14 Februari 2018.
Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh laki-laki. Sudah bisa kalian tebak, laki-laki pasti akan bersemangat ketika tanggal itu, mereka akan mendapatkan cokelat dari perempuan.
Ya, walaupun tidak semua laki-laki yang menerima dan tidak semua perempuan yang memberi.
Sama seperti Arin.
Arin tidak memberi cokelat pada seorang laki-laki. Ah, ralat, lebih tepatnya dia belum memberi. Dia memang sudah memiliki cokelat –cokelat buatannya sendiri. Tapi sampai jam terakhir hari itu pun dia masih memegang cokelatnya.
"Psst! Arin-ah, jadi, kapan kamu akan memberikannya pada orang itu? Ini sudah hampir pulang sekolah." Ucap teman sebangku Arin, Choi Yoojung.
Arin menghembuskan nafasnya kesal, "Kamu sudah berikan pada Rocky?" Gadis berbadan mungil itu mengangguk.
"Mungkin aku tidak akan memberikannya hari ini, mungkin lain hari. Kalau sudah lama, aku makan saja." Ucap Arin pasrah.
"Kau sudah bersusah payah membuatnya, Rin. Setidaknya berikanlah pada orang itu. Walaupun dia menolaknya, kamu sudah berusaha bukan?"
Setelah itu Yoojung fokus. Bukan fokus belajar, melainkan fokus bermain ponselnya. Untuk chatting.
Teeettt! (Suara bel pulang sekolah)
"Arin, aku tunggu di taman belakang sekolah ya." Yoojung meninggalkan Arin di kelasnya, Arin harus piket dahulu.
Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua, saat pulang sekolah harus pergi ke taman belakang sekolah.
🥀🥀🥀
"Yoojung? Kemana dia?" Arin melihat jam tangannya, pukul 3 kurang 15 menit. Tapi dari tadi, gadis bermarga Choi itu belum menunjukkan batang hidungnya.
"Apa aku pu–"
"Arin?"
Arin terdiam. Ia tahu betul suara itu. Suara yang tidak terlalu berat ketika berbicara, tetapi akan berat jika bernyanyi.
"Mark? Kenapa?" Arin bertanya balik.
"Boleh aku duduk?" Arin mengangguk dan menggeser ke arah kanan supaya Mark dapat duduk.
"Sedang apa kau di sini? Mengapa belum pulang?" Arin menoleh dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu.
"Ah, oh aku menunggu Yoojung. Kau sendiri?" Mark tersenyum, "Aku disuruh Yoojung untuk bertemu denganmu."
"Lho? Untuk apa?"
"Katanya, kau akan memberiku sesuatu. Apa 'sesuatu' itu, hmm?" Tanya Mark.
Terkutuklah kau, Choi Yoojung! Lihat saja nanti! –c.arin
"Oh bukan apa-apa, Yoojung hanya mengada-ada, ya dia hanya berbohong." Jawab Arin.
Mark mengangguk paham, "Tapi katanya aku tidak boleh pulang sebelum kau memberiku 'sesuatu' itu."
"Y-Ya sudah, kasihan kalau kamu tidak pulang-pulang. Ini, aku hanya memberimu cokelat." Arin menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang yang tentunya berisi cokelat.
"Cokelat? Sebagai tanda apa?"
"Ehm, Valentine Day?" Arin malu-malu. Pipinya sudah memerah dari tadi.
Mark tersenyum dan tertawa kecil, "Thanks, Rin. Baru kali ini aku diberi cokelat secara langsung oleh perempuan."
Baru kali ini? Berarti aku yang pertama? –c.arin
"Karena aku sudah memberikannya, aku langsung pulang saja. Terima kasih karena sudah menerimanya, semoga enak ya!" Arin berdiri, namun tangannya terasa tertahan. Mark. Sudah pasti dia yang menahan.
Mark ikut berdiri, dengan waktu yang bersamaan, mereka saling bertatap mata, "Aku antar ya? Sebagai balasan cokelat ini."
"Tidak usah, aku bisa pul–"
"Ssht! Aku tidak penolakan. Ayo!"
Dan setelah itu, mereka berdua pun pulang. Dengan Arin yang diantar oleh Mark.
🥀🥀🥀
Boleh baper ga sih sama cerita buatan sendiri. Aku baper masalahnya :) sisakan satu cowok kayak Mark pliseu :)
Jangan lupa VOMENT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FanfictionMARK | ARIN eu·pho·ri·a /yo͞oˈfôrēə/ (noun) a feeling or state of intense excitement and happiness