Love is...sharing happy moments together
🕊🕊🕊
Seiring berjalannya waktu, Jaemin jadi terbiasa dengan keadannya yang sering muntah itu, dan lama-kelamaan mulai menghilang. Digantikan oleh mood Hina yang kini mudah sekali terpancing emosinya. Ngeliat Jaemin ditelpon rekan kerjanya aja bisa ngambek, padahal beneran lagi ngobrolin kerjaan.
Sifat cemburunya Hina itu bener-bener bikin Jaemin kesel dan bahkan pernah gak pulang saking keselnya diambekin terus. Pasalnya ngambeknya Hina itu ga ngenakin, masa iya Jaemin disuruh tidur di luar apartemen, cuma karena Jaemin pergi ke kantor sebentar waktu mereka sudah akan tidur. Jadinya Jaemin terpaksa nginep di rumah depan, apartemennya Mark. Selain itu Hina juga pernah mogok makan karena Jaemin ga ngijinin dia jalan-jalan sama temennya. Emang kelihatan sepele, tapi lama-kelamaan Jaemin jadi kesel.
Tapi yang paling bikin Jaemin nyesel seumur hidup adalah, dia terlalu sibuk kerja dan cuekin Hina karena istrinya itu selalu ngerecokin dia dengan berbagai permintaan gak masuk akalnya. Jaemin makin kesal dengan alasan dari permintaannya itu adalah permintaan dari anaknya yang jelas-jelas masih di dalam perut. Sampai Hina beneran diemin dia dan nyibukin dirinya di kantor untuk menghindari Jaemin.
Siang itu Jaemin panik, Nancy nelpon dia dan bilang kalo Hina dilarikan ke rumah sakit karena pingsan seusai rapat.
Hina terbaring lemas dengan infus di tangan kirinya. Melihat itu Jaemin jadi semakin merasa bersalah dan ingin mengulang waktunya disaat dia mengabaikan Hina yang butuh perhatiannya.
"Maafin aku," lirih Jaemin sedih sambil menggenggam erat tangan kanan Hina dan menciumnya beberapa kali. Mengingat kembali perkataan dokter yang mengatakan kalau istrinya itu hanya mengalami kram perut dan sedang banyak pikiran yang bisa berpengaruh pada kandungannya. Tapi untungnya mereka tidak apa-apa dan disarankan Hina perlu lebih banyak istirahat.
Hina siuman saat malam harinya disaat teman-temannya pulang kerja dan datang untuk menjenguk.
"Hina bangun!" ujar Siyeon yang sedang menata barang bawaannya ke atas meja di sebelah ranjang pasien.
"Panggil Jaemin!" seru Nancy yang berbarengan sama Eunbin yang nyuruh memanggil dokter.
"Panggilin dokter dulu lah!" sewot Eunbin langsung memencet tombol darurat di atas tempat tidur.
Nancy masa bodo, dia langsung lari keluar ruangan buat manggil Jaemin yang baru aja keluar buat cari makan.
Dengan nafas tersengal, Jaemin membuka pintu ruang rawat Hina. Menatap istrinya yang kini sedang bercanda dengan Siyeon-Eunbin sambil mengelus perutnya.
"Sayang," panggil Jaemin, menghampiri Hina yang langsung bungkam melihat keberadaannya.
Nancy yang jalan di belakang Jaemin memberi kode untuk kedua temannya agar keluar. Membiarkan Jaemin dan Hina ruang untuk berduaan.
"Gimana keadaan kamu? Udah baikan?" tanya Jaemin pelan, jalan menghampiri Hina dan mengelus kepalanya.
Hina menatap Jaemin kesal sampai air mata menggenangi matanya.
"Maafin aku, aku salah" sesal Jaemin, meraih kedua pipi Hina dan mengusap aliran air mata yang sudah jatuh.
"Aku kangen," isak Hina sedih. Jaemin merasa dihujami pisau tajam mendengar Hina merindukannya. Padahal dulu sewaktu dia sakit, Hina selalu sabar nanganin dia dan selalu ada saat dia butuhin, tapi begitu Hina merengek dengen permintaannya, Jaemin malah kesal. Dia memang bersalah sudah mengabaikan istrinya itu. Dia patut dihukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔️) What Is Love?
Fanfiction❤️❤️❤️ "Kalo sampe gue jatuh cinta, gue cuma mau jatuh cinta sama lo" -Jaemin "Salah ga sih kalo gue jatuh cinta sama lo?" -Hina Start: 2018-04-28 Finish: 2018-05-16 ❤️ Ps. Banyak typo dan pastinya banyak kekurangan.. Kalau suka, jangan lupa vote+ko...