Hey, I! - Chapter 4

126 12 2
                                    

: Chapter 4 – Siapa Dia? :

"Aku bukan orang yang gampang tertarik dengan seseorang. Tapi keberadaanmu justru membuatku sedikit penasaran."

***

Arini mendudukan dirinya ketika baru saja selesai menata meja nomor dua puluh satu. Cewek itu terdiam, di sampingnya ada Siska yang sedang duduk sembari memainkan ponsel wanita itu.

"Oky nggak ke sini?" tanya Siksa setelah menyimpan kembali ponsel itu dalam saku celana yang dipakai.

Arini menggeleng, "Nggak, Mbak. Temen-temennya lagi pada kumpul di kost, makanya nggak sempat ke sini. Kenapa?"

Siska menggedikan bahu, "Ya, tanya aja. Biasanya kamu ditungguin sama dia kalau shift malam gini," jawabnya.

Arini terkekeh mendengar jawaban itu. "Nggak ditemenin terus, kok. Biasanya juga kalau beda shift aku nggak pernah minta temenin sama dia. Kasihan juga, pasti anaknya capek."

Siska terdiam sejenak. Wanita itu terlihat menimang-niman sesuatu, sebelum akhirnya bertanya, "Kamu nggak berniat untuk berubah dan pacaran sama cowok lagi?"

Arini tidak langsung menjawab. Cewek itu terdiam, memilah kata-kata apa yang harus ia keluarkan. Ada rasa tak suka yang terbesit dalam hatinya ketika pertanyaan itu kembali didengarnya, tapi Arini berusaha untuk tetap tenang.

"Nggak, Mbak—belum. Aku masih belum bisa membuka hati lagi untuk cowok, masih takut." Akhirnya kalimat itulah yang Arini pilih, lebih baik daripada dia harus menghindar untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Siska tersenyum lembut, "Nggak papa kalau kamu emang masih belum bisa membuka hati lagi. Tapi yang harus kamu tahu, kamu nggak bisa terus menerus kayak gini. Kamu harus bisa mengubah mindset kamu soal cowok. Karena... nggak selamanya kamu akan terus sama Oky, kan?" katanya.

Arini terdiam, menyerap semua kalimat itu. Memang benar, dirinya tidak akan bisa selamanya menjalin kasih dengan seseorang yang tidak seharunya bersama dengan dirinya. Tapi bagaimana jika Arini masih belum sanggup untuk melangkah maju? Arini masih stuck di lubang ini karena trauma itu masih melekat dalam dirinya.

"Iya, Mbak. Aku tahu kok kalau aku nggak mungkin terus sama Oky," jawab Arini pada akhirnya.

Siska tersenyum, "Alhamdulillah kalau—"

"Sis!" panggilan itu membuat kata-kata Siska terpotong. Wanita itu menoleh, mendapatkan seorang pria dengan tubuh tinggi dan kurus yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

Arini yang duduk di sebelah Siska pun mengarahkan pandangannya pada pria itu, alisnya mengerut ketika mengenali wajah itu tapi tidak tahu siapa nama dari pria itu.

"El, ke mana aja? Nggak pernah kelihatan," ucap Siska sembari menggeser duduknya, mempersilakan pria itu untuk duduk di sampingnya.

Arini yang melihat itu memilih untuk berdiri, berjalan menuju udakan yang berada di samping sofa dan berdiri di sana. Cewek itu mengedarkan pandangannya, memperhatikan orang-orang yang sibuk bermain dengan kerabat mereka.

"Kamu ngapain berdiri di situ?" tanya Siska bingung.

Arini menoleh, "Mbak ngomong sama aku?"

Mendengus, Siska menatap lucu pada Arini. "Emang sama siapa lagi? Orang kamu kok yang lagi berdiri di sana. Sini, duduk di sini aja. Capek berdiri terus nanti," katanya sembari menepuk sofa kecil yang ada di sampingnya.

Arini menggeleng pelan, "Nggak, Mbak. Enakan berdiri aja, biar bisa kelihatan meja mana yang bolanya udah habis," jawabnya.

Tanpa sengaja, tatapan Arini bertemu dengan pria itu. Tapi cewek itu segera membuang pandangannya dan kembali fokus terhadap pekerjaannya.

Hey, I!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang