12

5.8K 608 15
                                    

Renjun menutup pintu kamar dengan sedikit keras membuat Eunji mengrenyit tak suka. Semenjak perdebatan kecil mereka di mobil tadi, tak ada percakapan apapun diantara mereka berdua. Bukan karena apa, Eunji merasa kesal karena ekspresi Renjun yang sedari tadi hanya datar. Laki-laki itu memang lebih dingin dari kutub utara.
Eunji tak habis pikir, sikap Renjun padanya itu selalu berubah-ubah. Kadang dia sangat care, kadang juga sangat dingin. Sekarang Eunji benar-benar percaya bahwa Renjun memang mempunyai kepribadian ganda. Ya mungkin itu benar!

Renjun keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basahnya, dia sedikit melirik kepada Eunji yang sedang sibuk dengan telpon genggamnya. Terlihat dari sudut matanya, Eunji tersenyum sambil tangannya sibuk mengetik sesuatu membuat Renjun menatap Eunji tak suka. Renjun tahu Eunji saat ini sedang berbalas pesan singkat dengan Jaemin, bukan karena apa Renjun mempunyai pikiran seperti itu, karena memang itu sudah terlihat sangat jelas. Siapa lagi kalau bukan Jaemin yang akan menghubungi Eunji tengah malam begini?

Renjun melempar handuknya asal lalu berbaring di ranjangnya, Eunji baru saja menyadari bahwa Renjun sudah selesai mandi saat Renjun berbaring. Eunji segera mengambil handuknya lalu melesat ke kamar mandi. Melihat itu, Renjun yang berpura pura terjepam mengedarkan padangannya ke arah pintu kamar mandi dengan waspada, setelah dilihat bahwa aman, dia mengambil ponsel Eunji yang bergetar. dia menyalakan ponsel itu dan melihat sebuah pesan di notif bar-nya lalu membukannya.

Dia mengrenyit melihat isi pesan Eunji dan Jaemin. Kenapa banyak sekali? Renjun berpikir bahwa percakapan antara Eunji dan Jaemin bisa saja di bukukan , itu sangat panjang. Jari Renjun saja lelah untuk men-scroll. Tapi karena kepo Renjun yang sudah terlanjur muncul, dia terus membaca pesan-pesan itu yang mungkin panjangnya mengalahkan panjang tembok raksasa di Cina.

"Cih. Jaemin nae chingu?! Seperti anak TK saja!" gerutunya melihat nama Jaemin di ponsel Eunji.
"Apa-apaan? Kenapa banyak sekali?"
"Apa ini? Stiker? Untuk apa?"
"Kenapa love-love?"
"Ramai sekali seperti pasar malam!!"
"Selamat malam??! Seperti petugas minimarket saja!"
"Apa dia penjual emoticon?"
"Oh. Mataku bisa sakit membaca ini semua!!"
Begitulah gerutuan khas Renjun saat dia membaca pesan antara Eunji dan Jaemin. Dia meletakkan kembali ponsel Eunji di atas nakas lalu kembali merebahkan badannya dan pura-pura terlelap.

***

Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya Renjun dan Eunji bangun lalu sarapan bersama dan ya.. Setelah itu Renjun akan pergi ke kantor. Mereka berdua masih saja diam sedari bangun tidur tadi, entahlah Eunji bingung, apakah Renjun marah dengannya. Dia belum pernah menghadapi sikap Renjun yang seperti ini.

Yang Eunji lakukan saat ini hanya diam, ya dia juga akan diam saat Renjun diam. Sampai pada saat mobil yang dikenderai oleh Renjun melesat pergi, sampai saat itu juga mereka masih saja diam.

"Apa yang terjadi sih??" gerutu Eunji melihat mobil Renjun yang menghilang di jalan pertigaan rumah mereka.

Disisi lain, Renjun juga mempunyai pikiran yang sama dengan Eunji. Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka berdua. Oh. Apakah ini karena dia cemburu? Tapi dia tak seharusnya cemburu, dia tak mempunyai hak penuh pada Eunji mengingat hubungan mereka saat ini hanya karena perjodohan. Tapi dia sadar, bahwa dia menyukai Eunji, dari dulu dia sudah sangat menyukai Eunji. Hanya saja, dia tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.

Sesampainnya di kantor, Renjun melesat menuju ruangannya dengan pikiran kalutnya tentang Eunji. Ah dia memang laki-laki bodoh! Dia merutuki dirinya sendiri karena sudah bertingkah dingin kepada Eunji. Nanti jika Eunji marah bagaimana? Jika Eunji membencinya bagaimana? Jika Eunji tidak menyukainya malah menyukai Jaemin bagaimana? Ohhh.... Dia sangat bodoh!

Renjun yang sedang sibuk dengan pikirannya, tanpa tersadar dia nenabrak seseorang dan itu adalah Ayah Eunji. Ayah mertuanya.
"Oh. Abeoji.." gagapnya. Ayah Eunji hanya mengangguk lalu menepuk bahu Renjun.
"Iya ini aku" jawabnya kemudian, Renjun hanya menggaruk tengkuknya gugup.
"Aku datang kesini untuk menemuimu membahas rapat keluarga minggu depan" lanjutnya membuat Renjun mengangguk lalu mereka berdua berjalan ke ruangan Renjun.

Sesampainya di ruangan Renjun, Renjun membuatkan kopi untuk ayah mertuanya dan cola untuk dirinya sendiri. Dua orang berbeda usia itu duduk di balkon ruangan Renjun yang menghadap langsung ke penjuru kota Seoul yang sangat padat oleh bangunan-bangunan yang tak kalah tinggi dengan kantornya ini.
Ayah Eunji menyeruput kopinya, sedikit memejam sambil menikmati angin sejuk kota Seoul di pagi hari.
"Minggu depan adalah hari pertamamu menggantikan ayahmu kan?" beliau membuka percakapan setelah menelan kopi itu.
Renjun mendongak lalu menghela nafas panjang, dan mengangguk lesu. Itu sangat berat, bagaimana dia nanti akan berhadapan dengan orang banyak yang bahkan usinya sangat jauh di atas Renjun. Bagaimana nanti dia akan berbicara? Bagaimana jika mereka semua tidak menyukai Renjun dan akan menjatuhkan Renjun karena Renjun belum berpengalaman? Renjun sangat takut karena dia tak sekuat ayahnya.

Ayah Eunji menepuk bahu Renjun untuk menyemangati menantunya itu.
"Tak apa. Ada aku.. Aku juga ayahmu kan" ucapnya kemudian membuat Renjun tersenyum lega, setidaknya ada satu orang hari ini yang menyemangatinya.
"Ne" ucap Renjun mengangguk dan tersenyum ke arah Ayah mertuanya.
"Bagaimana dengan hubunganmu dan Eunji?" tanya Ayah Eunji tiba-tiba membuat Renjun sedikit terkejut.
"N-n-ne??"
Ayah Eunji terkekeh melihat ekspresi Renjun.
"Ayah tau. Kau sedang banyak pikiran. Ada apa? Sampai tadi kau menabrakku. Ini bukan karena rapat minggu depan kan? Ini karena...." ucapan Ayah Eunji menggantung membuat Renjun penasaran, ya karena dia memang tidak tahu dirinya ini kenapa.
"Karena??" Renjun menunggu ucapan dari Ayah Eunji yang tampak berpikir.
"Karena kau dan Eunji?!!" lanjut ayah Eunji bertanya kepada Renjun membuat Renjun hanya tertawa canggung.
"Ada apa? Kalian bertengkar?"
"Entahlah. Hanya saja.. Saya.. Saya..." kali ini ucapan Renjun yang menggantung, apa dia akan bercerita tentang Eunji pada ayahnya sendiri?
"Kau menyukainya." tebak Ayah Eunji dan itu memang benar adanya.

Renjun hanya terdiam memandang minuman kaleng miliknya.
"Dan kau belum mengungkapkannya.." lanjut Ayah Eunji yang lagi-lagi benar. Apa dia adalah seorang peramal -batinRenjun

"Ya. Begitulah" jawab Renjun yang tak kuasa memikirkan perasaannya sendiri membuat Ayah Eunji terkekeh.
"Aku tau.. Aku juga pernah berada di posisimu"
"Dan ya. Yang aku tahu, ungkapkan saja perasaanmu. Jangan menyembunyikannya. Toh kalian juga sudah menikah"

Ucapan ayah Eunji menang ada benarnya. Namun sekali lagi Renjun tak kuasa dengan perasaannya sendiri, dia masih bingung.
"Bagaimana?" tanya Renjun polos.
"Haha .. ya tinggal bilang aku menyukaimu." jawan ayah Eunji disertai tawanya memandang menantunya yang kelewat polos.
"Cinta itu tidak memalukan. Jadi untuk apa kau menyembunyikannya?"
Renjun mendongak menatap Ayah Eunji.
"Saya hanya takut kalau Eunji tidak menyukai saya" jawab Renjun sedikit putus asa.
"Lelaki itu harus berjuang." jawab Ayah Eunji kemudian. membuat Renjun tersenyum simpul.

Ya mungkin perkataan ayah Eunji ada benarnya, untuk apa dia takut dan menjadi pengecut. Lelaki itu harus berjuang. Ya memang harus.

Selama ini dia salah telah bersikap dingin kepada Eunji hanya karena dia malu untuk mengungkapkan perasaannya pada Eunji. Dia memang tak ada apa-apanya jika dibandingkan Jaemin, tapi dia memilik cinta yang besar untuk Eunji dibandingkan dengan Jaemin. Ya dia yakin satu hal itu.

Setelah kepergian Ayah Eunji, Renjun menatap layar ponselnya lekat-lekat mencoba mengetikkan sesuatu pada Eunji.
"Aku menyukaimu" dia membaca ulang teks yang akan dikirimnya. Lalu menghapusnya
"Ahh tidak. Tidak seperti itu"
"Aku suka padamu. Marilah kita berkencan"
"Ini juga tidak"
"Aku mencintaimu sedari dulu aku telah mencintaimu"
"Ouwhh.. Ini apaaa?"
"Aku benar-benar menyukaimu Eunji-ya"
"Ahh.. Molla molla " ucapnya kemudian dan tanpa sadar dia menekan tomblo Enter. Dan ya, pesan singkat nan konyolnya itu sudah terkirim kepada Eunji di seberang sana.

"Mwo? ahh. Aku sudah gila. Bagaimana inii???"
"Renjun. Kau bodoh, bodoh sekali."
"Mati saja!!"
"Ahh.. Tidakkk"
"Aku sudah hancur... Eomma.."

Renjun mengotak atik ponselnya, lalu menggigit jarinya gugup. Dia merutuki kekonyolannya kali ini, bagaimana nanti dia akan menghadapi Eunji.

"Oh tidak tidak. Bagaimana ini?" racaunya sendirian sambil mengguling-gulingkan badannya di sofa.
"Oh aku sudah gilaaaa"




Mianhae. Baru update. 😂😂
Segini dulu.. Belum ada ide buat bikin chapter selanjutnya. Maklum masih amatiran 😂😂

The Young Marriage with RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang