Hey, I! - Chapter 12

77 5 0
                                    

: Chapter 12 – Orang Asing :

"Maaf kalau aku bersikap seperti orang asing bagimu, tapi ini lebih baik."

***

"Selesai!"

Arini berseru senang ketika naskah novel yang dari dulu ia tulis, akhirnya selesai. Cewek itu memberikan cengiran lebarnya, memandang layar laptop dengan mata berbinar. Setelah ini, Arini akan mengirimkan naskah itu pada salah satu penerbit yang kemarin menawarkan dirinya untuk menerbitkan naskahnya di sana.

Arini memang senang menulis, itu hobinya. Selama ini Arini hanya bisa menumpahkan seluruh ide yang ada di dalam pikirannya pada aplikasi Wattpad atau blog pribadi miliknya. Selama dia menumpahkan ide-ide ceritanya di Wattpad, Arini tidak pernah bermimpi untuk menerbitkan bukunya. Dia hanya ingin berbagi pada orang lain tentang ide yang ada dalam kepalanya.

Namun hal yang tak pernah dia impikan itu justru menjadi kenyataan. Salah satu orang yang bekerja di Republik Fiksi Publisher tiba-tiba menghubunginya, meminta dirinya untuk mengirimkan salah satu naskah fiksi remaja miliknya yang pernah Arini post di Wattpad. Tentu saja Arini langsung menerima tawaran itu dan mengedit naskah novelnya untuk memperbaiki kesalahan yang ada di dalam naskahnya, sebelum akhirnya ia mengirimkan naskah itu pada penerbit.

Saat Arini sedang sibuk dengan laptopnya, ponselnya tiba-tiba saja bergetar—menandakan ada telepon masuk. Arini menghentikan aktivitasnya sejenak, melirik pada ponselnya yang ada di sebelahnya.

Arini mengangkat satu alisnya tinggi ketika ada nomor tak dikenal yang menghubunginya. Penasaran, cewek itu akhirnya meraih ponsel miliknya dan mengangkat sambungan telepon itu.

"Halo?"

Tidak ada jawaban dari sebrang sana, membuat dahi Arini berkerut halus.

"Halo? Ini siapa, ya?" tanya Arini lagi.

Lama tak ada jawaban, akhirnya Arini bisa mendengar suara hembusan napas pelan dari sebrang sana.

"Riri," panggil seseorang itu yang sangat Arini kenali suaranya.

Arini tidak langsung menjawab. Cewek itu diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, "Jimbrun?" ia bertanya ragu.

Arini memang tidak menyimpan nomor cowok itu di ponselnya. Bukan, bukan karena Arini lupa untuk menyimpannya. Tapi dia memang sengaja untuk tidak menyimpan nomor cowok itu, dia tidak mau Oky tahu jika Jimbrun mendekatinya.

"Aku ada di depan kost kamu, bisa keluar sebentar?" tanya Jimbrun dari sebrang sana.

Arini membeliak mendengar itu. Segera dia matikan sambungan teleponnya, keluar dari kamar kost dan berjalan menuju depan kost-nya.

Astaga! Jimbrun ini sudah gila atau apa?

Kenapa bisa-bisanya cowok itu datang ke kost Arini di jam-jam seperti ini? Di saat siang hari seperti ini, biasanya teman-teman kost yang dekat dengan Oky ada di dalam kamar mereka. Arini tidak mau kalau misalnya dia berbicara dengan Jimbrun di depan kost, lalu teman-temannya itu keluar dan melihatnya.

Pikiran tentang temannya yang akan memberitahu Oky kalau ada cowok yang datang di siang hari untuk menemui Arini, membuat dia bergidik ngeri. Jangan sampai ada yang melihatnya bertemu dengan Jimbrun.

Arini membuka pintu gerbang kost-nya, mendapati Jimbrun yang kini duduk di atas motor. Cowok itu tersenyum kala mendapati Arini yang sudah berdiri di sampingnya.

"Hai," sapa Jimbrun sembari tersenyum tipis.

"Kamu mau ngapain di sini?" tanya Arini tanpa menjawab sapaan Jimbrun.

Hey, I!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang