Hujan 16 - Kenangan Bintang & Biru

1.9K 84 0
                                    

Biru memegangi perutnya yang terasa sakit dan mual. Dia duduk di sisi aula panitia dengan wajah yang pucat. Semua murid sedang mengikuti jurit malam dan Biru terpaksa keluar dari kelompoknya karena ia masuk angin.

Memang Biru itu rentan sekali terkena masuk angin kalau berada di luar malam-malam begini. Apalagi jam dua belas malem tepat.

Perempuan itu meringsuk menahan mualnya. Ughh, menyebalkan! Biru merasa menyesal sudah ikut LDK. Ia ikut itu karena paksaan dari Mawar dan Mentari. Benar-benar kejam, padahal fisik Biru lemah sekali.

"Hei, lagi sakit ya?"

Biru menatap kearah sumber suara. Dimatanya terdapat sosok laki-laki dengan rambut jambrik sedang menatapnya khawatir.

"Sedikit.." jawab Biru bohong. Sebenarnya ia benar-benar terasa tersiksa tentang rasa mualnya. Biru memilih untuk tidak memandang laki-laki itu. Karena Biru tidak mengenal laki-laki itu.

"Oh, nih minyak kayu putih.." laki-laki itu menyodorkan botol kecil berisi minyak kayu putih ke Biru. Biru menatap bingung kearah laki-laki ini.

"Kok diem aja?"

"Eh, maaf." Biru segera mengambil botol kecil itu karena tidak enak dengan laki-laki itu. Biru berpikir, kenapa laki-laki ini begitu perhatian, bukannya Biru geer atau gimana. Tapi, aneh lho. Dan juga dia itu peserta LDK karena terlihat dari baju putih peserta LDK yang ia kenakan.

"Gimana, udah mendingan?" tanya laki-laki itu tersenyum. Wajah Biru sedikit memerah. Gila, manis banget senyumannya, batin Biru.

"Udah kok." jawab Biru setelah ia mengoleh minyak kayu putih itu disekitar lehernya lalu menghirup aromanya dari botolnya.

"Kok disini? Bukannya ikut yang lainnya ikut jurit malam?" tanya Biru penasaran.

"Gue juga lagi nggak enak badan.."

"Ohh gitu, nih pakai minyak kayu putihnya."

"Nggak usah, buat lo aja. Gua udah make tadi."

"Lagian gue nggak mau lo kenapa-kenapa..." gumam laki-laki itu dengan suara pelan tapi Biru mendengarnya. Biru semakin bingung. Kenapa cowok ini bilang begitu?

"Apa?" tanya Biru pura-pura tidak dengar. Sejujurnya jantung Biru berdegup lumayan kencang. Laki-laki itu tersenyum lagi.

"Nggak kok, emang gue lagi ngomong ya tadi?" tanya laki-laki itu bertanya balik ke Biru. Kedua matanya menatap lekat-lekat wajah Biru. Wajah Biru mulai memanas, ia langsung mengalihkan wajahnya dari wajah laki-laki itu.

"Ehh, maaf deh, salah denger kayaknya haha.." tawa Biru garing. Nggak sih, keliatan gugup kayaknya. Biru mengutuki dirinya, pasti benar-benar kelihatan bahwa dirinya terlihat gugup.

"Nggak apa-apa.. By the way, gue Bintang. Nama lo... Pasti Biru kan?"

Biru menatap bingung lagi kearah laki-laki yang bernama Bintang itu. Rasa gugupnya menghilang digantikan heran karena Bintang bisa tahu namanya.

"Kok tahu?" tanya Biru heran.

"Iyalah, gue kan mau berjuang......" Bintang memotong kata-katanya, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Biru.

"Berjuang buat dapetin lo." suara pelan Bintang membuat Biru merinding ditambah kata-katanya yang membuat wajah Biru benar-benar memerah. Biru langsung menjauh dari Bintang dan berlari entah kemana. Ia sangat malu. Masa bodo mau kemana yang penting dirinya bisa menjauhi Bintang. Apa-apaan cowok itu? Dateng-dateng udah modus aja! Huh, mendingan Biru memaksakan ikut jurit malam daripada harus berhadapan dengan cowok modus kayak Bintang yang Biru tidak tahu siapa dia.

Bintang menghela napas sedih. Ia menatap Biru yang sudah tak terlihat lagi dari pandangannya. Ia sadar bahwa ia terlalu ceplas-ceplos.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang