Part 13

12.7K 1K 46
                                    

Happy Reading.....

Kaila meneteskan air matanya, ini pertama kalinya dia melihat Musa marah dan membentaknya.

"Neng..." ucap Indra.

"Musa marah pak.... Aku pulang dengan siapa?" tanya Kaila bingung dan entahlah hatinya merasa sakit melihat Musa pergi dengan amarahnya.

"Neng menginap di sini saja." ucap Indra.
Kaila menangis tersedu-sedu.

"Kenapa pak Indra tak memberitahu aku jika Musa duda?" tanya Kaila.

"Bapak kira ayah neng sudah memberitahu neng, karena sebelum pernikahan bapak sudah bilang dan ayah neng tak keberatan." ucap Indra.
"Apa alasan Musa bercerai dengan istrinya?" tanya Kaila penasaran.

Indra menghela nafas sejenak lalu menatap Kaila.

"Intan meninggal setelah ijab qabul selesai di ucapkan." ucap Indra membuat hati Kaila merasa terluka.Dia merasa bersalah pada Musa.

"Mereka saling mencintai, melakukan ta'aruf namun Allah berkehendak lain." ucap Indra.

"Sakit apa?" tanya Kaila.

"Sama seperti ibunya Musa, demam berdarah." ucap Indra.  Kaila mengusap air matanya.

"Neng, apa neng tidak menyukai Musa?" tanya Indra dengan lembut.

Kaila terdiam, bingung menjawabnya karena di hati Kaila hanya terbersit perasaan bersalah.

"Apa neng mau melanjutkan pernikahan ini?" tanya Indra lagi dan dia akan pasrah jika ternyata Kaila tidak mau melanjutkan pernikahannya lagi dengan Musa. Karena bagaimana pun Kaila memang di paksa menikah.

"Neng..." tanya Indra lagi.

Kaila menatap pak Indra, jika dia tak mau melanjutkan pernikahannya dengan Musa, lalu Kaila hidup dengan siapa di sini? Kaila tak mau tinggal sendirian di rumahnya sedangkan mengharapkan ayahnya kemari, Kaila tak tahu kapan Herlan menjemputnya.

"Aku mau pak.." ucap Kaila lalu melihat ke arah Indra.

Wajah Kaila  merona, Kaila merasa malu dengan tatapan pak Indra yang tampak senang mendengar jawaban Kaila.

"Alhamdulillah, bapak senang mendengarnya." ucap Indra lega membuat Kaila gugup.

*****

Kaila menghela nafas lelah, langit mulai gelap.

"Musa kemana pak? Kok belum pulang juga?" tanya Kaila mulai merasa khawatir.

Indra tersenyum, Kaila mulai memperhatikan anaknya.

"Nanti juga Musa pulang, biarkan dia menenangkan dirinya.." ucap Indra lembut.

"Makanlah dulu.." ucap Indra lagi.

"Nanti saja, bareng Musa." ucap Kaila.
"Baiklah.." ucap Indra tak mau memaksa menantunya.

"Pak, boleh aku masuk kamarku?" tanya Kaila merasa canggung karena sekarang rumah itu bukan rumah Kaila lagi.

Kaila ingin tiduran, punggungnya terasa pegal.

"Beristirahatlah di kamar Musa." ucap Indra membuat Kaila ragu.

"Musa suamimu, neng berhak tinggal di sana." ucap Indra dan akhirnya Kaila pun mengalah dan berjalan memasuki kamar Musa.

Kaila menatap kamar Musa yang rapih dan aroma maskulin Musa yang sederhana tercium begitu lembut di hidungnya. Kaila merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu memeluk guling, Kaila sedih. Musa pasti sangat marah padanya karena Kaila sudah berburuk sangka pada Musa.

*****

Musa berjalan ke tengah ladang lalu menghela nafas berat, air matanya menetes. Baru kali ini ada seorang wanita keras kepala menuduhnya yang tidak-tidak pada dirinya dan orang yang sangat dia hormati. Bisa dikatakan Kaila sudah kurang ajar kepadanya, Kaila sudah keterlaluan!

Di kampungnya, Musa sangat di hormati dan di segani. Musa merasa ingin melepaskan Kaila, namun dia teringat ijab qabulnya, janji Musa yang akan menerima Kaila dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit. Allah tak suka dengan perceraian. Musa menghela nafas, menguatkan diri agar tidak terbujuk untuk mengucapkan talak kepada Kaila.

Mungkin ini ujian yang diberikan Allah kepada Musa dalam  erumah tangga dan Musa harus kuat. Musa beristighfar berkali-kali hingga hatinya kembali tenang. Musa tak boleh terbawa emosi oleh Kaila yang memang dangkal dalam agama, tak seperti dirinya yang sedikit banyak telah menguasai agama.

Musa teringat pada Nur, pasti Nur yang sudah menceritakan status dudanya kepada Kaila hingga Kaila marah. Namun kenapa Kaila marah? Apa ayah Herlan sudah mengelabui Kaila? Musa tak boleh berburuk sangka, namun untuk membuktikan pemikirannya. Musa harus berbicara dengan Kaila.

Musa kembali ke dalam rumah.

"Kaila mana pak?" tanya Indra.

"Sedang beristirahat di kamarmu, jangan terlalu keras padanya nak dan Kaila belum makan..." ucap Indra, Musa mengangguk pelan.

Musa berjalan ke kamarnya dan menemukan Kaila yang sedang bergelung manja di atas ranjangnya.

Musa menatap punggung Kaila, dia tampak rapuh namun jika sudah membangkang. Masya Allah, Musa merasa seperti menghadapi Dajjal yang mematikan!

Kaila merasa seperti di perhatikan, dia membalikan tubuhnya dan terkejut melihat Musa yang sudah berdiri di depan ranjang.

"Musa.." ucap Kaila lalu duduk di atas kasur.

"Kaila.." ucap Musa lembut sambil berusaha tersenyum.

Kaila menatap wajah tampan Musa yang tampak bercahaya.

"Kita makan." ajak Musa kasihan melihat wajah pucatnya namun Kaila menggeleng.

"Aku tak mau kamu sakit.." ucap Musa sambil  berjalan meninggalkan Kaila untuk mengambil makanan.

Kaila dengan sigap berdiri lalu mengejar Musa dan memeluknya dari belakang.

"Musa..." ucap Kaila membuat tubuh Musa menegang, mendapat pelukan spontan dari Kaila.

"Kaila..." guman Musa setengah sadar dan setengah tak percaya.

"Maaf.." ucap Kaila membuat hati Musa menghangat.

Musa tersenyum lega, akhirnya kekerasan hati Kaila mulai mencair. Musa mengusap lembut punggung tangan Kaila.

"Aku tak apa-apa Kaila.." ucap Musa lembut membuat Kaila senang, dia menghirup aroma tubuh Musa yang lembut dan mengeratkan pelukannya.
Kenapa rasanya senyaman ini jerit batin Kaila.

"Kaila.." ucap Musa.

"Hmm..." guman Kaila.

"Makan ya? Temani saya..." pinta Musa.

"Baiklah.." ucap Kaila mengalah. Musa melepaskan pelukannya lalu mebalikan tubuhnya dan menangkup kedua pipi Kaila dan mengecup keningnya.

"Tunggu sebentar!" ucap Musa sambil pergi mengambil makanan.

Kaila tertegun merasakan bibir lembut Musa mencium keningnya. Bibir lembut dan kenyal yang menyalurkan getaran aneh ke dalam hatinya. Oh Musa.....



Tbc

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang