Mengapa hati ini mulai nyaman saat bersamamu, mengapa otak ini tak henti - hentinya memikirkanmu, dan jantung ini yang selalu berdegup kencang saat didekatmu
***
Arga yang tadinya berbaring diatas ranjang yang dibaluti sepray bergambar galaksi itu, kini berjalan menuju balkon. Ia memandangi langit sambil sesekali tersenyum mengingat kejadian siang tadi, obrolan pertama yang berjalan lancar dengan cewek super jutek yang akhir - akhir ini sedang ia dekati.
"Wah wah wah-- apa nih? seorang Arga tersenyum?" ledek Galang.
"Apa? Gue setiap hari juga senyum keles,"
"Anjir!! Senyum apaan, lo bahkan gak pernah senyum walau hanya setipis kertas, demam ya lo?" Galang memegangi jidat temannya tersebut.
"Hahaha iya, mikirin siapa lo? sampe senyum kayak gitu, serem malah." balas Rio.
"Adek kelas kita tuh mungkin! siapa tuh? Citra ya?" Ucap Angga ikut - ikutan.
"Lo ngapain ikut - ikutan gaje kayak mereka sih, Ngga?, lagian namanya Chinta bukan Citra,"
Arga melepaskan tangan Galang, dan meluncurkan satu jitakan diatas kepala temannya itu.
"Jangan sentuh - sentuh gue, Najis"
"Aduduh-- abang jahad dech ama dedek."
"Mau gue jahit tuh mulut?"
"Canda boss,"
"Ngapain lo semua kesini?"
"Bosen dirumah, mending ke apartemen lo luas and sepi..." Jawab Galang.
"Serah lo dah mau ngapain. Gue capek, mo tidur. Awas ya lo pada ganggu gue,"
"Asal ada cemilan kita pasti diem, wkwk."
Ucap Galang yang akhirnya mengajak Rio dan Angga ke ruang tengah untuk bermain Ps.
Arga merebahkan tubuhnya, bola matanya lurus menatap langit - langit kamarnya, mengingat kejadian siang tadi.
Flashback on
"Lo ngapain sih ngedeketin gue mulu? gak capek apa? gue denger lo anti-cewek kan?" tanya Chinta tanpa menatap lawan bicaranya.
"Lo sendiri gak capek ngehindar terus? Btw, kok lo muntah terus sih kalo deket gue? Emang gue bau apa?"
Chinta tersenyum miring, "Gue punya trauma masa lalu, yang nyebapin munculnya phobia gue ini,"
"Lo phobia apaan?"
"Gue phobia-- CINTA,"
"Hah? Hahaha..."
"Kok lo ketawa sih? gak ada yang lucu,"
"Oh sory - sory, abisnya baru denger gue phobia kayak begituan,"
"Serah,"
"Nama lo CHINTA tapi lo phobia sama CINTA,"
"Apa hubungannya?"
"Geli aja gitu, jadi maksud phobia cinta tuh apaan?"
"Ya-- gue gak bisa deket - deket sama cowok, tau sendiri lah nanti gue jadi muntah - muntah gitu, parahnya lagi gue bisa pingsan atau suka nangis klo keinget masa lalu." Jelas Chinta
"Bagi gue semua cowok itu sama, suka banget datang dengan kata - kata manisnya, lalu pergi gitu aja dengan meninggalkan rasa sakit buat cewek. Bahkan bisa sampe ngerengut nyawa." Chinta tersenyum, senyum yang menunjukkan kepedihan di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PHOBIA
Novela Juvenil[Ongoing] "Tapi, Klo bukan karna semua itu, gue gak akan kenal lo!" Seru Arga. "Semua cowok ternyata emang sama aja ya, hobby mainin hati cewek." Chinta tersenyum miring. *** Cinta .... Sebuah anugrah terindah yang tercipta dari sebuah rasa, melahir...