7. Namanya Evan

60 6 2
                                    

Kania terkejut saat melihat cafenya sudah bersih. Padahal baru kemarin sore dia dan cowok itu membersihkannya. Kania merogoh ponselnya dari saku baju seragamnya. Mengirim sebuah pesan pada cowok itu.

Kania : Kok cafe udah bersih aja?"

Kania celingukkan ketika mendengar suara ponsel berdering. Kania mendekati sumber suara dan mendapati cowok itu sedang tertidur pulas di lantai beralaskan papan triplek. Kania mengeluarkan jaketnya dari dalam tas. Dan menyelimutkannya ke tubuh cowok itu. Kania dusuk di kursi sambil menopangkan wajahnya dengan punggung tangan.

"Kayaknya lo kecapekan" cowok itu tersenyum ke arah Kania.

"Maksudnya?" Heran Kania sambil mengucek kedua matanya.

"Tadi gue liat lo ketiduran disini. Pasti lo kelamaan nunggu gue yang lagi tidur" jelas cowok itu.

"Hah? Jam 5 sore? Perasaan gue baru dateng ke sini jam 2"

"Dan lo ketiduran selama 3 jam"

"Kok cepet ya? Rasanya baru aja gue pejamin mata"

"Nih isi perut dulu" cowok itu memberikan sebotol air mineral dan 2 bungkus roti selai coklat kesukaan Kania.

"Dua duanya buat gue? Lo mana?"

"Gue udah makan kok"

"Kalo gue makan lo juga harus makan"

"Udah gak perlu"

"Ini gak usah malu-malu" Kania memasukkan sesobek roti ke dalam mulut cowok itu dengan sedikit paksaan.

"Gede banget. Kira-kira dong kalo nyuapin"

"Makan tuh yang lahap biar gak kayak orang cacingan" Kania melahap roti coklatnya besar-besar.

"Pantesan aja badan lo bulet begini. Makannya aja porai kuli" ledek cowok itu.

"Ya iyalah. Jadi orang gak mikir kalo gue di terlantarin"

"Lo gak ada jaim-jaimnya makan kayak gitu depan cowok lagi"

"Makan mah makan aja"

"Tapi kebanyakan cewek kalo makan suka sok imut gitu"

"Kebanyakan itu bukan berarti semuanya. Lagian kalo makan secuil-secuil bisa demo nih cacing di peut gue"

"Hahaha, bisa aja lo"

"Nih, aaa" Kania kembali menyuapi cowok itu.

Cowok itu menatap Kania dengan tatapan salut.

"Eh, ini ada..." Kania mendekatkan jarinya ke bibir cowok itu yang terdapat remahan roti. Kania memasukkannya ke dalam mulit cowok itu.

"Lah, malah dimasukkin. Harusnya lo ambil terus lo buang"

"Ish, jangan gitu. Lagian itu nempel di bibir lo sendiri. Kalo langsung dibuang sayang"

"Gue salut sama lo. Lo cewek yang unik"

"Aneh maksudnya?"

"Enggak, lo itu beneran unik dan gue suka sama lo"

Kania mengernyitkan alisnya, keheranan.

"Maksud gue suka karna lo bisa menghargai makanan kecil dan orang lain. Walaupun lo gak tau orang itu siapa"

"Oh. Eh masa sih? Tapi kemaren-kemaren lo bilang kalo gue itu jutek"

"Gue salah nilai lo. Abisnya sifat lo sulit di tebak"

"Bagus dong"

"Kenapa?"

"Ya gue gak mau aja kalo ada orang tau banyak tentang gue gue"

I'm Not Fine, But It's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang