Bagian 8: Pertengkaran

45 6 4
                                        

Semua masalah tidak harus diselesaikan dengan kekerasan, tapi ada masalah yang hanya bisa selesai hanya dengan kekerasan

***

"Asaalamualaikum,,"

"Waalaikumsalam, loh Chinta kok tumben kesini?"

"Kangen--" Ucap Chinta sambil berlari dan memeluk lawan bicaranya.

"Kamu lagi ada masalah ya?"

"Kok tau sih, hehe."

"Dulu waktu kamu kecil kan suka gitu, ayah sama ibumu berantem pasti kamu sama eyang,"

"...."

"Nah, cucu eyang ini lagi ada masalah apalagi? cerita coba!"

Chinta tersenyum pahit, "Gak kok eyang, Chinta lagi ngerasa hari - hari Chinta makin berat aja. Chinta punya dosa apa ya, Yang? atau tuhan udah gak sayang sama Chinta lagi?"

"Justru karna Allah sayang dengan Chinta, Allah memberi Chinta masalah supaya Chinta menjadi gadis yang kuat," Farah, eyang Chinta mengelus halus rambut cucunya yang berada didekapannya.

"Apa Chinta bisa hilangin trauma Chinta?" cewek itu mendongak menatap mata wanita paruh baya disampingnya.

"Eyang yakin Chinta bisa," Farah tersenyum meyakinkan cucunya itu.

"Makasih. Hmm, kenapa eyang jarang pulang?"

"Pekerjaan eyang masih banyak disini,"

"Aduh-- eyang harusnya istirahat bukan ngelakuin kerja berat kayak gini!" omel Chinta.

"Haha, cucu eyang ini perhatian ya. Sana masuk kelas, udah mau bell!" Chinta mengangguk mengiyakan ucapan Farah itu.

"Jangan lupa selesaikan masalahmu dulu dengan temanmu," Ucap Farah. Chinta sempat terkejut lalu terukir
segaris senyum diwajahnya, yang tak jelas maksud dari senyuman itu, "Chinta butuh waktu." Jawabnya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

"Huft," Chinta menghebuskan nafas panjang, ia kini sedang menatapi langit - langit koridor, dengan otaknya yang berfikir keras mencerna obrolannya dengan Farah.

"Ekhem.."

"Ekhem.." Deheman tersebut yang kini tepat disebelah daun telinga Chinta, mengejutkan cewek itu hingga kepalanya membentur tembok disebelahnya.

"Aw, Gila ya lo." Omel cewek itu dengan mengusap bagian kepalanya yang masih terasa nyeri.

"Hahaha sory - sory, abisnya lo ngelamun sih. Sakit ya? sini coba gue lihat." Ucap Arga sambil menjulurkan tangannya.

"Bodo, gak usah modus deh lo. Gue udah bilang gak usah sok akrab." Chinta menepis tangan Arga.

"Kapan lo ngomong gitu? kok gue gak inget ya?"

"Tauk ah, rese' lo." Chinta melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Gue anterin ke kelas ya," Ucap Arga menyusul langkah cewek tersebut.

"...." Chinta menutup mulutnya. berlari memasuki toilet, yang kebetulan ia lewati.

"Hoeekk." Seluruh isi perutnya itu ia keluarkan. Ia membasuh wajah dan bagian mulutnya dengan air.

Chinta melangkah keluar dan mendapati Arga yang sedang bersandar pada dinding disebelah pintu masuk toilet. Tatapan sinis cewek itu berikan pada cowok di hadapannya.

"Mau lo tu apasih? belum puas lo ngebuat hidup gue menderita? untung aja gosip waktu itu udah hilang."

"Gue cuman mau lo nerima gue jadi temen lo." Balas Arga, sisi dinginnya mulai keluar.

 LOVE  PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang