Part 6

12.3K 927 5
                                    

Happy Reading.....

Indra baru saja pulang dari kota untuk menjual sayur dan tehnya di pasar. Indra terkejut melihat kedekatan anaknya dengan anak majikannya. Mereka sangat intim dan saling merangkul. Indra memperhatikan mereka sejenak lalu memasuki rumahnya dan terkejut melihat luka lebam di wajah Musa.

"Kau berkelahi nak?" tanya Indra.

"Iya pak, tadi anak kampung mencoba mengganggu non Kaila." ucap Musa sambil meringgis menahan sakit di sudut bibirnya.

Indra tertegun, pantas saja Kaira merangkul Musa, membantunya berjalan tapi apa kata tetangganya nanti? Keluarga Indra terkenal taat beribadah bahkan Indra sering dijadikan imam sholat di mesjid atau kepala adat pada acara keagamaan.

"Apa kau menyukai neng Kaila?" tanya Indra hati-hati dan Musa menunduk.

"Jujurlah nak.." ucap Indra lembut.

"Entahlah, tapi setiap Musa berdekatan dengan Non Kaila, Musa merasa ada getaran. Mungkin ini sebabnya Allah tidak memperbolehkan kita dekat dengan wanita yang bukan muhrim." ucap Musa memberi alasan.

"Iya, bapak mengerti, besok kau yang ke kota. Bapak tak mau ada sesuatu yang terjadi lagi di antara kalian." ucap Indra dan Musa mengangguk pelan.

Musa menghela nafas, ini memang jalan yang terbaik. Musa tak ingin berlumuran dosa apa lagi sampai melakukan zina. Musa segera ke kamar mandi dan wudhu karena adzan Dzuhur sudah berkumandang.

*****

Kaila mengerjapkan matanya, setelah berjalan-jalan dengan Musa. Kaila memang tertidur karena merasa lelah. Kaila menatap jam di dinding yang menunjukan pukul 2 siang. Kaila menggeliat lalu beranjak dari tempat tidurnya.

"Neng..." panggil Indra sambil mengetuk pintunya pelan.

"Ya pak Indra, sebentar." ucap Kaila sambil membuka pintu kamarnya.

Indra menatap wajah anak perempuan di hadapannya. Kaila memang sangat cantik dan Indra khawatir anaknya tergoda dan berbuat sesuatu yang tak di harapkan. Bagaimana dia malunya kepada Herlan jika anaknya berbuat asusila kepada Kaila.

"Pak Indra?" tanya Kaila membuyarkan lamunannya.

"Maaf neng, makan dulu." ucap Indra yang sudah menyiapkan sayur bayam, sambal dan ikan gabus.

Kaila mengangguk lalu berjalan ke ruang makan. Kaila menatap makanan yang terdapat di atas meja.

"Silahkan makan neng." ucap Indra dan Kaila mengelus keningnya.

"Musa mana?" tanya Kaila.

"Itu dia."ucap Indra yang menunjuk ke arah Musa yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Kau sudah baikan?" tanya Kaila melihat luka lebam di wajah Musa yang semakin membiru.

"Iya non." ucap Musa sambil menunduk.

"Silahkan makan neng." ucap Indra sambil berjalan membereskan sayuran yang masih berada di dalam keranjang.

"Pak Indra tak makan?" tanya Kaila.
"Sebentar lagi." ucap Indra.

Kaila menatap masakan yang sangat asing baginya.

"Ini enak non, sayur bayam, asin dan sambal." ucap Musa.

"Bagaimana cara makannya?" tanya Kaila bingung melihat ikan gabus.

Musa mempraktekkan caranya, menyendok sayur bayam ke atas nasi lalu mencomot sedikit gabus dan menyendokannya dengan sayur bayam, sambal dan nasi.

"Cobalah, enak!" ucap Musa lalu membaca doa makan dan memasukan sendok ke dalam mulutnya. 
Kaila mempraktekan apa yang di ajarkan Musa.

Kaila merasakan gurih manis, pedas dan asin dari ikan gabus.

"Hmm.... Lumayan." ucap Kaila dan Musa hanya tersenyum. Mereka pun makan dengan hikmat.
Indra memperhatikan anaknya, Indra yakin Musa bisa membawa kebaikan kepada Kaila yang tampak tersesat dan jauh dari agama.

Indra menghela nafas lelah setelah merapihkan sayuran yang akan di jualnya besok. Ponselnya berdering membuat Indra merogoh sakunya. Pak Herlan meneleponnya.

"Assalamualaikum pak Herlan.." sapa Indra sopan.

"Ndra, gimana anakku?" tanya Herlan.

"Alhamdulillah baik, pak." ucap Indra.

"Apa dia  betah?" tanya Herlan.

"Awalnya sih tidak tapi sekarang neng Kaila sudah mulai terlihat kerasan." ucap Indra.

"Akhir pekan saya akan ke sana, menengok Kaila." ucap Indra.

"Baiklah pak, saya akan sampaikan pada neng Kaila." ucap Indra.

"Baiklah.." ucap Herlan lalu menutup ponselnya.

Indra menghela nafas, Herlan juga jauh dari agama pantas saja Kaila seperti itu. Bagaimana Indra bisa mendidik anak dengan baik jika sikap ayahnya pun seperti itu. Indra berjalan menuju kamar Kaila.

"Neng.." panggil Indra dan Kaila tampak sedang asik menatap keluar jendela kamarnya.

"Pak Indra?" ucap Kaila.

"Tadi ayah neng telepon. Akhir pekan akan kesini." ucap Indra membuat Kaila senang.

Ayahnya pasti akan membawanya pulang dan hidupnya akan bebas dan indah kembali.

"Aku akan berkemas." ucap Kaila langsung menyambar kopernya dan membawa pakaiannya masuk ke dalam sana.

"Tapi pak Herlan tak bilang akan menjemput neng." ucap Indra bingung.

"Ayah akan menjemputku pak Indra!" ucap Kaila percaya diri.

Kaila sudah lelah hidup miskin tanpa ponsel, pemanas air untuk mandi dan yang paling mengganggunya adalah suara orang mengaji setiap malam dan subuh. Kaila tersenyum senang, akhirnya kebebasannya akan segera datang!!

Tbc

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang