Happy Reading.....
Kaila merapihkan kamarnya, dia masih berfikir tentang ancaman Darius. Bagaimana jika Kaila tinggal lagi bersama Indra? Kaila takut tinggal sendirian disana. Bagaimana jika Darius datang lagi ketika Musa sedang tak ada di rumah. Tanpa Kaila sadari, Musa sedang memperhatikannya dari luar kamar lalu mendekati istrinya.
"Kaila.." sapa Musa membuyarkan lamunannya.
"Musa.." ucap Kaila dengan wajah merona karena tangan Musa menyentuh pundaknya, membuat tubuhnya sedikit merasakan getaran aneh.
"Kau melamun terus.." bisik Musa sambil menangkup wajah Kaila.
"Aku ingin tinggal lagi bersama Bapak.." ucap Kaila. Musa tersenyum.
"Bapak pasti senang, tapi rumah kita?" tanya Musa.
"Biarkan saja dulu kosong..." ucap Kaila.
"Kenapa kau tak mau tinggal lagi di rumah itu?" tanya Musa.
"Aku takut suatu hari Darius datang lagi di saat kau sedang tak ada di rumah. Disini aku merasa nyaman.." ucap Kaila dan Musa tersenyum.
"Iya saya juga mencemaskan itu." ucap Musa.
"Jadi kau setuju?" tanya Kaila senang dan Musa mengangguk.
"Sini, aku beri kau hadiah.." ucap Kaila sambil menarik Musa ke atas ranjang dan mengangkanginya lalu mencium bibirnya. Musa tertawa.
"Kau sedang ibadah Kaila.." godanya membuat Kaila merenggut.
"Jadi kau ingin hadiah apa?" tanya Kaila membuat Musa menatap wajah istrinya.
"Jadilah istri solehah Kaila, cintai saya karena Allah karena saya pun mencintai Kaila karena Allah..." bisik Musa.
"Ajarkan aku menjadi istri solehah, sayang..." bisik Kaila setengah menggoda.
"Tutup pintunya." titah Musa.
"Hah?" tanya Kaila bingung, namun Kaila berdiri dari atas tubuh Musa dan mengunci pintunya.
"Kita ibadah dulu yuk..." goda Musa sambil menyentuh pundak Kaila.
"Sholat?" tanya Kaila kikuk, Musa menggeleng.
"Bismillahi Allahumma jannibnas-syaithoona wa jannibnis-syaithoona maa rozaqtanaa" bisik Musa membuat tubuh Kaila menegang.
*****
Hari-hari Kaila terasa begitu indah, dimana Musa mulai mengajarkan banyak hal tentang Islam dengan lemah lembut. Kaila menjadi tambah kagum kepada suaminya.
Tak seperti biasanya, hari ini Musa pergi menggantikan bapaknya ke kota untuk menjual hasil panen. Kaila sempat merajuk untuk ikut namun Musa tidak mengijinkan Kaila karena perjalanannya jauh dan Musa hanya sebentar. Kaila akhirnya pun mengalah dan diam di rumah bersama bapak mertuanya.
"Masak apa pak hari ini?" tanya Kaila ketika melihat Indra sedang memotong sayuran.
"Ikan, neng suka bukan?" tanya Indra sambil tersenyum.
"Iya pak Kaila suka, sini Kaila bantu." ucap Kaila sambil membawa wortel dan memotongnya. Kaila sudah mulai bisa memotong sayur dan memasak makanan sederhana, membantu Indra sedikit-sedikit.
"Neng sekarang terlihat agak gemukan.." ucap Indra sambil memperhatikan tubuh Kaila yang mulai berisi.
"Iya pak, Kaila sudah terbiasa dengan makanan bapak. Masakan bapak enak-enak." puji Kaila dan Indra tertawa senang.
"Syukurlah, neng sudah kerasan.." ucap Indra.
"Pak.. Bagaimana kabar ayah ya? Sudah lama ayah tak datang.." ucap Kaila, ya sudah satu bulan lebih ayahnya tak pernah menjenguk Kaila.
"Mau bapak teleponkan ayah neng?" tanya Indra kasihan melihat Kaila."Tidak usah pak, biar ayah yang datang dengan sendirinya. Lagian, Kaila sudah sangat bersyukur ada bapak dan Musa yang lebih perhatian dan sayang sama Kaila." ucap Kaila sambil tersenyum dengan wajah meronanya.
"Alhamdulillah, jika neng merasa seperti itu. Kami memang menyayangi neng, apa lagi bapak tak punya anak perempuan." ucap Indra sambil terkekeh.
"Kenapa bapak tidak menikah lagi?" tanya Kaila. Indra tersenyum samar.
"Allah belum mengijinkan mungkin, lagian belum ada yang bisa menggantikan posisi ibu Musa di hati bapak." ucap Indra sambil tersenyum malu. Kaila tertawa geli.
"Seperti apa pak ibunya Musa?" tanya Kaila.
"Nia wanita yang lembut dan sabar seperti Musa. Almarhumah selalu merawat bapak dan Musa dengan baik. Nia pandai mengaji, benar-benar istri solehah. Sayangnya saat usia Musa lima belas tahun kampung kami terkena wabah demam berdarah. Maklum di kampung, pengetahuan terbatas dan penyuluhan sulit di lakukan hingga Nia terkena demam. Panasnya tak turun-turun, hanya hitungan beberapa hari, beliau meninggal." ucap Indra dengan mata berkaca-kaca.
"Ini sudah kehendak Allah." ucap Indra.
Kaila merasa tak enak sudah membuka masa lalu mertuannya yang kelam.
"Sekarang ada Kaila pak, yang membantu bapak memasak!" hibur Kaila membuat Indra tertawa.
"Iya, neng.." ucap Indra.
"Neng tahu, Musa dulunya nakal sekali. Sewaktu melahirkan pun susah, Nia sampai berhari-hari menahan sakit dan baru Musa bisa di lahirkan." ucap Indra.
"Nakal seperti apa pak?" tanya Kaila.
"Musa selalu merabuti wortel yang masih kecil atau bersembunyi di kebun jagung jika hari sudah gelap. Musa paling malas sholat Maghrib karena setelah sholat Magrib dia harus membaca Al Quran di lanjut sholat Isya lalu hapalan Quran. " ucap Indra.
"Sampai suatu hari, bapak menakut-nakutinya jika setiap magrib akan ada Kalong besar yang menculik anak kecil yang masih berkeliaran di luar." ucap Indra.
"Musa menurut?" tanya Kaila.
"Awalnya tidak, lalu dia bertanya ke guru ngaji, dan gurunya membenarkan. Baru Musa takut.." ucap Indra sambil tersenyum.
"Namun semakin besar Musa semakin dewasa dan bertanggung jawab. Musa begitu penurut dan semakin taat dalam beribadah. Hingga Musa menjadi guru ngaji." ucap Indra.
"Kenapa setelah menikah dengan Kaila, Musa tak mengajar ngaji lagi?" tanya Kaila dan Indra menatap Kaila.
"Musa ingin fokus dulu sama neng.." ucap Indra membuat wajah Kaila merona.
"Jika Musa sudah fokus pada satu hal, dia pasti akan bersungguh-sungguh mengerjakannya. Musa ingin neng menjadi istri yang solehah. Minimal rajin sholat dan bisa membaca Al Quran." ucap Indra "Bapak bersihkan ikannya dulu.." ucap Indra sambil membawa ikan segar ke belakang rumah untuk di bersihkan.
Kaika tersenyum, ya Musa memang sudah banyak mengajarinya bahkan Kaila sudah menginjak Iqro 5. Bacaan sholat sudah hampir di kuasai oleh Kaila meski Kaila harus mengingat bacaannya dengan cermat dan sungguh-sungguh belajar menghafal. Jika Kaila hafal, Musa akan memberinya bonus dengan berjima sampai pagi. Wajah Kaila merona, ya Allah Musa memang yang terbaik!
"Assalamualaikum..." ucap Musa dari luar membuyarkan lamunan Kaila.
"Musa.." teriak Kaila senang.
"Jawaban salamnya mana sayang?" rajuk Musa.
"Wa'alaikum salam.. Maaf." ucap Kaila sambil terkekeh.
Kaila mencium tangan Musa dan Musa mencium kening Kaila.
"Bapak mana?" tanya Musa.
"Tadi sedang membersihkan ikan.." ucap Kaila.
"Lihat apa yang saya bawa.." ucap Musa sambil menarik tangan istrinya ke kamar. Kaila mengikutinya dengan senang lalu hati melihat kantong yang di sodorkan Musa.
"Bukalah.." ucap Musa dan Kaila membukanya.
Kaila menatap kerudung berwarna biru tua dan berwarna merah marun senada dengan gamisnya. Kaila menatap Musa.
"Saya ingin menjaga aurat istri saya dari tatapan lelaki lain, karena sayang menyayangi dan mencintai istri saya..." bisik Musa lembut membuat hati Kaila berbunga-bunga.
"Kau pasti cantik mengenakan jilbab itu.." ucap Musa sambil mengecup bibir Kaila dengan lembut. "Terima kasih Musa.." ucap Kaila lalu memeluk suaminya dengan erat.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓
De TodoSebagian di hapus dan tersedia dalam bentuk PDF Untuk info lebih lanjut bisa wa 081912211433 Musa Pratama pria alim, agamais, tegas dan baik hati bertemu dengan Kaila Tjandra gadis liar yang hobi bersenang-senang, sombong, keras kepala dan judes tak...