Pagi telah berganti siang dan siang telah tenggelam dalam gemuruh malam yang kini menyisihkan ketenangan malam untuk diriku ini. Sungguh cepat hari berganti, tak terasa sudah mendekati penghujung tahun. Dan resolusi tahun baru tinggallah khayalan belaka yang padam bersama dengan kembang api tahun baru. Banyak yang telah berubah, begitu pula pada diri ini. Orang silih berganti hilir mudik dalam hidupku tahun ini. Namun, pertanyaan itu selalu hadir dan tidak pernah bertolak dari benakku, "Sampai kapan aku akan berkelana sendiri? Menengok tiap inci sudut kota yang tersembunyi di balik bunga matahari yang indah beraroma rokok, atau bahkan tumpukkan sampah yang terkadang menjadi gunung harta bagi mereka yang memulung ". Ah, pemikiran ini hanya menambah dahagaku, lumayan menguras energi. Sekaleng soda menjadi teman malamku di pinggir jalan malam ini, manis dan mengenyangkan, Tapi sayang, dahaga tak kunjung hilang. Ada sesuatu yang menyendat dalam tenggorokan, tak bersih. Tidak mengganggu namun hadir di saat yang tidak tepat. Daripada memikirkan hal tersebut, lebih baik aku duduk sejenak dan menikmati sandiwara yang dimainkan oleh mereka-mereka yang terlarut dalam nikmatnya aroma bunga matahari itu, meski sendawa dari sodaku cukup mengganggu pertunjukkan.
YOU ARE READING
Kisah Dalam Benak
Historia CortaPermainan kata yang kupilih dalam menyatakan tiap pesan dalam benakku. Mungkin terdengar berantakan, seberantakan hati yang kelam ini. Mungkin kelak hati ini akan terbang lagi, tapi ntah kapan. Maka izinkan aku untuk menikmatinya sejenak.