Verlyn #10

34 3 1
                                    

❤️❤️❤️

Verlyn tidak habis pikir dengan hal yang baru saja menimpanya. Jika Arga tidak datang tepat waktu untuk menolongnya, entah apa yang akan terjadi padanya.

Setelah pulang dari gedung itu, Verlyn langsung mengunci dirinya di kamar. Bahkan ia mengabaikan teriakan Hasan dibalik pintu kamarnya.

"Lyn gapapa Pa, papa istirahat aja udah malem."

Verlyn menyahut panggilan Hasan untuk pertama kalinya. Ia tidak mungkin juga membiarkan papanya semalaman berdiri didepan pintu kamarnya hanya untuk menanyakan apakah ia baik-baik saja.

Baik-baik saja?

Verlyn tersenyum kecut, air mata yang sempat terhenti kini kembali mengalir deras.

"Gue bakal jadiin lo milik gue seutuhnya." Kulit Verlyn kembali meremang. Bau alkohol sangat pekat menusuk hidungnya.

"Sadar lo! Jangan mimpi!" Verlyn masih terus berontak. Tapi hanya sia-sia saja karna tenaga pria itu lebih kuat darinya.

"Iya kita akan mewujudkan mimpi kita berdua." Pria itu menyelusupkan kepalanya ke leher Verlyn membuat gadis itu kembali berteriak histeris.

"Stttt sayang jangan berisik." Tangan besar itu menangkup mulut Verlyn agar tidak berteriak lagi.

"Lo bakal nikmatin jugaa." Mata Verlyn terpejam air matanya berlomba-lomba untuk keluar.

Dengan gerakan cepat tangan pria itu merobek baju yang digunakan Verlyn, dan pada saat bersamaan suara pukulan keras mendarat sempurna di punggung pria itu sehingga menyebabkan pria itu jatuh tersungkur dan tak sadarkan diri.

"Kamu gakpapa Lyn?" Arga mendekat, melepas jaket yang ia gunakan dan menyampirkannya di pundak Verlyn.

"Gue mau pulang." Bibir Verlyn masih bergetar, sinar matanya tersorot ketakutan yang luar biasa.

Lagi-lagi Verlyn memejamkan matanya. Ingatan tentang kejadian tadi masih sangat erat melekat dikepalanya.

"Reno Brengsek!"

Verlyn menjambak rambutnya frustasi. Sejahat itukah orang yang selama ini ia anggap orang paling baik karna tidak pernah marah sedikitpun?

"Gue benci sama lo Ren, gue benci."

Tangisan pilu Verlyn kembali menggema di seluruh sudut kamarnya. Hasan yang sedari tadi masi berada di depan pintu kamar Verlyn semakin gencar mengetuk pintunyq.

***

"Gimana Lyn? Lo suka nggak dress nya?" Zeva melirik sekilas ke arah Verlyn yang kini tengah membuka sebuah kotak berwarna putih dipangkuannya.

Verlyn mengangkat isi di dalam kotak itu, matanya meneliti setiap bagiannya. "Suka, ini seragam gue?" Verlyn kembali memasukkan dress itu kedalam kotaknya.

"Iya itu seragam lo, besok dipake ya?"

"Iya pasti."

"Lo pasti cantik banget pake itu." Zeva tersenyum menatap Verlyn sekilas lalu matanya kembali fokus ke jalanan.

"Gue kan emang cantik." Verlyn mengaduh saat tangan Zeva menjitak kuat jidatnya. "Cantik-cantik zomblo."

"Gue punya Arga." Zeva menggelengkan kepalanya heran. Sahabat nya itu sepertinya telah teracuni oleh obsesinya terhadap Arga.

"Udah sampe nih."

Zeva mematikan mesin mobilnya. Verlyn menerjap beberapa kali. Dan ini? Ia kembali ketempat semalam? Verlyn menghembuskan napasnya kasar. Ia sudah mempersiapkan dirinya. Verlyn memutuskan untuk tidak mau mengingatnya lagi dan mencoba bersikap seperti biasanya.

VERLYN [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang