Senyuman yang menemani kepergian mentari
Tak khayal begitu indah senyuman tersebut
Menutupi kejemukkan di kala petang tuk menggantikan kehilangan yang mulai pudar
Namun mentari tak ingin tergantikan dan berpendar semakin terang
Dan rembulan selalu ingin menampilkan tariannya di kala kehadiran sunyi nanti
Ketidak relaan menjadi bumbu pelengkap tuk kepergian dan kehadiran
Menghalangi ketenangan yang kan hadir oleh senyummu
Bukan tentang keberanian tuk menghadap, namun keberanian tuk menerima
Menerima bahwa perubahan adalah sesuatu yang mutlak tuk meraih keindahan
Lelah? Mungkin, tetapi tak ada yang tau batas penantian
Sehingga ku yakinkan diri yang rapuh ini jikalau semua kan terbayar oleh Senyummu
Kenikmatan yang selalu menjadi pelengkap hari
Waktu berlalu terlalu cepat, tentu keikhlasan menjadi warnanya
Sebentar namun bermakna, mengajariku keindahan dari suatu perubahan
Menanti suatu perubahan yang lama, perih, berbekas namun singkat
Susah tuk bertahan, karena bukan diriku yang menjadi penentu
Hingga ego menyapa dan menemaniku
Seolah hanya aku seorang lah yang menanti senyummu
Hingga aku lupa, itu milik mereka yang menikmati
Sehingga doapun mulai terpanjat, sebagai bentuk suatu harapan
Harapan tuk menjadi seperti pelangi
Pelangi yang selalu setia menanti hujan reda
Dan kuizinkan khayalku membumbung tinggi menjemput senyummu
Sebagai pendamping tiap detik imaji yang hadir
Sebagai penghias petang yang siap untuk menggandeng piluku

YOU ARE READING
Kisah Dalam Benak
Short StoryPermainan kata yang kupilih dalam menyatakan tiap pesan dalam benakku. Mungkin terdengar berantakan, seberantakan hati yang kelam ini. Mungkin kelak hati ini akan terbang lagi, tapi ntah kapan. Maka izinkan aku untuk menikmatinya sejenak.