LUV 2

155 39 9
                                    

Malam ini sepertinya Nial tidak bisa tidur dengan tenang. Ia masih terbayang dengan suara gadis penyiar tadi siang. Sepertinya ia sudah gila karena jatuh cinta pada suara indah itu.

"Ah sial gue gak bisa tidur. "
Nial merubah posisi memeluk guling jadi terlentang menatap langit langit kamar.

Berkali kali ia mencoba untuk tidur,  tapi tetap tidak bisa. Padahal matanya sudah lelah.

Ia melirik ke arah pintu kaca yang langsung disambut pemandangan kota di luar sana.

Dengan sedikit malas ia berjalan ke arah balkon untuk membuka pintu itu dan disambut angin yang cukup kencang. Ia memeluk dirinya sendiri sambil mengusap usap lengannya.

"Ternyata dingin juga," gumam Nial.

Ia berjalan ke dalam sambil membawa gitar kecil kesayangannya dan selimut bulu yang tipis.

Ia mulai memetik senar itu dengan halus memainkan instrumen lagu soldier of fortune dari deep purple.

Sesekali ia juga ikut bernyanyi pelan,  takut membangunkan kedua orang tuanya.

Seketika senyum terpancar di bibir tipisnya kala lagu itu selesai dinyanyikan.

Ia bangkit dari duduknya sambil membawa gitar dan selimutnya.
Lelaki itu membaringkan tubuhnya dan beberapa menit kemudian ia tertidur. 

Paginya, di lain tempat Nao sedang sibuk membereskan buku pelajaran yang tergeletak di meja belajarnya.

Semalam ia sibuk mengerjakan tugas bahasa indonesia,  sampai tangannya mati rasa.

Aahh kenapa bahasa indonesia selalu memberikan jawaban yang panjang panjang.

Mau itu bentuk paragraf atau penjelasan semuanya menyebalkan.

Nao melirik ke jam tangan kulit di tangan kirinya. Jam menunjukan pukul 06.45 sedangkan ia masuk jam tujuh tepat.

Ia berlari ke bawah dengan tas di bahu kanannya. Berjalan menuju meja makan.

Menyambar roti yang disiapkan Shinta-mamanya.

"Eh, kapan mama ajarin kamu makan kaya gitu? Makan itu duduk. " Shinta berjalan menuju meja makan dengan segelas susu.

"Aku udah buru buru mam bentar lagi bel, aku pergi dulu ya mam.  Dadah"

Shinta menatap Nao yang menghilang di ambang pintu.

Nao berjalan menuju mobil merah yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Kamu tumben lama gini,  kenapa bisa kesiangan? " tanya Vincent-papanya Nao.

"Tadi malem aku ngerjain pr indo pah. "

"Makanya kalo dikasih pr tuh buatnya dari jauh jauh hari,  kan kalo gini jadi ribet. " Vincent menceramahinya sepanjang perjalanan.

Sedangkan Naomi?  Ia hanya mendengarkan sambil menunduk.
Memang orang tua sih selalu benar.

Beberapa menit kemudian Naomi sampai di depan gerbang sekolah.
Untung saja gerbang belum ditutup,  atau lebih tepatnya ia masuk pas sebelum gerbang ditutup.

Ia mengelap keringatnya sambil menoleh ke belakang, melihat gerbang yang sudah tertutup.

"Pak tolong bukain dong pintunya,Saya kan telatnya gak sampe semenit"

"Telat ya telat,  lagian kamu kok telat mulu."  Pa satpam berdiri di depan pagar sambil berbicara pada anak yang telat itu.

Nao berdiri di sana dengan wajah datar. Tanpa berniat menolong

"Pak ayo dong tolongin saya kali ini aja ,please pak." Lelaki itu menggosok gosokan kedua telapak tanganya memohon.

"Gak ada,  enak aja kamu. "

"Yah pak ayolah. " Lelaki itu memamerkan wajah memelas.

"Terserah kamu lah,  tanya aja ke perempuan itu,  kalo dia bilang iya, saya bakal bukain. " Pak satpam itu menunjuk Nao.

Sedangkan gadis itu terkejut,  dia menunjuk dirinya sendiri dengan mata membulat.

Tapi bukannya memberikan jawab 'iya' Nao malah pergi begitu saja sambil menunduk.

"E-eh kok lo malah pergi,  woi balik sini! " teriak lelaki itu di luar pager.

"Tuh kan,  dia aja gak mau kamu masuk,  udah sana pulang lagi! " Pak satpam itu lalu masuk ke dalam posnya.

Lelaki itu menghela napas frustasi, hari yang sial.

Lebih baik ia mencari jalan pintas saja lah lewat pintu belakang.

Ia memanjat pohon yang tidak terlalu tinggi lalu memanjat ke tembok sebelahnya.

Dengan cepat ia meloncat dan memasuki kawasan sekolah.

Ia berjalan dengan santai di halaman belakang sekolah.

Tujuannya adalah jendela yang langsung masuk ke gudang musik kesayangannya.

Baru saja ia masuk ke dalam gudang musik tiba tiba ada pekikan keras dari sana.

Ia langsung melihat kedepan setelah sibuk membersihkan diri dari debu di jendela.

Ah ternyata cewek yang tadi batinnya.

Ia tersenyum miring lalu maju selangkah. Namun baru saja ia ingin memperkenalkan diri,  Nao sudah pergi lebih dulu.

"Apaan sih,  dasar cewek aneh. " Nial menggumam.

Sudah lag tak usah dipikirkan,  lebih baik ia ke kelas sebelum waktu wali kelas berakhir.

Di lain tempat Nao berjalan tergesa gesa menuju kelas.

Ah kenapa ia malah lari tadi, padahal ia sudah latihan untuk tidak lari saat ada orang yang datang.

Tapi tetap saja praktek lebih sulit dari teori benar?

"Permisi bu,  maaf saya telat tadi ke toilet dulu. " Nao memberi penjelasan pada Ibu Sova-wali kelasnya.

"Iya silakan duduk. "

Nao berjalan menunduk sambil memegang tasnya.

Ia memilih bangku sebelah Jessy yang kosong.  "Eh lo kemana aja,  gue cariin tau," bisik Jessy.

"Gue kan tadi ke WC, makanya jangan asik sendiri," kata Nao yang sama sama berbisik.

"Ya sorry, kan gue tuh memang terlahir jadi orang begini." Jessy menunduk cemberut.

Nao terkekeh, "yaudah nanti jangan gitu lagi. "

Jessy mengangguk semangat.

.......................................................................

I'm back! Ini eps 2 yang sama absurdnya kek eps eps sebelumnya. Jangan berharap lebih sama cerita ini karena gue juga udah ga ada harapan *pura pura nangis.



LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang