Hey, I! - Chapter 1

347 17 7
                                    

A/N

kayak yang sudah saya bilang, ini cerita ada unsur LGBT-nya ya. jadi jangan judge sayaa pweaaseee. semoga kalian suka!

***

: Chapter 1 – Pacar :

"Walau banyak orang yang mengatakan jika apa yang aku lakukan adalah sebuah dosa besar, aku tidak peduli. Hanya kamu yang mengerti aku saat ini."

***

Mungkin, banyak orang di dunia ini yang menentang soal LGBT. Banyak pro dan kontra dari masalah itu, tak sedikit pun masyarakat meminta orang-orang yang menganut LGBT untuk dihukum atau diberikan pelajaran (re: dimasukan ke dalam tempat rehabilitas) agar sadar bahwa semua yang dilakukan adalah kesalahan dan sebuah dosa. Dan tak sedikit pula para kaum LGBT mulai melawan, berusaha meminta hak mereka untuk disederajatkan.

Namun, bagi seorang Arini, itu semua nggak penting. Mau ada pro dan kontra soal itu pun, dia nggak akan peduli. Dia memang salah satu kaum yang terlihat "hina" di mata orang-orang, tapi, Arini nggak pernah ambil pusing soal tanggapan-tanggapan dari banyak orang.

Kenapa demikian? Begini... yang dilakukan olehnya memanglah hal "menyimpang", bahkan bisa saja statusnya yang sebagai seseorang pencinta sesama jenis membuat nama keluarganya jadi rusak. Tapi, apakah kalian pernah berpikir jika kelakuan menyimpang itu memiliki alasan masing-masing?

Sama seperti Arini. Kelakuannya yang "menyimpang" itu memiliki alasan di baliknya. Memang jika kalian mengetahui alasan itu, maka kalian akan memiliki pemikiran seperti; "Hanya karena hal itu, kamu berperilaku seperti ini?", atau "Itu karena kamu bodoh. Seharusnya walaupun kamu memiliki sesuatu yang membuat kamu takut berdekatan dengan kaum laki-laki, kamu harus terus berusaha untuk menghilangkan rasa trauma itu.", dan segala macamnya.

Tapi, lagi-lagi, Arini menolak dengan pikiran-pikiran itu. Hei, tolonglah, tidak semudah itu menghilangkan rasa trauma yang ada pada dirinya. Jadi, biarkan saja dia berada dalam zona ini dulu, sampai suatu saat nanti jika dirinya siap, Arini akan kembali berubah menjadi seorang gadis yang sesuai dengan kodratnya.

***

Arini berjalan tergesa memasuki tempat kerjanya. Cewek itu bekerja di sebuah kafe yang tergabung dengan tempat olahraga bola sodok, atau yang biasa disebut biliard.

Dengan tampilannya yang menggunakan rok pendek sebatas satu jengkal di atas lutut dan kaos polo berwarna hitam yang membalut tubuhnya, Arini mengabaikan pandangan-pandangan nakal yang diberikan oleh pengunjung kafe itu.

Mata cokelat tuanya justru berkeliaran, mencari seseorang yang sekarang lebih penting untuk dirinya.

"Mas! Kamu liat Oky di mana, nggak?" tanyanya pada Toni, cowok dengan tubuh gemuk yang bekerja sebagai bartender di sana.

Menggelengkan kepala, Toni menjawab, "Tadi ada kok, di sana," katanya sembari menunjuk pojok paviliun yang berisi deretan meja biliard. "Nggak tau deh sekarang ke mana," lanjutnya lagi.

"Oh, ya udah, makasih, Mas." Arini pun berjalan meninggalkan bar, menuju ke arah dapur yang berada di bagian belakang paviliun.

Cewek itu melongokan kepalanya, mencari seseorang bertubuh gempal dengan rambut berpotongan spike. Setelah beberapa detik mencari, akhirnya mata Arini menemukan keberadaan seseorang itu dan berjalan cepat menuju cewek dengan dandanan tomboy itu.

"Yang!" panggilnya sembari menepuk bahu cewek itu pelan.

Yang dipanggil pun menoleh, memberikan tatapan bingung, namun tak urung senyuman pun merekah menghiasi wajahnya. "Lho? Kamu udah dateng aja, 'kan masuk malem? Ngapain jam segini udah dateng? Rapi pula dandanannya," kata cewek itu panjang sembari memperhatikan dandanan Arini yang memang sudah memakai seragam kerjanya. Hanya saja, gadis itu tidak menggunakan sepatu, melainkan sandal jepit yang selalu ia gunakan di kost-an.

Hey, I!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang