dia ucapkan, untuk keselamatan dan kesejahteraan penghuni rumah ini.

Namun dengan sifat anak majikannya yang aneh Musa hanya bisa mengalah, ada juga gadis semacam ini? Bisa hidup, jauh dari tuntunan agama.

Musa mendekati kamar Kaila dan melihat gadis itu akhirnya tertidur. Dia bernafas lega setidaknya takkan lagi ada yang memarahinya jika dia kembali mengalunkan ayat suci Al Quran di dalam kamarnya.

Musa kembali mengaji hingga menghabiskan beberapa juz Al Quran kemudian berdoa meminta perlindungan kepada Allah SWT terhadap bala bencana dan orang dzolim serta membuat anak majikannya sadar, kembali pada jalan yang benar. Aamiin.....

Tbc

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang