Part 08

1.5K 154 37
                                    


Love is...

following your heart





🕊🕊🕊





Kamar bernuansa putih-pink itu menjadi tempat persembunyian Hina dari kemarin. Dia tidak pulang ke flatnya, takut untuk bertemu dengan Jaemin yang sudah membuatnya kecewa untuk kesekian kalinya.

Dan kemarin adalah puncak dari kekesalan Hina. Tidak menyangka pacar yang dia damba-dambakan itu lebih memilih mempertahankan egonya daripada Hina. Bisanya cuma nyuruh orang biar ga ninggalin dia, tapi dianya malah ga sadar udah bikin Hina sakit hati.

"Na, ada Kak Yuta," ujar Saeron, selaku pemilik kamar yang Hina tempati.

"Kenapa bisa ada Kak Yuta?" pekik Hina panik. Pasalnya dia ga mau kakaknya itu sampe ikut campur sama urusan percintaannya ini. Tumben pacaran tapi perjalanan cintanya malah ga mulus.

"Ga tau, kayaknya pacar lo yang ngaduin" kata Saeron mendekat ke tempat tidur, tempat Hina meringkuk sambil menangis sepanjang malam. Sampe-sampe Saeron mesti tidur bareng adiknya demi memberi ruang buat Hina yang lagi patah hati.

Hina mendengus kasar lalu mengusap wajah bengkaknya. "Keliatan banget ya gue abis nangis?" tanyanya ke Saeron yang mau ganti bajunya karena cewek itu baru pulang dari kampus.

"Parah Na, lo tutupin pake bedak satu lusin juga masih keliatan" kekeh Saeron, niatnya mau bercandain Hina tapi cewek itu malah panikan dan mencari keberadaan ponselnya yang dia buang entah kemana karena mendadak lupa cara mematikannya.

Jaemin ga henti-hentinya nelponin dia, ngirim pesan juga banyak banget. Tapi satupun ga ada yang di respon sama Hina. Dia kesal, marah, benci, pokoknya dia pengen menghilang untuk sehari. Jadilah ponselnya dia lempar ke sembarang tempat karena panik ga bisa matiin ponselnya yang terus bunyi.

"Cari apa sih? Kakak lo di bawah kali Na, ga ada di kolong kasur" ujar Saeron heran.

"Gue nyari HP! Bukan Kak Yuta" dengus Hina kesal.

"Oh HP," Saeron ngangguk kecil. "Kemarin kan pecah Na, gue taroh di laci nakas"

Hina buru-buru nyamperin nakas tempat tidur Saeron dan membuka lacinya. Terpampanglah ponsel Hina yang retak dari ujung ke ujung. Tapi begitu di hidupkan, masih bisa nyala, cuman ga keliatan jelas tampilan layarnya kayak gimana. LCDnya rusak parah.

"Jaemin pasti kecewa sama gue," sedih Hina. Sempet-sempetnya khawatirin pacarnya itu, ato sekarang jadi mantan pacar? Entahlah, Jaemin belom ada klarifikasi(?)

"Kemarin di tangisin, sekarang di khawatirin" decak Saeron. "Buang-buang tenanga aja lo ngambek gini tau ga sih"

"Bilang aja lo ga suka gue tebengin tidur" sinis Hina membuat Saeron meringis.

"Udah sana samperin Kakak lo! Kasian udah malem, malah masih repot ngurusin lo. Harusnya kan Kak Yuta udah gendong anaknya di rumah" ujar Saeron, males ladenin Hina yang labil gini. Dia ga mau kena semprot, Hina kalo marah serem.

Hina akhirnya jalan gontai keluar dari kamar buat nyamperin kakaknya di ruang tamu rumahnya Saeron yang megahnya kayak istana kerajaan.

"Hina," Yuta langsung berdiri begitu melihat penampilan kusut adiknya turun dari lantai atas.

Hina seakan menemukan semangatnya kembali begitu melihat Yuta tersenyum hangat padanya. Dengan sisa tenaganya, Hina berlari nyamperin Yuta dan langsung memeluk kakak tersayangnya itu.

"Kak," isaknya.

Yuta menghela napas dan balas memeluk Hina. Mengelus sayang rambut adiknya itu sampai Hina mendongak untuk menatapnya.

(✔️) What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang