LUV 6

106 33 17
                                    

Mereka menatap ke arah suara secara bersamaan. Lalu melepaskan posisi awal mereka yang sedikit ambigu.

"Siang pak,  kok ada di sini?" Nial nyegir.

"Halah kamu,  ngapain sama cewek itu di belakang sekolah, jangan jangan mau grepe grepe ya?! " Pak satpam menunjuk Nao yang menunduk.

"Yaelah pak,  gak lah. Tadi kita kekunci di ruang musik,  jadi keluar lewat sini." Jelas Nial sambil menunjuk jendela ruang musik.

"Apa benar dek? " Tanya Pak satpam pada Nao.

"Yaelah pak,  masa gak percaya.  Jahat banget." Nial cemberut.

Pak Satpam menatap Nial malas "Banyak alasan kamu,  saya laporin ke guru bk mau kamu?!"

Nial menunduk sambil memainkan ujung bajunya.

Nao terkekeh saat nelihat kakak kelasnya ini bertingkah imut.

"Jangan dong pak, mending saya dihukum dari pada diceramahin. " Kata Nial.

"Oh jadi begitu ya,  yasudah saya hukum kamu siram taman belakang sampai subur. "

"Yaelah pak,  mana bisa sekali siram langsung subur. " Oceh Nial dengan suara berat dan besarnya.

"Yasudah kalo begitu berdiri di tiang bendera. " Tawar Pak Satpam.

"Gak mau ah pak,  panas. " Keluh Nial.
"Terserah pilih hukumannya yang mana,  yang penting dapat hukuman."
Kata Pak Satpam menunjuk Nial.

"Yaudah saya milih nyiram tanaman dari pada panas panasan gak jelas. "

Nial menatap Nao yang dari tadi tersenyum memperhatikan wajahnya.
"Kenapa Tao?" Tanya Nial.

"Nama gue Naomi kak bukan Tao." Jelas Nao.

Ia mengernyit bingung,  "terus kenapa lo bilang nama lo Tao? "

Nao menghela napas seraya mengelus dadanya sabar. "Itu kakak yang salah denger. "

"Yaudah lah terserah,  yang penting sekarang selesein dulu hukumannya."

Nial berjalan ke arah keran dan menyambungkan selang berwarna hijau agar airnya mengalir dari mulut lubang selang tersebut.

Sedangkan Nao ia mengambil ember dan gayung lalu diisi setengah agar tidak terlalu berat.

"Tao." Panggil Nial ditengah kesibukan masing masinh mejalani hukuman.

"Nao kak, Nao " Katanya dengan nada sedikit frustasi.

"Oh iya Nao,  lo blasteran jepang? " Tanya Nial masih sambil menyiram tanaman.

"Ada lah. " Jawab Nao singkat.

"Kalo kakak sendiri ada campuran apa gak? " Lanjut Nao sambil menoleh ke arah Nial.

"Gue gak pernah nanya sih ke orang tua gue. " Nial menghentikan hukumannya,  lalu duduk ayunan yang sudah karatan.

Ia mengikuti Nial dan ikut duduk di sebelah ayunan lelaki itu.

"Tumben. " Gumam Nial.

"Tumben apa? " Nao meneh ke arah Nial yang sedang menatap lurus.

"Ya tumben aja radio sekolah kan biasanya jalan pas istirahat kedua. "

Nao membelalakkan matanya,  lalu sedetik kemudian ia langsung menunduk.

"Ja-jadi kakak suka dengerin siaran LUV ?" Nao mebetulkan letak kacamantanya.

"Bukan suka lagi,  gue itu pendengar setia loh. " Bisik Nial agar tak ada yang dengar.

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang