LUV 4

105 39 7
                                    

Mentari mulai muncul dari ufuk timur . Sepertinya sepanjang hari ini akan jadi hari yang panjang dan juga panas tentunya.

Apalagi kelas 10 IIS 1 yang kini harus mengikuti pelajaran olahraga di lapangan outdoor.

Nao melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 09.45.

Memang pelajaran olahraga di hari senin ditambah pada jam pelajaran ketiga sangat menyebalkan.

Matahari sangat terik pada saat saat seperti ini.

Contohnya saja Jessy. Baru saja ia balik dari kantin membawa minuman dingin untuknya dan Jessy sendiri tentunya.

Mereka berjalan melewati koridor sekolah ,sesekali ada yang menyapa.

Bukan menyapa Nao, tetapi menyapa Jessy.

Sekarang ia sudah mulai terkenal karena semua orang mengenalnya sebagai seorang penyiar yang memiliki suara merdu.

Apalagi body dan kecantikan Jessy membuatnya semakin terkenal.

"Nao gue males or ih, lagi mager, " keluh Jessy seraya menghentak hentakan kakiny

"Ya terus gimana?  Lo mau ke UKS pura pura sakit? " tanya Nao asal.

"Boleh juga usul lo. " Jessy terkekeh geli saat mendapat usul cemerlang.

"Yaudah nanti gue bilangin ke Pak Wahyu, lo langsung ke UKS aja, " perintah Nao.

Ia melihat Jessy yang menjauh dan hilang di ujung koridor.  Kini hanya ia sendiri.

Nao berjalan ke lapangan yang terletak di depan sekolah.

Lapangan outdoor di-design lebih luas dari lapangan indoor agar para pelajar bisa bermain saat pulang sekolah ataupun saat pagi pagi menunggu bel berbunyi.

Kini ia sudah berada di tengah lapangan menunggu instruksi dari Pak Wahyu- guru olahraga.

Olahraga sendiri sangat tidak enak buktinya dari tadi ia hanya diam di pojokan sambil meneguk minumannya yang tinggal setengah.

"Pak tolong lah pak kali ini aja. Saya males panas panasan," keluh seorang lelaki yang kini menarik perhatian penghuni lapangan.

Beberapa orang ada yang bisik bisik ada juga yang terpekik gembira sedangkan Nao,  ia hanya diam tak peduli.

"Enak aja!  Mana ada hukuman nawar. " Pak satpam yang waktu itu kini mulai kesal.

"Ayolah pak,  nanti saya beliin rokok deh, " tawar lelaki itu di samping tiang bendera.

"Enak aja, gak ada! "

"Yaudah kita buat perjanjian," kata Nial.

"Apa? "

Nial mengedarkan pandangannya dan berhenti di satu sosok yang waktu itu ditemuinya.

"Kan waktu itu dia kabur pas disuruh bilang 'iya',  nah sekarang biarin dia bilang 'iya'dalam arti supaya saya gak dihukum. Gimana? " tawar Nial setelah menunjuk Nao yang sedang sibuk menatap lapangan.

"Silahkan,  saya yakin dia akan kabur kaya waktu itu. " Pak satpam melipat tangannya di depan perut.

"Tapi janji ya pak,  kalo dia bilang iya bapak ngizinin saya buat masuk kelas."  Nial memberikan jari kelingking yang langsung disambut oleh Pak satpam.

Nial langsung berjalan menghampiri Nao yang kini sibuk mendengarkan musik tanpa melihat apa yang terjadi.

Banyak siswa yang menghentikan aktifitasnya sejenak untuk melihat apa yang terjadi.

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang