LUV 3

134 42 7
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua murid yang sudah putus harapan kembali semangat.

Termasuk kelas 10 IIS 1 yang baru saja keluar kelas.

Jessy dan Nao kini berjalan ke ruang penyiaran dengan roti di tangan mereka.

Biasanya saat waktu penyiaran berlangsung, Chandra akan mengizinkan untuk makan roti agar tak jadi penyakit.

"Permisi kak. " Nao mengetuk pintu agar sedikit lebih sopan.

Chandra menoleh dan mengangguk "Masuk aja. "

"Buat Naomi, lo langsung masuk aja ke ruang penyiaran," perintah Chandra.

Di sana Nao melatih suaranya sedikit agar tak kaku saat berbicara, tak lama Stacy masuk ke dalam ruangan dan memberikan naskah.

Ia melirik Kevin yang sedang mengatur volume suara.

"Halo semuanya pendengar setia 14.3 radio FM saluran LUV seperti biasa hari yang cerah di bulan Agustus ini memang buat kita jadi lebih semangat...."

Jessy menatap Nao dengan tatapan kagum.

Nao yang pemalu, Nao yang tidak percaya diri, Nao yang selalu menunduk, Nao yang introvert bisa begitu bahagia di sana.

Di dalam ruangan yang membuatnya menjadi diri sendiri.

Yang ceria dan murah senyum.

Jessy sangat bersyukur melihat sahabatnya bahagia. Apalagi jika Nao berubah seutuhnya.

"Jessy, gue mau ngomong sesuatu sama lo. "

Jessy mengikuti Chandra dari belakang ke luar ruang penyiaran.

" Jadi gini Jess, gue mau lo ikut pemotretan. "

"Hah, buat apa kak? " Jessy mengerutkan dahinya.

"Ya buat poster yang mau gue pasang di mading utama sekolah. Lo kan tau kalo peminat penyiar radio itu sedikit, sedangkan lo kan banyak yang suka. "

"Terus hubungan aku banyak yang suka apa? "

Chandra menatap Jessy dalam dalam sambil memegang kedua bahu Jessy.

"Karna lo banyak yang suka, gue mau lo narik perhatian mereka supaya masuk ekskul penyiaran."

Jessy mengangguk mengerti dengan mulut berbentuk O.

"Jadi kapan mulai pemotretan? "
anya Jessy.

"Ya lo bisanya kapan? Kita siap kapan aja. " Chandra menyenderkan badannya di tembok.

"Kalo besok gimana? "

Chandra mengangguk cepat lalu mengajak Jessy untuk kembali ke ruang penyiaran.

Disana Nao, Stacy dan Kevin sudah selesai penyiaran. Karna memang siaran yang dilakukan hanya berdurasi 10 menit.

5 menit yang tersisa biasa dipakai untuk mengisi perut untuk energi hari ini.

10 menit yang lalu, di lain tempat.

Nial berjalan santai dengan tangan yang dimasukan ke kantong celananya.

"Hai kak."

"Pagi Nial. "

"Heh anjing! "

Oke, sapaan kali ini menarik perhatian Nial.

Ia menoleh ke arah belakang, ternyata disana ada Deva, Dhika dan Nanta yang sibuk mengunyah bala-bala ibu kantin.

"Yeehh gak usah nge-gas anjeng, emang gue siapa lo? " Nial berbalik lalu pergi begitu saja.

"Eh malah pergi tu kunti, " Dhika menggumam.

"Mau kemana lo? " teriak Nanta.

Nial berbalik "Kepo lo, kaya cewek aja," balas Nial agak teriak.

"Eh sianying, gue dibilang kaya cewek. "

"Sabar bro, lo kan memang kaya cewek. " Dhika menepuk bahu Nanta seolah menegarkan.

"Jijik lo, yang ada juga lo kali yang kaya cewek. " Nanta menoyor kepala Dhika.

"Tuh kan, mana ada maling ngaku. " Dhika menunjuk Nanta seolah terkejut.

"Serah lo anjing. " Dhika menunjukan poker facenya.

"By the way si Nial mau kemana tuh? Tumben misah gini. " Deva melihat Nial yang hilang di belokan koridor.

"Ah paling juga ngebokep, " kata Nanta asal.

"Lo tuh yang sering ngebokep, " tuduh Deva.

"Lo tau dari mana? " Nanta menatap Deva shock.

"Anjing, lo beneran suka ngebokep? Kok gak ajak gue sih. " Dhika kini mulai ikut ikutan gila.

"Serah lu geblek. " Nanta meninggalkan Deva dan Dhika yang kini terkekeh karna berhasil menjahili Nanta.

***

Nial kini sudah duduk di salah satu meja yang tidak terlalu berdebu.

Ia melirik ke setiap sudut ruangan yang dipenuhi alat musik yang sudah usang.

Sesekali ia memejamkan mata sambil tersenyum ketika gadis di speaker kini sedang menyiarkan.

Ahh ia sangat suka suara ini.

Ingin sekali ia mengetahui siapa pemilik suara itu.

Nial tertawa kecil, menertawai dirinya sendiri.

Ia menyukai seorang perempuan hanya dengan mendengar suaranya saja.

Apakah hanya Nial yang tau rasanya menyukai tanpa kenal siapa yang dia kagumi.

Kurang lebih 10 menit kemudian speaker itu tak lagi bersuara.

Sepertinya waktu penyiaran sudah berakhir. Berarti Nial harus kembali ke kelas.

Dan mengaggumi sosok fana yang kini hinggap di hidupnya.

Ia berdiri dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan tempat dimana ia bisa menikmati suara indah nan merdu itu.

Beberapa kali ia berbelok dan melewati lapangan indoor.

"Nial! "

Ia berbalik dan nendapati Deva dan kawan kawan kini sedang bermain basket.

"Ayo mabar, bosen nih." Nanta menghampiri Nial yang kini masih di depan pintu indoor.

"Emang harusnya sekarang pelajaran apa di kelas? " tanya Nial.

" Mate mungkin, gatau lah gue kan gak pernah mikirin yang begituan."
Kali ini Dhika yang berbicara.

"Yaudah ayo ah main, gue juga males kali pelajaran si Pak ot. "

Pak ot yang bernama asli Budi itu memang sering dipanggil ot karena selama ia mengajar, ia tak pernah terlambat sekali pun.

Berawal dari Nial yang sempat mengatai Budi dengan sebutan ot, semua jadi pada mengikuti bahkan sampai ke adik kelas 10 angkatan sekarang.

Memang dampak Nial sangat besar bagi kaum sekolah, apalagi para wanita.

***

Uhuuyyy!!

Balik lagii, ini hasil revisi yang sebenernya gak ada yang berubah! *plakk

Btw gw ganti visual, tapi gatau mau siapa.😥😥

Minta saran dong!

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang