Bagian 9: Miracle

26 2 0
                                    

Memperbaiki yang patah akan membuatnya sembuh tapi tak akan membuatnya utuh

***

Brukk

Chinta yang tadinya sedang membaca buku didepan kelasnya terkejut mendengar suara yang cukup keras tadi. Matanya melirik ke sumber suara yang tak jauh dari tempatnya duduk.

Ia beranjak dan mendekati TKP. "Gak papa, Kak?" Tanya-nya dan mengulurkan tangan, kepada orang dihadapannya yang terjatuh karna setumpuk buku yang banyak nan tebal.

"Eh? Chinta?! Gue gak papa makasih." balas Kak Ikhsan, yang menerima uluran tangan cewek itu.

"Gue gak tanya lo-nya, Kak.  Tapi bukunya."

"Ehh?!"

"Canda." Chinta tertawa kecil melihat raut wajah Ikhsan. "Sini gue bantu bawa, ke perpus kan?" sambungnya.

Ikhsan mengangguk, "Thanks ya."

Chinta melangkahkan kakinya yang kemudian tersandung oleh sebuah buku.

Ikhsan yang melihat itu reflek menangkap Chinta,  yang berakhir keduanya berdekapan dan saling menatap.

"Lo gak papa?" tanya Ikhsan yang mendapat senyum manis dari Chinta.

Buk

"Aduuh." Rintih Ikhsan yang kini terjatuh diatas lantai dari tempat duduknya. "Eh?  Cuman mimpi?!" sambungnya ketika melihat sekelilingnya.

"Mimpi apa lo bro siang bolong gini?!" tanya salah satu teman sekelasnya. Ikhsan hanya menggeleng dan kembali duduk ke bangkunya.

***

Satu bulan Chinta lalui tanpa kedua sahabatnya, ia terus kepikiran semua ucapan eyang untuk segera berbaikkan dengan Gishel dan Amara.  Bagaimanapun selama ini mereka yang selalu ada dan menghibur Chinta.

Tak hanya itu juga tak ada satu hari pun yang ia lewati tanpa gangguan dari Arga dan para fans-nya. Mungkin juga dengan kehadiran Ikhsan, tapi kakak kelasnya itu tak terlalu mengusiknya.

"Nta?! Kantin bareng yuk?" Ajak Amel.

"Gak deh, gue bawa bekal." Tolak Chinta yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

Gishel menggenggam tangan Chinta,  menghentikan langkah cewek itu.

"Apa?!"

"Gu-gue mau--" Ucap Gishel ragu.

Chinta melepaskan genggaman tangan Gishel dan pergi dengan cepat. Ia menyusuri koridor menuju ruang kepala sekolah. Beberapa langkah lagi mendekati tempat tujuannya, tangannya kembali tertahan oleh seseorang.

Cewek itu mengerutkan alis ketika mengetahui sang penahan adalah Arga. "Apa?!"

"Temenin gue makan siang!" balas Arga.

"Gue bawa bekal." Arga yang mendengar ucapan Chinta melirik kearah kotak bekal yang dibawa cewek dihadapannya itu. Tangannya iseng mengambil kotak itu dan menarik paksa Chinta untuk mengikutinya.

"Buat gue kan?!" tuturnya santai.

"Lepasin gue gak, mau lo apa sih." Ronta Chinta, sekeras apapun ia mencoba cekalan itu tak terlepaskan.

 LOVE  PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang