Happy Reading.....
Wajah Musa babak belur di keroyok warga. Musa dan Nur di giring ke kepala desa untuk di adili.
"Astaghfirullah... Musa apa yang kau lakukan?" tanya pak Hasan kepala desa di kampungnya yang mengenal baik Musa.
"Entahlah... Nur sudah seperti itu saat saya ke sana!" ucap Musa.
"Bohong, dia bohong. Dia sudah berbuat zina dan memperkosa Nur." ucap beberapa warga membuat Musa terkejut dengan tudingan warga.
"Demi Allah demi Rosullullah.. Saya tidak berbuat asusila!" ucap Musa dengan nada bergetar. "
"Jangan bawa-bawa nama Tuhan Musa!" teriak Rudi memprovokasi.
"Demi Allah saya tidak melakukan itu!" ucap Musa lagi namun warga semakin marah dengan ucapan Musa dan terus memukulinya hingga beberapa hansip melindungi Musa.
Nur merasa kasihan kepda Musa namun dia melihat Rudi dan Darius mengawasinya di antara kerumunan warga.
"Apa Musa yang melakukan itu Nur?" tanya pak Hasan membuat tubuh Nur menegang, dia hanya bisa menangis, antara sakit, malu, kasihan dan takut.
"Jawablah Nur.." ucap Indra yang baru saja sampai di rumah kepala desa.
Indra terkejut mendapat laporan dari warga jika Musa sudah menodai Nur, Indra langsung pergi ke rumah kepala desa tanpa memberitahu Kaila. Nur menatap Indra dengan wajah ketakutan.
"Bapak..." isak Musa namun Indra memasang wajah datar kepada anaknya.
"Nur.." sapa Indra lembut.
"I.. Iya... Musa yang melakukannya.." ucap Nur sambil memejamkan mata dan menangis membuat Indra dan Musa shock.
"Nur..." ucap Musa lemas, kenapa Nur tega menfitnahnya?
Warga tampak marah kepada Musa.
"Terlihat saja alim, senang mengaji dan sholat berjamaah. Tapi kenyataannya busuk. Hatimu lebih buruk dari iblis!" maki salah satu warga.
"Orang tuamu mendidikmu dengan susah payah tapi moralmu tetap saja bejat!" teriak warga dan banyak perkataan pedas lainnya yang membuat Musa sangat terpojokkan.
"Demi Allah saya tidak melakukannya!" isak Musa.
"Jangan bawa-bawa Allah, kami tidak percaya dengan ucapanmu. Dasar pemerkosa!" ucap seorang ibu yang langsung meludahi Musa.
Indra hanya terdiam, tak bisa berbuat banyak untuk melindungi Musa.
Keluarga Nur datang dan langsung menampar Musa, pria malang itu hanya bisa pasrah. Mungkin ini adalah ujian dari Allah dan Musa akan belajar ikhlas.
Percuma juga Musa melawan karena Musa tak memiliki saksi bahkan Nur sendiri telah menuduhnya secara keji. Musa tersenyum sinis ke arah Nur lalu menunduk.
Warga mengumpulkan bukti berupa pakaian robek Nur dan saksi bahwa pemerkosaan terjadi di rumah Musa dan menurut saksi Musa berada di sana sedang memaksa memeluk Nur.
Hasan menghela nafas berat, setelah keluarga pemerkosa dan keluarga korban di yakini hadir pak Hasan mulai memberikan dalilnya.
" Imam Sulaiman Al-Baji Al-Maliki mengatakan, “Wanita yang diperkosa, jika dia wanita merdeka (bukan budak), berhak mendapatkan mahar yang sewajarnya dari laki-laki yang memperkosanya. “Dalil pendapat yang kami sampaikan, bahwa hukuman had dan mahar merupakan dua kewajiban untuk pemerkosa, adalah bahwa untuk hukuman had ini terkait dengan hak Allah, sementara kewajiban membayar mahar terkait dengan hak makhluk. " ucap Hasan. Pemerkosa dijatuhi hukuman had (rajam atau cambuk). Ini adalah pendapat Imam Syafi’i, Imam Al-Laits, dan pendapat yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Sementara, Abu Hanifah dan Ats-Tsauri mengatakan, ‘Dia berhak mendapatkan hukuman had, namun tidak wajib membayar mahar’. Menurut Imam Syafi’I dan Imam Hanbali bahwasanya Barangsiapa yang memerkosa wanita, maka ia harus membayar mahar misil. Jadi pada kekuarga korban, apa keputusan yang bisa di ambil?" tanya Hasan.
"Saya ingin Musa di hukum seberat-beratnya, dia sudah memperkosa putri saya!" isak Laela ibunda Nur.
Hasan menghela nafas sejenak melihat masalah ini menjadi begitu pelik karena Hasan yakin Musa tak bersalah, Hasan mencoba menengahi karena banyak warga yang terlihat marah dengan kejadian ini.
"Hal ini di nilai zina oleh kampung kita dan Musa, seperti adat istiadat kami di sini. Kau harus membayar Mahar yang di tentukan oleh keluarga Nur, mendapat hukuman cambuk 100 kali dan menikahi Nur." ucap Hasan membuat warga setuju.
"Itu benar, bagaimana pun kasihan Nur, kesuciannya sudah di rampas oleh Musa, dia harus bertanggung jawab!" ucap salah satu warga membuat Musa semakin terpojok.
"Bagaimana juga jika Nur hamil? Musa harus bertanggung jawab!" teriak earga lagi.
"Nur, saya mohon.. Tolong saya Nur..." pinta Musa dengan segenap hatinya namun Nur hanya menggelengkan kepalanya dan menangis. Wajah Musa memucat, ya Allah cobaan apa ini? Kenapa cobaan ini begitu berat?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓
AcakSebagian di hapus dan tersedia dalam bentuk PDF Untuk info lebih lanjut bisa wa 081912211433 Musa Pratama pria alim, agamais, tegas dan baik hati bertemu dengan Kaila Tjandra gadis liar yang hobi bersenang-senang, sombong, keras kepala dan judes tak...