Verlyn #2

91 22 5
                                    

Melupakan? Bukan hal yang mudah, Bagaimana rasanya jika kamu masih terjebak masalalu? Padahal dia yang sedang ada di pikiranmu saja tidak pernah peduli. Lalu bagaimana rasanya jika otak dan hati masih sinkron untuk memikirkan dan menyimpan seseorang itu didalamnya. Bagaimana cara melupakan jika seperti itu masalahnya? - Verlyn

***

Langit jingga mulai menghiasi angkasa sore ini. Verlyn masih saja terdiam di meja kerjanya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Para pegawainya pun sudah pamit pulang, tetapi Verlyn masih saja asik melamun. Terkadang bibirnya tersenyum, terkadang berdecak sebal.

Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunannya. Jangan heran Verlyn memang suka melamun, entah apa yang dipikirkannya.

Dari balik pintu kaca Verlyn mendapati Zeva sedang tersenyum kearahnya sebelum kemudian memasuki ruangan bernuansa putih-pink itu.

"Masih suka lo ngelamun?" Zeva berjalan ke sudut ruangan, menata soft drink yang baru dibelinya di kulkas milik Verlyn.

"Lo rajin amat ngisi kulkas gue." Verlyn memperhatikan Zeva yang masih sibuk dengan beberapa kaleng soft drink.

"Selesaiii." Zeva menutup kulkas dan berjalan mendekati Verlyn.

"Gue udah bilang kan gue pengen cerita," Zeva duduk dihadapan Verlyn. Nada suaranya terdengar sangat antusias.

"Iya, mau cerita apa? Tentang Yugo? Bukannya kata lo kemaren lo liat dia jalan sama cewe?" Tanya Verlyn sedikit heran baru kemarin malam Zeva bercerita tentang Yugo dengan wajah yang sulit dijelaskan, matanya sembab, hidungnya merah, rambut acak-acakan. Dan tadi pagi Zeva meneleponnya dengan suara yang sangat senang. Aneh memang.

"Iya, ternyata cewek itu kakaknya Yugo yang baru pulang dari London. Yaampun Lyn gue malu parah udah marah-marah bahkan sampe nangis semaleman gara-gara hal itu." Zeva menutup wajahnya pipinya bersemu merah.

"Kaya lo punya malu aja, terus yang bikin lo seneng banget pas telfon gue tadi kenapa?" tanya Verlyn, Zeva masih saja menutup wajahnya dan pipinya bertambah merah.

Zeva menunjukkan tangannya ke arah Verlyn. Dijemarinya melingkar sebuah cincin permata. "Dia ngelamar guee Lynnn. Yaampun lo bisa bayangin gak sih? Dia lamar gue didepan orang-orang kantor. Yaampun Lyn sumpah deh gue bener-bener gak percaya." Zeva menjerit matanya berkaca-kaca, terharu.

Verlyn membelalakan matanya. Apa tadi Zeva bilang? Dia dilamar? Berarti dia akan segera menikah? Verlyn ikut menjerit bahagiaa.

"Yaampunnn seriusann? Lo dilamar? Aduhhh gue gak nyangka mimpi lo buat cepet-cepet nikah beneran bakal terjadi!" Verlyn memeluk Zeva, matanya terpejam pikirannya melayang kepada Arga. Seandainya Arga masih disampingnya, Seandainya Arga memilih untuk tetap bertahan padanya pasti Verlyn akan merasakan seperti apa bahagianya Zeva dan Yugo. Seandainya...

***

VERLYN

Sejak mendengar kabar bahwa Zeva sudah dilamar oleh Yugo kekasihnya dan akan melangsungkan pernikahan dua minggu lagi, pikiranku seakan diusik. Bukan karena aku tidak bahagia karena pernikahan sahabatku, aku bahagia, sangat bahagia.

Tetapi bayang-bayang Arga terus menyesaki pikiranku. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia sudah menikah dengan Sella si gadis manja yang menyebalkan itu?

Sudah hampir tiga tahun setelah kepergian Arga yang lebih memilih gadis sialan itu dibanding denganku. Tetapi kenapa kenangan tentangnya tidak ikut dia bawa pergi? Kenapa kenangan itu masih harus tersimpan jelas di memori otakku?

VERLYN [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang