Hey, apa kabar?
.Apa? Sudah mau pergi?
.Jangan begitu, mari duduk dan berbincang sejenak dengan saya...
Bagaimana hidup?
.Ah, perasaanmu saja itu. Nikmati saja tiap hal yang kamu lakukan, biarkan mengalir layaknya air. Senang ya tertawa, sedih ya menangis.
Tidak-tidak, saya tidak bilang itu mudah hahaha. Lihat? Saya bahkan tertawa untuk menutupi kesedihan saya.
Saya tidak mengajarkanmu untuk berbohong, jangan suuzon gitu dong. Namun, bukannya hidup itu panggung sandiwara terbesar?
.Yup, saya berkata demikian karena saya sedang bersandiwara...
.Tidak, saya ingin mendengar ceritamu hari ini...
.Baiklah jika kamu memaksa, semoga cerita saya bermanfaat untuk mengisi waktu yang kamu sia-siakan dengan saya hahaha
.Iyasih, kita semua memang pasti merasa lelah. Dan menurut saya, lelah yang paling bodoh itu lelah karena hati.
.Tidak, buat apa saya bersedih karena patah hati. Hidup terlalu singkat untuk patah hati
Okay, saya akui saya berbohong. Hancur iya hancur. Manusia mana yang tidak hancur ketika mengetahui ia hanya pilihan cadangan ketika pilihan orang yang dicintainya tidak memilihnya?
.Tak apa, ini pilihan bodoh saya memang. Sisanya ya tinggal bersandiwara dan terlihat bahagia. Tinggal melakukan yang terbaik dan berdoa, kalau kata Joko Pinurbo sih, "Semua akan mudah dengan mudah-mudahan"
.Susah ya tetap tersenyum ketika kita bahkan tidak tahu bagaimana cara tersenyum (lagi). Yasudahlah, semua sudah terjadi. Mau bagaimana lagi? Tetap ada untuknya mungkin pilihan yang saya pilih.
.Ya, saya bodoh memang semua berkata begitu sih. Cuma ini urusan hati, semua manusia menjadi bodoh kalau udah masalah hati. Karena ya candu untuk kebodohan itu berawal dari hati
.Heran aja, apa sih susahnya mengatakan sejujurnya? Harus ya bersandiwara terus? Apa karena saya yang terlalu lama bersandiwara?
.Saya hanya ingin jujur, cuma takut untuk mengatakannya. Jadi mau bagaimana lagi?
Saya ajak ngobrol aja saya sudah seperti mau dibunuh. Untung beli sepatunya yang ringan ya, jadi tidak sakit kalau dipukul pakai itu hahaha
.Apa? Kamu mau menyampaikan pesan saya kepadanya? Sungguh?
.Wah terima kasih sekali. Saya cuma mau menyampaikan, kalau masih mau berusaha ayo usahakan bersama. Saya serba salah sama tingkah lakumu belakangan ini. Kalau memang sudah cukup, yasudahi seperti perjanjian awal. Lebih enak berteman saja bukan? Ya mereka yang sering menemani saya juga temanmu, bukan malah ditatap sinis atau bahkan menatap sinis saya. Saya hanya berusaha menjalin pertemanan yang baik denganmu, tidak bermaksud curi hatimu (lagi). Memang rasa ini tak akan padam dengan mudah cuma saya sadar diri dan hanya berusaha ada untukmu. Jika itu mengganggu, ya saya minta maaf. Apa perlu saya pergi sejenak atau selamanya? Biar saya saja yang tersiksa, kamu jangan ya.
.Terima kasih sudah mau menyampaikan.
YOU ARE READING
Kisah Dalam Benak
Cerita PendekPermainan kata yang kupilih dalam menyatakan tiap pesan dalam benakku. Mungkin terdengar berantakan, seberantakan hati yang kelam ini. Mungkin kelak hati ini akan terbang lagi, tapi ntah kapan. Maka izinkan aku untuk menikmatinya sejenak.