LUV 19

68 13 18
                                    

"Kalian mau ikut basket gak?" tanya ketua kelas Nial, kalau tidak salah namanya Zaki.

"GAK, " jawab Nial, Nanta, Dhika dan Deva serentak.

"Kenapa? Kalian bagus loh mainnya. "

"Panas, gue gak mau keringetan," alibi Nial.

"Gue ogah ah, nanti dehidrasi terus masuk rumah sakit terus mati, gimana?" alibi Deva yang tidak masuk akal. Dasar aneh.

"Yang lain gak, gue gak. " Nah...., yang ini masih masuk akal. Yang ini alibi Nanta.

"Lo gimana Dhik?" tanya Zaki.

"Gue? Najis bat dah gue main sama anak-anak cupu. "

Zaki memutar bola matanya malas. Mengingat porak tahun lalu yang Nial dkk juga tidak ikut, alibinya tidak jauh beda seperti barusan.

"Serah kalian dah, nanti kalau kelas kita menang, jangan harap dapet hadiah. Katanya taun ini hadiahnya makanan. "

"IYA-IYA KITA IKUT, AH SETAN! " seru mereka bersamaan. Makanan, siapa sih yang akan menolak?

Zaki tersenyum penuh kemenangan, padahal ia sendiri tidak tahu hadiahnya apa, secara ia bukan anggota OSIS.

"Yaudah, masuk lapangan sana!"

Nial dkk memasuki lapang, lagi-lagi Jessy menyemangati Nial, membuat beberapa siswi menatapnya jijik.

"Apa lo sirik? Makanya muka cantik dulu kalau mau kaya gue! " balas Jessy pada kumpulan perempuan yang mencemoohnya.

Ia berkata dengan mic di tangannya, jadi semua orang dilapang dengar, ia tidak peduli. Yang penting rombongan perempuan itu malu.

Sedangkan Nial hanya tertawa, ia menatap Jessy yang kini menjulurkan lidahnya pada rombongan perempuan itu.

Nao masih duduk di tempat yang sama seperti episode sebelumnya. Menatap permainan yang baru saja mulai.

Nial dan kawan-kawan sangat berperan banyak dalam menambah poin. Buktinya, baru saja dibicarakan, Nial sudah mencetak poin lagi.

Memang lawannya tidak terlalu sulit, melawan adik kelas, mungkin nanti ia akan melawan kelas sebelahnya yang ikut tim basket.

Tapi tetap, Nial akan menang #jiaaaaakk.

Di tengah pertandingan, Nial tak jauh dari tebar pesona, tepatnya ia memang punya pesona lebih.

Bahkan saat ia melewati 3 musuh sekaligus pun, para gadis langsung bersorak ria, Jesst juga ikut berteriak, tapi tidak seheboh perempuan lainnya.

Membuat Nial menatap Jessy malu-malu, bahkan telinganya merah. Kadang disitu Nao merasa sedih.

Seperti permen karet yang menempel di sepasang sepatu mungkin. Ah entahlah, Nao juga bingung.

Jadi haus kan Nao-nya. Dengan langkah santai ia berjalan menuju kantin.

Ia membeli 6 botol minum yang tidak dingin. Sekalian untuk Nial dkk dan Jessy, pasti ia kelelahan karena harus memimpin acara dari tadi pagi.

Tak butuh waktu lama ia balik lagi, bersamaan dengan Nial dkk yang baru saja datang. Peluh menenuhi semua tubuh mereka.

"Nih!" Nao memberikan 1 orang 1.

"Perhatian banget deh! "

"Aduh aku baper. "

Nao memutar bola matanya malas. Lebih baik ia memberikan minumanya pada Jessy.

"Nih!"

"Huaaa makasih Nao, hari ini cans banget deh!" Jessy mencolek dagu Nao, membuat gadis itu terkekeh.

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang