Kania duduk di bangku pojok bersama Divo. Menikmati semangkok bakso pedas mang Uju yang ciamik dan ice choco yang ajib.
"Mbul, semalem lo ketakutan gak?"
"Ya nggak lah, lagian gue udah biasa kali"
"Syukur deh. Gue khawatir banget sama lo"
"Lo mau apa pake sok-sokan perhatian gitu sama gue?"
"Kan lo calon istri gue" Divo menaik turunkan alisnya genit.
"Paan sih!" kesal Kania.
"Mbul, gue boleh nanya sesuatu sama lo gak?"
"Nggak"
"Ok. Kok lo selalu marah sih pas gue bilang soal nikah" tanya Divo hati-hati tanpa memperdulikan persetujuan dari Kania.
"Gue benci pernikahan"
"Kenapa?"
"Males bahasnya"
"Padahal gue serius"
"Serius bercandanya?"
"Iya" Divo tertawa kecil, seperti ketawa karir.
Di ujung sana ada Angga yang sedang menatap Kania tajam. Terlihat sorot kebencian di mata Angga dan Kania. Sejak pertama masuk sekolah sampe detik ini, Kania dan Angga memang terkenal sangat tidak akur. Entah apa masalah di antara keduanya. Yang jelas mereka berdua saling membenci.
"Udah jangan di liatin aja" Divo mencoba menenangkan.
"Hai. Boleh gabung gak?" Dion meminta izin pada Kania dan Divo.
"Nggak" ketus Divo.
"Boleh kok kak" setuju Kania. Divo menatap Kania tajam.
"Sorry ya gue ganggu quality time lo" Dion tersenyum sinis pada Divo. Divo membuang muka.
"Oh iya, gimana? Udah mulai minat sama kepengurusan osis?" Tanya Dion pada Kania dengan ramah.
"Ini kantin bukan ruang rapat" sinis Divo.
"Sorry kak, gue belum minat. Dan kayaknya gue gak ada niatan buat masuk osis"
"Oh, ya udah kalo gitu. Aku juga gak maksa kok"
"Pake aku kamu segala lagi" kesal Divo.
"Ya udah aku balik ke kelas ya. Bye" Dion pergi setelah menatap Divo tajam.
"Hus, sono lo pergi" kesal Divo.
Kania menggelengkan kepala melihat sikap Divo. Entah apa yang membuat Divo benci terhadap Dion. Yang jelas mereka selalu saling melempar tatapan sinis, tajam dan benci yang menyiratkan banyak hal.
***
"Mbul, pulang bareng gue yuk" ajak Divo.
"Kan setiap hari juga bareng lo. Gimana sih lo" heran Kania.
"Eh, iya juga ya. Kalo gitu kita mampir ke cafe yuk"
"Boleh-boleh aja sih"
Divo tersenyum senang. Jarang-jarang Kania mau di ajak ke cafe. Lagian hari ini pulang lebih awal jadi masih ada waktu buat mampir ke suatu tempat.
Divo merangkul bahu Kania sampai parkiran. Minggu-minggu ini Divo sering bawa motornya. Siswa lain menatap heran Divo dan Kania. Bagi mereka ini fenomena langka. Kania dan Divo sering terlihat tidak akur. Dan sekarang malah menunjukkan sikap manis bak sepasang kekasih yang baru jadian 5 detik yang lalu.
"Sejak kapan si projen akrab gitu sama Divo?" Bisik Elena pada Della. Elena adalah salah satu siswi penggemar Divo. Dimata Elena, Divo adalah sosok idaman. Elena juga cantik. Sayangnya sikap centilnya terlalu dominan dan bikin Divo ilfil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Fine, But It's Okay
Teen FictionTentang seorang gadis sejuta rahasia yang bertemu seorang laki-laki menyebalkan dengan sejuta misteri. Laki-laki yang berhasil membuat sang gadis kembali menemukan warna hidupnya setelah belasan tahun bermain didalam dunianya yang hitam putih. Akan...