Hujan 11

2.1K 91 0
                                    

Cafe itu begitu meneduhkan. Hening tapi tidak terlalu hening karena terdengar percakapan ringan dari beberapa pengunjung yang tidak terlalu bersuara keras. Pendingin ruangannya pun disetting dengan normal sehingga tidak terlalu dingin. Ditambah warna dominan cafe ini berwarna coklat tenang yang membuat siapa saja tidak penat melihatnya.

Biru tetap terdiam sambil menatap tehnya yang perlahan mendingin. Sedangkan Bintang memilih untuk menyeruput kopi susunya.

"Ehem…." Bintang pun berdehem setelah meminum kopi susu hangatnya. Biru tetap tak mau menatap Bintang.

"Maaf, canggung ya?" tanya Bintang sambil terkekeh kecil. Biru menggeleng kepalanya pelan. Sejujurnya Biru daritadi sedang mengatur pernapasannya yang terlalu cepat. Jantungnya berdegup dengan kencang. Karena ia terlalu senang—sekaligus sedih karena ini adalah keadaan yang benar-benar menyedihkan.

Menyedihkan karena hanya Biru yang merasakan rasa senang ini.

Diluar sana rintikan hujan mulai terdengar dari dalam. Suara rintikan hujan itu mendamaikan hati Biru sementara. Bau lemon ringan dari pendingin ruangan juga meneduhkan hatinya.

"Gue boleh langsung ngomong to the point?" tanya Bintang hati-hati. Biru sudah menduganya. Inilah alasan Bintang mengajaknya ketemuan. Untuk membicarakan masalah kejadian itu.

"Boleh.." jawab Biru pelan. Bintang menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, bingung ingin memulai darimana sekaligus tidak enak hati dengan Biru. Karena pembicaraan ini sepertinya sensitif untuk dibicarakan. Tapi mau bagaimana lagi, Bintang begitu penasaran sampai-sampai ia susah tidur.

"Kenapa lu bisa tahu nama gue?"

Tingggg…. Seketika badan Biru jadi membeku. Ia diam sambil tersenyum panik.

"Terus kenapa lu segala make meluk gue?"

Mampus. Ingin rasanya Biru sekarang berlari keluar dari cafe lalu tertawa keras ditengah-tengah hujan. Mencoba melupakan kejadian memalukan itu dan Bintang. Tapi ia tidak mau menjadi orang tidak waras. Dan mustahil.

"Oke, mungkin gue terlalu lantas." Bintang memperbaiki posisi duduknya yang lebih nyaman lalu menaruh kedua tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati itu. Ia ingin terlihat rileks dan tidak menjadikan pembicaraan ini terlalu serius.

"Kenalan dulu deh. Nama gue Bintang  Putra Nugroho. Mungkin lu udah tahu nama gue tapi nggak tahu nama panjang gue. Hahaha, garing banget ya?"

Biru menahan senyumnya. Garing sih, tapi entah kenapa itu sukses membuat Biru ingin tertawa geli. Biru tak perlu perkenalan nama itu. Karena ia sudah tahu, siapa Bintang itu. Dan ia sangat mengenal laki-laki itu.

"Iya, Bintang." ucap Biru sedikit mulai santai. Bintang tersenyum, ia lega bisa membuat Biru tidak terlalu tegang.

"Oke, kenapa lu bisa tahu gue? Atau lu saudara gue atau gimana?" tanya Bintang serius. Senyuman Biru mulai memudar. Seharusnya Bintang tak perlu menghiburnya jika ada maunya, pikir Biru sedih. Biru pun terdiam membuat Bintang sadar kalau ia terlalu cepat menanyakan hal itu.

"Gak apa-apa sih kalau nggak mau jawab, gue nggak maksa." Bintang cepat-cepat mengibaskan tangannya di udara, bertingkah seakan tak ingin memaksa Biru. Biru memberanikan dirinya untuk melihat kedua mata Bintang walau ia tidak mampu.

"Gue jawab." ucap Biru dengan yakin. Ia tidak peduli kalau Bintang menganggapnya gila atau sejenisnya, itu adalah keinginan Bintang untuk mengetahui siapa Biru.

Deg. Jantung Bintang langsung berpacu dengan cepat. Ia ingin sekali tahu siapa Biru itu.

"Gue… Kekasih lu dari masa lalu."

Hah?

Bintang pun melongo. Mulutnya benar-benar menganga. Ia tidak percaya, bukan, ia merasa ini diluar dugaannya. Bintang tahu ini jahat tapi ia tidak bisa menghilangkan perasaan menganggap itu konyol. Biru pun tak tahan, ia mengalihkan lagi pandangannya dari Bintang. Matanya menatap lurus kearah tehnya yang memang benar-benar sudah dingin.

"A-apa?" hanya itu yang bisa Bintang ucapkan. Biru mengangkat bahunya, membuat Bintang semakin bingung. Sejujurnya Biru ingin sekali menyudahi ini. Ia jadi menyesal terlalu jujur dengan Bintang. Duh, seharusnya ia berbohong saja.

"Aneh kan? Kalau begitu kita akhiri ini."

"Nggak. Jelasin ke gue. Semua." penekanan kata Bintang di 'semua' membuat Biru ikut bingung dan terperanjat. Ada perasaan sedikit lega melewati hatinya. Bintang kembali memasang wajah serius, bahwa ia memang ingin benar-benar mendengarkan penjelasan konyol Biru.

Entah apa kedepannya, tapi Biru takut, bahwa Bintang akan menjauh.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang