Verlyn #14

13 2 0
                                    

Reno mengusap wajahnya kasar, Ia kembali memutar rekaman Arga diponselnya. Nafsu makannya sudah pergi entah kemana. Beberapa kali ponselnya bergetar. Tapi ia mengabaikannya.

Pikirannya hanya terfokus pada Arga. Pantas saja beberapa bulan belakang ini keuangan perusahaannya selalu minus. Bahkan Reno sampai harus merelakan sebagian uang tabungannya untuk menutup kerugian.

Dan harusnya Reno tidak kaget dengan apa yang telah dilakukan Sella. Reno masih mengingat kejadian di malam pernikahan Zeva dan Yugo. Di saat Gisella menghasutnya untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas dilakukan pada Verlyn.

Reno tersentak kaget saat ponselnya kembali bergetar. Nama Verlyn menyala-nyala di ponselnya. Reno mengatur napas senormal mungkin sebelum mengangkat telepon.

"Heh! Lo makan batu apa gimana sih lama banget! Sampe telpon gue ga diangkat-angkat. Makan sepiring-piringnya ya lo?!" Suara melengking Verlyn membuatnya terkekeh. Gadis itu pasti sudah berangsur pulih. Terbukti dari suaranya yang kembali ketus padanya.

"Iya sebentar ya, kamu kangen?"

"Gak!!"

"Yakin nih enggak? Nelponin mulu, aku cuma makan Lyn."

"Bodo amat! Cepetan kesini gak!"

"Iya tunggu sebentar."

Telepon terputus, Reno terkekeh ringan. Gadis itu memang unik, sifat Verlyn yang selalu mendelik galak kearahnya selalu membuatnya tertawa karna ekspresi gadis itu saat menahan kesal malah terluhat menggemaskan dimatanya.

Reno setengah berlari menuju ruangan Verlyn. Reno mengabaikan suara cacing-cacing diperutnya yang berteriak minta makan.

Reno membuka pintu ruangan Verlyn yang langsung dihadiahi oleh bantal yang mengarah ke wajahnya. Reno meringis menatap Verlyn yang kini melotot kearahnya.

"Udah napa, aku udah lari-lari tau. Sampe sini bukannya dipeluk malah dilempar bantal." Reno memungut bantal dihadapannya, lalu berjalan ke arah Verlyn yang masih terus saja melotot ke arahnya.

"Iya, Iya maaf. Arga mana?"

"Mana gue tau!"

"Jutek amat sih mba, abis didatengin pacarnya tuh harusnya seneng semangat. Ini malah marah-marah."

"Berisik banget sih lo!"

Reno diam, duduk di kursi samping ranjang Verlyn. Bantal yang dari tadi ditangannya kini sudah berada di pangkuan Verlyn.

Berselang beberapa menit pintu ruangan Verlyn kembali terbuka, menampilkan seorang pria paruhbaya dengan ekspresi nampak sangat khawatir.

"Yaampun Lyn, maaf papa baru dateng. Reno baru aja ngabarin papa. Kamu gakpapa nak? Apa yang sakit?" Hasan berjalan tergopoh kearah putrinya, memdekapnya erat.

"Lyn cuma kecapean Pa, Lyn udah gakpapa. Maaf ya bikin papa harus repot-repot dateng kesini. Padahal papa kan seharusnya istirahat dirumah. Maaf Lyn bikin papa khawatir ya?" Verlyn menatap Hasan sendu.

"Lyn, kamu anak papa satu-satunya. Mana mungkin papa nggak khawatir?"

"Iya Pa, Lyn minta maaf."

"Sudah sekarang kamu istirahat ya." Hasan melepas dekapannya. Tersenyum saat melihat Reno bangkit dari duduknya dan memperasilahkan dirinya untuk duduk di samping Lyn.

"Malam Om, maaf baru memberi kabar tentang Lyn." Reno tersenyum menyalami Hasan.

"Terimakasih selalu ada untuk Lyn ya nak Reno."

***

Dua hari berlalu, pagi ini Verlyn audah diperbolehkan untuk pulang. Karena dokter berkata tubuhnya sudah kembali stabil dan mengijinkannya untuk beristirahat dirumah, dengan catatan jangan sampai lupa minum obat dan juga vitamin yang telah diberikan.

VERLYN [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang